Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Humas Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) melakukan studi banding pengelolaan media publikasi dan dokumentasi ke Humas Perpustakaan Nasional. Rombongan BPKP yang dipimpin Kepala Bagian Humas dan Hubungan Antar Lembaga Catur Iman Pratignyo dan berjumlah 22 orang diterima oleh Plt. Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi Perpusnas Yoyo Yahyono didampingi Kepala Bagian Hukum dan Humas Asep Muslih, Kasubbag Humas Nurhadisaputra, dan staf Humas di Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta Pusat, pada Senin (10/12).
Dalam pertemuan tersebut, Yoyo Yahyono mengapresiasi kehadiran Humas BPKP di Perpusnas. Yoyo berharap, hal ini bisa menjadi masukan yang baik untuk Perpusnas dalam menjalin hubungan antar Lembaga pemerintah.
Sementara itu, Asep Muslih menjelaskan bahwa Humas Perpusnas berada di eselon empat dan menjalankan lima tugas utama yakni Kehumasan, Dokumentasi, Publikasi, Promosi, dan Manajemen Isu. Selain membangun hubungan ke dalam, Humas Perpusnas juga aktif menjalin hubungan dengan lembaga pemerintah lainnya, pers, dan masyarakat. Sebanyak delapan staf humas menjalankan tugas tersebut.
Nurhadisaputra mengaku ada beberapa kendala dalam menjalankan tugas, salah satunya anggaran yang terbatas untuk promosi. â€œNamun kami berusaha menjalin hubungan baik dengan teman-teman media,â€ jelasnya.
Catur Iman menjelaskan Humas BPKP juga mengemban lima tugas utama. Saat ini, Humas BPKP memiliki sumber daya manusia sebanyak 18 orang. â€œHumas sebagai corong dari publikasi BPKP, kami masih eselon tiga jadi ada beberapa kendala. Kami meliputi tugas dokumentasi, publikasi, manajemen isu, dan promosi. Jadi kami cukup kewalahan. Kami juga mengelola media sosial, jadi memikirkan konten yang menarik untuk pekan depan,â€ urainya.
Catur Iman berharap BPKP dan Perpusnas dapat bersinergi dalam mendukung program dan kegiatan masing-masing, salah satunya melalui media sosial. Sementara Asep Muslih mendukung hal ini dan berharap silaturahmi antara kedua instansi terjalin dengan baik dalam menjalankan fungsi menyebarluaskan informasi mengenai tugas dan fungsi ke masyarakat.
Sesuai pertemuan, Tim Humas BPKP berkunjung ke ruang layanan koleksi audio visual di lantai 8, koleksi monograf terbuka di lantai 21, dan koleksi budaya nusantara kemudian diakhiri di eksekutif lounge yang berada di lantai 24.
Reportase: Hanna Meinita

Humas BPKP Studi Banding ke Perpustakaan Nasional

Senayan, Jakarta- Perpustakaan Nasional telah menyediakan akses seluas-luasnya kepada masyarakat yang ingin menikmati koleksinya secara digital. Yaitu melalui aplikasi-aplikasi seperti IOS, IPusnas, dan Khastara.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando saat menghadiri seminar perpustakaan bertajuk â€œAkses Lengkap Karya Bangsaâ€ di Ruang Abdul Muis Komplek DPR RI Senayan, Selasa (12/11).
Syarif menjelaskan pentingnya peran perpustakaan sebagai institusi penjaga peradabadan. â€Perpustakaan harus bisa melestarikan karya-karya bangsa yang dimiliki agarÂ  bisa menjadi jembatan pengetahuan masa lalu, kini, dan masa depan melalui koleksi-koleksinya,â€ jelasnya.
Dengan adanya perpustakaan digital, Perpusnas menjamin akses terhadap masyarakat agar lebih gemar membaca kapanpun dan dimanapun. â€œKarena membaca merupakan modal membangun bangsa,â€ tegas Syarif.
Syarif lebih lanjut menjelaskan, membaca menjamin keberlangsungan sebuah bangsa. Dengan membaca, masyarakat akan tahu sejarah, sehingga tahu bagaimana menghadapi masa depan. Serta bagaimana kehidupan dan nilai-nilai sebuah bangsa dibangun.
Anggota Komisi X DPR RI Ferdiasyah dalam kesempatan yang sama menyampaikan harapan perpustakaan akan terus berkembang. â€œSaya berharap perpustakaan akan bisa dihadirkan di beberapa tempat wisata, misalnya untuk wisata politik,â€ ujarnya.
Ferdi juga menjelaskan pentingnya meningkatkan kerjasama dengan Perguruan Tinggi agar e-resources jurnal tidak terjadi duplikasi dengan yang sudah ada, serta menyiapkan SDM yang lebih berkualitas dan infrastruktur yang lengkap dalam menghadapai masyarakat ekonomi Asean.
Turut hadir dalam kesempatan ini Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Woro Titi Haryanti dan Deputi Bidang Persidangan DPR RI Damayanti.
Reportase: Â Eka Purniawati
Fotografer: Ahmad Kemal Nasution

Kaperpusnas: Perpusnas jamin akses digital untuk masyarakat

Bogor, Jawa Barat - Biro Umum Perpustakaan Nasional menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelola APBN dalam rangka meningkatkan pengetahuan bendahara dan para pengelola keuangan di lingkungan Perpusnas di Royal Padjadjaran Hotel, Bogor, selama tiga hari (2-4/5). "Para pengelola keuangan harus memahami dan menguasai Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional untuk peningkatan pelayanan publik dan pengembangan perekonomian nasional dan daerah," terang Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando.
Syarif juga menghimbau kepada para pengelola keuangan supaya mengawal pengadaan barang/jasa yang memberikan pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya (value forÂ money).Â "Diharapkan teman-teman pengelola keuangan harus bisa mengawal anggaran. Oleh karena itu, jangan masa bodoh dan mampu memverifikasi kelogisan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah," pinta Syarief. Selain itu khusus bagi Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)Â  harus menguasai penyusunan perencanaan anggaran, menetapkan kerangka acuan kerja, menetapkan rancangan kontrak, menetapkan HPS, melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/KPA. "Tugas pengelola APBN bukan hanya terkait seberapa cepat penyerapan anggaran, namun juga harus bisa mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan," tambah Syarif.
Bimtek Pengelola APBN menghadirkan narasumber dari KPPN Jakarta II, dimana materi yang disampaikan terdiri dari gambaran umum pengelola APBN, tata cara pencairan keuangan, pengantar atau pengenalan aplikasi SAS dan eSPM, pendalaman penggunaan aplikasi SAS dan SPM. Inspektur Perpusnas Darmadi turut menyampaikan kebijakan inspektorat dilingkungan Perpusnas dan diskusi. Sedangkan Biro Umum dan Kepala Bagian Keuangan menjelaskan gambaran umum atau pembahasan SOP bagian keuangan Tahun 2018.
Â 
Reportase : Arwan Subakti

Bimbingan Teknis Pengelola APBN di lingkungan Perpustakaan Nasional

Sumbawa, Nusa Tenggara Barat- Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengajak mahasiswa harus mampu mengembangkan diri secara mandiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memnfaatkan perpustakaan.
â€œCivitas Akademika harus mampu menciptakan perubahan. Namun sayangnya proses transfer ilmu pengetahuan yang terjadi masih lambat, maka harus dibangun perpustakaan sebagai tempat mahasiswa mengeksplorasi dan mengatualisasi diri dan kemampuan yang dimiliki,â€ ungkapnya saat memberikan kuliah umum di hadapan segenap civitas akademika Universitas Teknologi Sumbawa dalam rangka peningkatan kualitas SDM unggul 2020-2024 pada Rabu (6/10/2021).
Hal itu disampaikan Syarif mengingat bahwa ilmu yang diperoleh dari pembelajaran anak mulai dari TK hingga jenjang doktoral di perguruan tinggi hanya sekitar 10 persen. Sisanya yakni 90 persen akan diperoleh dengan pembelajaran secara mandiri melalui berbagai literasi.
Lebih lanjut Syarif Bando mengatakan mahasiswa harus berpikir kritis dan tidak lagi hanya mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya. Seorang mahasiswa harus mampu melakukan memiliki kesadaran atas haknya untuk merdeka dalam berpikir dan tidak lagi bermental budak ataupun penumpang.
â€œParadigma kampus harus berubah. Mahasiswa harus menjadi solusi akan berbagai masalah. Bagaimana menjadi solutif? Yaitu dengan buku dan membaca,â€ tuturnya. Syarif menegaskan bahwa buku adalah kampak yang dapat menghancurkan kebekuan dalam otak manusia. Dan melalui membaca dapat membentuk struktur berpikir manusia, dari tidak teratur menjadi teratur.
â€œDi kampus ini tolong dibangun cara pandang untuk melihat trend perubahan dunia yang sedang berlangsung,â€ tegasnya. Proses berliterasi dengan membaca akan menghasilkan barang dan jasa bernilai ekonomi yang dapat membawa kesejahteraan dan peningkatan ekonomi. Semua produk dan profesi akan ditinggalkan konsumen jika tidak dikerjakan dengan profesional inovatif dan kreatif.
Maka dari itu Syarif Bando berpesan bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan harus memiliki modal yang bisa dipakai dalam peran serta membangun masyarakat salah satunya melalui literasi. Dengan memiliki kompentensi alumni perguruan tinggi yaitu memilili kemampuan intelektual, emosional, menyelesaikan masalah, interpersonal, berpikir kritis dan strategis, motivasi dan komitmen, kesadaran diri, belajar cepat dan mengembangkan diri.
Reporter: Eka Purniawati

Kepala Perpusnas Ajak Mahasiswa Kembangkan Diri Melalui Perpustakaan

Â Medan Merdeka Selatan, Jakartaâ€”Perpustakaan Nasional RI bersama Duta Baca Indonesia (DBI) Najwa Shihab menandatangani kembali kesepakatan kerja sama (memorandum of understanding/MOU) di Ruang Teater Gedung Layanan Perpustakaan pada Kamis, (23/1). MOU tersebut adalah tahun kelima dari penunjukkannya sebagai Duta Baca Indonesia (2016-2020). Keseriusan Najwa Shihab sebagai Duta Baca sanggup meningkatkan angka kegemaran membaca masyarakat Indonesia.
â€œStatus Duta Baca selalu melekat ketika saya berkunjung ke manapun. Dari belasan titik daerah yang saya datangi, selalu saja menemukan sejumlah persoalan, permasalahan maupun tantangan yang beragam. Namun, ada garis kesamaan ketika berbicara tentang buku.Â  Artinya, bukuÂ  mampu menjadi pengubung dari segala perbedaan,â€ ungkap Najwa setelah penandatanganan MOU.
Ada satu hal lain yang turut menjadi jembatan penghubung ketika menyangkutpautkan dengan buku, yakni literasi. Bahkan, literasi kini sudah masuk ke dalam ruang diskursus publik. Literasi bermula dari rasa ingin tahu masyarakat akibat kerancuan informasi yang beredar.
Re-branding image perpustakaan pun tidak bisa lepas dari eksistensi pustakawan. Sehingga penting sekali di era ini pustakawan diisi oleh para anak muda yang relate dengan segala dinamika perkembangan jaman dan Iptek. Â 
Nana, sapaan akrab Najwa Shihab, menambahkan sedikitnya ada tiga peristiwa bersejarah dalam perjuangan bangsa Indonesia dimana anak muda terlibat didalamnya. Pertama, adalah peristiwa Sumpah Pemuda. Jauh sebelum proklamasi dibacakan para anak muda dari seluruh Indonesia telah meleburkan dirinya dalam satu kesepakatan. Kedua, adalah peristiwa Rengasdengklok sebelum proklamasi dibacakan Soekarno-Hatta. Dan ketiga adalah peristiwa 98, dimana para anak muda kompak bersatu menurunkan rezim yang telah berjalan selama 32 tahun.
â€œBangsa ini perlu anak muda. Mereka punya kekuatan, energi, waktu, belajar, dan berani gagal. Berani melakukan trial and error.Â  Â Punya semangat belajar. Kuat dalam penguasaan teknologi. Dan perpustakan amat penting untuk men-support anak muda,â€ tambah Najwa.
reportase : Hartoyo Darmawan
fotografer : AditÂ 
Â 
Â 
Â 
Â 
Â 
Â 
Â 
Â 
Â 
Â 
Â 
Â

MOU Perpusnas Dengan DBI : Perpustakaan Butuh Pustakawan Yang Relate Dengan Jaman

Jakartaâ€“UNESCO telah menetapkan pantun sebagai warisan budaya takbenda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di kantor pusatnya di Paris, Perancis pada 17 Desember 2020.
Penetapan tersebut adalah hasil dari proses panjang pengajuan kepada UNESCO yang dilakukan sejak 2016 dan merupakan momentum awal penghargaan dunia internasional terhadap salah satu budaya warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Selain itu, ada pula aspek perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan yang perlu diperhatikan sebagai tindak lanjut atas ditetapkannya pantun sebagai warisan budaya takbenda. Demikian disampaikan Fitra Arda, Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saat menjadi narasumber pada Lokakarya Koleksi Langka bertema â€œRekam Jejak Perkembangan Pantun di Indonesiaâ€, yang diselenggarakan secara daring pada Rabu (10/2/2021).Â 
â€œPenetapan itu momentum awal pantun dihargai dunia internasional tapi langkah berikutnya, bagaimana tata kelolanya ke depan. PR kita adalah bagaimana mau wariskan kepada generasi berikutnya,â€ ungkap Fitra.
Senada dengan pernyataan tersebut Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Ofy Sofiana menyampaikan harapannya lokakarya ini dapat menjadi kontribusi nyata Perpusnas sebagai lembaga yang memiliki koleksi langka yang memuat karya pantun anak bangsa dalam rangka melestarikan warisan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
â€œKeberadaan pantun dalam budaya Indonesia terekam kuat dalam koleksi-koleksi langka Perpustakaan Nasional RI. Pantun dapat ditemui dalam naskah kuno, surat kabar langka dan majalah langka, juga buku langka yang dijaga kelestariannya oleh Perpustakaan Nasional RI agar dapat diakses dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk memajukan dan mencerdaskan bangsa,â€ papar Ofy.
Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang Ardoni menjelaskan bahwa pantun yang merupakan tradisi lisan ditemukan dalam kehidupan suku bangsa di nusantara dengan berbagai istilah. Karena bersifat lisan, maka dokumentasinya sangat sedikit. â€œDokumentasinya sangat sedikit ditemukan pada saat ini, makanya di Perpustakaan Nasional, ini termasuk dalam urusan koleksi langka, memang bener-bener langka. Kenapa langka, ya dari jaman dulu tidak dituliskan, bahkan sekarang pun masih jarang yang dituliskan,â€ tegas Ardoni.
Ofy menambahkan bahwa keberadaan koleksi langka Perpustakaan Nasional tersebut, beserta berbagai konten berharga di dalamnya, perlu di-expose kepada seluruh segmen masyarakat sehingga dikenal dan dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh masyarakat.
Praktisi Audio Visual dan Media Sosial Kementerian Komunikasi dan Informatika Dimas Aditya Nugraha mengamini pernyataan tersebut seraya menjelaskan bahwa pantun sebagai bagian dari budaya bangsa harus dilestarikan. â€œPenting untuk menjaga pantun dengan membuat ekosistem yang baik,â€ ujar Dimas. Ia berpendapat bahwa diperlukan cara-cara yang inovatif untuk memasyarakatkan pantun dan untuk menarik minat generasi milenial perlu menggunakan media sosial.
Peneliti Pusat Studi Budaya dan Laman Batas Universitas Brawijaya, F. X. Domini B. B. Hera, atau yang lebih dikenal dengan Cak Sisko, mengharapkan varian pantun dari Sabang sampai Merauke dapat menjadi warisan budaya takbenda di masing-masing wilayah tersebut.
Â 
Reportase: Eka Cahyani

Berita

-

Pencarian

Berita Lainnya

Humas BPKP Studi Banding ke Perpustakaan Nasional

Kaperpusnas: Perpusnas jamin akses digital untuk masyarakat

Bimbingan Teknis Pengelola APBN di lingkungan Perpustakaan Nasional

Kepala Perpusnas Ajak Mahasiswa Kembangkan Diri Melalui Perpustakaan

MOU Perpusnas Dengan DBI : Perpustakaan Butuh Pustakawan Yang Relate Dengan Jaman

Rekam Jejak Pantun di Indonesia

Kategori (Berita Unit)