Langara, Konawe Kepulauan—Sekretaris Utama (Sestama) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Joko Santoso bersama Bupati Konawe Kepulauan Amrullah meresmikan Gedung Layanan Perpustakaan Daerah Kabupaten Konawe Kepulauan.
Gedung perpustakaan dua lantai ini dibangun menggunakan dana alokasi khusus (DAK) fisik subbidang perpustakaan daerah tahun 2023 yang dikucurkan pemerintah pusat dengan anggaran sebesar Rp10 miliar. Gedung yang berdiri di atas Bukit Permai tersebut terdiri dari bangunan layanan perpustakaan dan bangunan aula pertemuan. Fasilitas yang tersedia ruang baca, ruang deposit, ruang anak, ruang komputer pemustaka, aula pertemuan, kantin literasi, loker penitipan, dan didukung teknologi RFID.
Sestama Joko menyatakan gedung perpustakaan melebihi ekspektasi dan sangat megah. Hal ini membahagiakan karena DAK fisik berhasil dengan sukses.
“Kami harapkan bisa membawa manfaat bagi kesejahteraan masyarakat di Konawe Kepulauan terutama melalui peningkatan literasi,” tuturnya di Gedung Perpustakaan Kabupaten Konawe Kepulauan, Jl. Poros Langara-Lampeapi, Langara, Wawonii Barat, Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara (Sultra), pada Selasa (20/8/2024).
Dia menyatakan penguatan literasi masyarakat merupakan salah satu program prioritas nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yaitu penguatan literasi, inovasi, kreativitas untuk mewujudkan masyarakat berpengetahuan dan berkarakter.
Disebutkan bahwa ada tiga alasan Perpusnas terus berupaya untuk penguatan literasi masyarakat Indonesia, terutama di wilayah 3T. Tiga hal tersebut dirangkum dalam 3K. Pertama, konektivitas. Dia menjelaskan, setiap warga negara memiliki hak konektivitas kepada pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas individu yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas hidup.
“Termasuk salah satunya pembangunan gedung ini, infrastrukturnya dan yang kita resmikan hari ini. Di perpustakaan ini, setiap orang bisa mengakses pengetahuan yang penting bagi mereka, mengakses informasi yang ingin mereka harapkan. Tidak hanya gedung, tapi juga perpustakaan digital,” jelasnya.
Selain pembangunan gedung menggunakan DAK, upaya Perpusnas untuk konektivitas adalah melalui penyediaan bantuan perpustakaan keliling (mobil dan motor) serta perpustakaan digital yang dapat diakses melalui gawai yakni iPusnas dan BintangPusnas Edu.
“Meskipun di Konawe Kepulauan, bapak ibu bisa mengakses buku-buku terbitan Gramedia, Angkasa, Mizan, manapun, karena sudah ada jutaan buku digital di sana yang bisa diakses secara gratis,” jelasnya.
Kedua adalah konten atau buku-buku. Menurutnya, kondisi literasi di Indonesia terkendala oleh kurangnya buku. Dia mengajak semua pihak untuk membangun ekosistem dengan menjadikan perpustakaan sebagai ruang diskusi untuk para penulis dan penerbit dalam memproduksi pengetahuan.
“Tahun ini Perpusnas ada bantuan buku bacaan bermutu untuk sepuluh ribu desa masing-masing mendapatkan seribu buku. Jadi ada sepuluh juta buku kita sebarkan dan di antara 10 juta itu, di Konawe Kepulauan kami menyalurkan di 21 desa,” ungkapnya.
Melalui bantuan ini, konten-konten berupa bahan bacaan penting akan memperkuat literasi khususnya pada jenjang PAUD dan SD, hingga ke tingkat desa. Tidak hanya buku, bantuan juga diberikan dalam bentuk rak dan pelatihan untuk pemanfaatan buku, seperti pelatihan membaca nyaring, resensi buku, dan pelatihan lainnya.
Ketiga, konteks. Dia menyebut, pendekatan layanan perpustakaan adalah inklusif. Untuk itu, setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda terhadap layanan perpustakaan.
“Konteks inilah yang dalam harapan kami, kita jadikan perpustakaan sebagai ruang terbuka bagi masyarakat untuk belajar secara kontekstual. Konteksnya tentu berbeda di Konawe Kepulauan, yang profesi masyarakatnya nelayan, petani, dan seterusnya,” ujarnya.
Dia menyebut, perpustakaan harus menjadi ruang belajar yang kontekstual. Sehingga di perpustakaan, masyarakat dapat memutakhirkan pengetahuannya sesuai dengan kebutuhan dalam mengatasi masalah kehidupan.
Selain itu, perpustakaan harus menjadi ruang publik yang terbuka untuk berlatih keterampilan dan kecakapan serta ruang publik untuk berbagi pengalaman.
“Jadi di perpustakaan ini sangat dimungkinkan pelatihan, workshop, diklat, kerjasama antar OPD, lembaga, bahkan komunitas. Buatlah ini rumah kedua bagi siapa saja,” urainya. Perpustakaan harus relevan dengan kebutuhan masyarakat sehingga mengundang orang untuk hadir.
Sementara itu, Bupati Konawe Kepulauan Amrullah merasa bahagia dan terharu melihat gedung perpustakaan yang diresmikan. Dia terjun langsung dalam pembangunan gedung untuk memastikan tidak ada kekeliruan karena pertimbangan struktur tanah yang digali dan ditimbun (cut and fill). Hal ini juga menjadi bukti keseriusan pemerintah daerah atas bantuan yang diterima dari pemerintah pusat.
“Saya apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Kepala Perpusnas yang telah mengalokasikan anggaran melalui DAK untuk pembangunan gedung perpustakaan 2023. Dan kadis provinsi atas bantuannya sehingga pembangunan gedung dapat terlaksana,” ungkapnya.
Kabupaten Konawe Kepulauan baru berdiri sebagai daerah otonomi pada 2013. Pada 2016, saat dilantik sebagai bupati pertama definitif, Bupati Amrullah menyebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) daerahnya berada di peringkat terakhir dari 17 kabupaten/kota yang ada di Sultra.
“Alhamdulilah dengan program kami, salah satunya peningkatan kualitas, kapasitas SDM termasuk di bidang literasi, dan salah satu yang bergulir setiap tahun, beasiswa Wawonii cerdas, alhamdulilah kami saat ini merangkak naik perlahan-lahan sudah di posisi ke-13,” jelasnya.
Untuk mendukung program prioritas Wawonii cerdas yakni pengembangan literasi masyarakat, di setiap kecamatan di Kabupaten Konawe Kepulauan minimal terdapat dua hingga tiga perpustakaan desa, pojok baca desa, dan terbangunnya layanan umum perpustakaan daerah.
“Alhamdulilah hingga 2023, di sini dibangun 14 perpustakaan desa dan gedung layanan perpustakaan daerah yang hari ini diresmikan. Pengembangan perpustakaan memegang peran sangat penting dan strategi dalam mendorong peningkatan kualitas SDM,” urainya.
Dia berharap seluruh pihak bersama-sama menjaga, merawat, dan menghidupkan aktivitas berliterasi di gedung perpustakaan yang baru agar manfaatnya dirasakan terus oleh masyarakat khususnya di Kabupaten Konawe Kepulauan.
Sejak dimulai pada 2019, DAK fisik subbidang perpustakaan daerah sudah dikucurkan sebesar Rp2,5 triliun dan tersebar di 459 daerah. Tidak hanya pembangunan gedung, DAK fisik subbidang perpustakaan daerah juga diberikan untuk perabot, TIK, dan bahan perpustakaan.
Untuk DAK gedung yang terdiri dari pembangunan, perluasan, dan renovasi, telah didistribusikan ke 331 daerah. Di Sultra sudah ada sepuluh daerah yang mendapatkan DAK terkait gedung yakni tujuh daerah mendapatkan pembangunan gedung, dua daerah perluasan gedung, dan satu daerah renovasi gedung.
Reporter: Hanna Meinita
Dokumentasi: Andri Tri K/Alfiyan A.