Salemba, Jakarta- Pusat Pengembangan Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi (P3SMPT), Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menggelar kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) dengan fokus pada pengembangan perpustakaan sekolah/madrasah dan perguruan tinggi.
Kegiatan yang digelar pada 28-29 November 2024 tersebut berhasil menghasilkan rekomendasi terkait penyediaan sumber pembelajaran tanpa batas bagi pemustaka. Terutama dalam fokus penyediaan sumber belajar berbasis teknologi, pelatihan berkelanjutan bagi pustakawan, dan pentingnya advokasi kepada pemangku kebijakan bahwa perpustakaan berperan penting bagi lembaga pendidikan.
Langkah ini diharapkan dapat menciptakan perpustakaan yang lebih adaptif terhadap kebutuhan zaman dan mampu mendukung perkembangan literasi digital. Serta menghasilkan rekomendasi strategis yang jelas dan terukur untuk pengembangan dan pembinaan perpustakaan sekolah/madrasah dan perguruan tinggi pada tahun 2025.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Adin Bondar dalam sambutannya menyampaikan harapan agar para peserta memberikan masukan dan saran strategis untuk mencari formulasi yang tepat dalam rangka pengembangan & pembinaan perpustakaan sekolah/madrasah dan perguruan tinggi.
“Perpustakaan harus mampu bertransformasi melalui program-program inklusif yang menciptakan lingkungan ramah, terbuka, dan mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat. Dengan demikian, perpustakaan dapat menjadi pusat pengembangan keterampilan literasi, pemahaman informasi, dan penelitian, sekaligus memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan mutu pendidikan, pengetahuan, dan budaya secara holistik,” ujar Adin Bondar, Kamis (28/11/2024).
Pimpinan Indonesia Cyber Education Institute (ICE Institute), Universitas Terbuka, Paulina Panen yang hadir sebagai narasumber mengatakan pentingnya penguatan peran perpustakaan dalam pembelajaran tanpa batas. ”Perpustakaan sekolah/madrasah dan perguruan tinggi perlu beradaptasi dengan era digital, termasuk menyediakan sumber belajar yang relevan dan berbasis teknologi untuk meningkatkan daya saing global. Terutama dalam hal mendukung penyelenggaraan Tri Dharma dan manajemen pendidikan tinggi,” imbuhnya.
Selaras dengan hal tersebut Pustakawan Ahli Madya Universitas Indonesia, Kalarensi Naibaho memaparkan tantangan Perpustakaan Akademik di Era Artificial Intelligence diantaranya keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas serta kolaborasi di bidang akademik. Kalarensi juga memberikan menekankan pelatihan berkelanjutan bagi pustakawan dan kolaborasi strategis dengan berbagai pihak bisa menjadi solusi guna menciptakan perpustakaan yang inklusif dan modern.
Presiden Asosiasi Pekerja Profesional Informasi Sekolah Indonesia (APISI) Hanna Chaterina George, juga mengungkapkan bagaimana peran perpustakaan sekolah/madrasah dalam pembelajaran tanpa batas. Menurutnya Hanna, perpustakaan harus menjadi tempat yang tidak hanya menyimpan koleksi, tetapi juga menjadi pusat kreativitas, inovasi, dan kolaborasi dalam mendukung pengembangan literasi di lingkungan pendidikan. ”Perpustakaan sekolah harus bisa menunjukkan kepada pemangku kebijakan, bahwa peran perpustakaan sekolah sangat penting untuk lembaga pendidikan,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, penerapan manajemen menjadi salah satu fokus kegiatan yang tidak kalah penting. Penerapan manajemen mutu yang baik bertujuan untuk memastikan organisasi mampu memenuhi kebutuhan mitra utama P3SMPT. Pendekatan sistematis seperti PDCA (Plan-Do-Check-Act), evaluasi kinerja, dan peningkatan berkelanjutan ditekankan sebagai kerangka kerja untuk mencapai kualitas layanan yang optimal.
Reporter: Sukarni
Fotografer: Mayangsari