Pengajar Diklat Kepustakawanan Harus Miliki Wawasan Kekinian

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Salemba, Jakarta - Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Perpustakaan Nasional menyelenggarakan workshop peningkatan kualitas pengajar diklat kepustakawanan untuk memberikan pembekalan kepada para pengajar agar dapat menambah ilmu pengetahuan dan pembaharuan materi pengajaran. Workshop diselenggarakan selama empat hari (24-27/9). Peserta workshop terdiri dari para pengajar di lingkungan Perpusnas dan beberapa dari kalangan perguruan tinggi.

Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando dalam mencermati materi pengajaran yang disampaikan pada workshop, sudah diformulasikan sesuai dengan bidang perpustakaan. Namun materi yang ada harus diperbaharui sesuai dengan perkembangan terkini. "Kita semua harus menyamakan persepsi bahwa ada tantangan yang dihadapi para pengajar untuk menciptakan ilmu baru sesuai perkembangan zaman, dimana bicara perpustakaan juga harus mampu merumuskan apa itu literasi, minat membaca, gemar membaca dan budaya membaca," terang Syarif.

Kepala Perpusnas menegaskan tidak ada keraguan bagi institusinya untuk terus menerus meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk perpustakaan. Pengajar diklat kepustakawanan juga harus mengubah paradigma tentang perpustakaan sesuai kondisi kekinian. Perpustakaan tidak lagi sekedar tempat deretan buku-buku yang berdebu namun perpustakaanlah yang harus mampu menjangkau masyarakat dimanapun berada. "Tagline perpustakaan tahun 2018 adalah pustakawan bergerak dalam rangka mobilisasi ilmu pengetahuan dan tahun 2019 pustakawan berkarya untuk turut serta membangun bangsa," terangnya.

Pengajar diklat kepustakawanan juga harus memiliki wawasan kekinian dan memahami apa yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan melalui ilmu-ilmu terapan. "Pengajar juga perlu menguasai google cendekia yang memungkinkan pengguna melakukan pencarian materi pelajaran berupa teks dalam berbagai format publikasi dan update terhadap isu terkini yang bisa dibaca melalui kolom opini pada media massa nasional," pinta Syarif.

Lebih lanjut Syarif menambahkan, pengajar atau widyaiswara harus library minded yang mumpuni pengetahuannya dan harus mampu menjawab terhadap seluruh aspek atas materi yang diajarkannya. Selain itu pengajar juga harus mampu menulis. Semakin banyak membaca akan banyak ide dan gagasan yang dapat dituangkan melalui tulisan, kemudian disampaikan kepada peserta didik. "Sesuai pepatah Cina, tidak akan muncul murid petarung yang lahir dari guru pecundang. Jadi widyaiswara itu harus pintar, tidak boleh tidak pintar," tutup Syarif pada pengarahan workshop.

 

Reportase : Arwan Subakti

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung