Semangat Hijriah, Momentum untuk Transformasi Pustakawan dan Masyarakat

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Salemba, Jakarta-Penanggalan tahun Hijriah merupakan titik balik penting dalam sejarah umat Islam. Kegelisahan Khalifah Umar, menggambarkan kemampuannya dalam mengidentifikasi kebutuhan informasi yang diperlukan untuk menjalankan pemerintahan menjadi lebih baik. 

Pernyataan tersebut terlintas langsung dari Pustakawan Ahli Utama Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Woro Titi Haryanti dalam apel pagi melalui zoom meeting, Senin (15/7) terkait peringatan Tahun Baru Hijriah 1446.

Ia berkata bahwa menentukan kebutuhan informasi terlihat mudah, namun bila keliru, maka dapat berbahaya. "Misalnya, fakta sebanyak 80% pemain judi online adalah saudara sebangsa kami yang berada di kondisi ekonomi dan pendidikan yang kurang beruntung. Mereka biasanya terpapar informasi mengenai judi online karena tekanan ekonomi dan kurangnya pengetahuan,” ujarnya. 

Dalam situasi tersebut, ia menyambung, ketika mereka mencari cara untuk mendapatkan uang dengan cepat dan mudah melalui teknologi, jawaban yang muncul di bagian atas hasil pencarian (karena iklan) adalah situs-situs terkait pengembangan bisnis, startup, perencanaan keuangan, dan lainnya seperti pinjaman online hingga judi online.

“Ini pun dapat menjadi contoh bahwa transformasi teknologi tanpa diimbangi dengan transformasi literasi informasi dapat menjadi bencana sebagaimana yang kami lihat akhir-akhir ini,” imbuhnya. 

Lebih dari itu, ia menjelaskan, hakikatnya perilaku manusia terdiri dari niat dan gerak: pikiran, kemauan, dan perbuatan praktis. Baginya, visi dan impian besar Umar bin Khattab sebagai Khalifah tercermin dalam momen Hijriah, yang menandakan impian masyarakat muslim untuk terus maju dan menuju arah yang lebih baik. 

“Momen Hijrah adalah acuan untuk menciptakan masyarakat yang madani,” tegasnya. Ia juga mengungkapkan bahwa sebuah peristiwa menjadi momentum tergantung pada apa yang terjadi setelahnya. 

“Sama halnya dengan hari terbentuknya Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), menjadi momentum baru bagi pustakawan Indonesia. Setelah itu, Perpusnas lahir dan pengakuan terhadap profesi pustakawan di lingkungan pemerintah semakin jelas," tuturnya.

Kemudian, ia memaparkan pertanyaan pentingnya mengenai sejauh mana usaha pegawai Perpusnas sebagai pustakawan untuk berpartisipasi dalam transformasi bangsa? "Sebagai pustakawan, kami harus mencari, mengelola, menyimpan, mengubah informasi menjadi pengetahuan, dan membagikan pengetahuan tersebut untuk transformasi masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik. Do your best for yourself, for the institution, and for the country," pungkasnya. 

 

Reporter / Dokumentasi: Alditta Khoirun Nisa

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung