Jakarta – Dengan pembicaraan damai dan pikiran terbuka, diharapkan semua konflik bisa berakhir.
Demikian disampaikan oleh Pustakawan Ahli Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Maria Sobon Sompe saat menjadi pimpinan apel pada kegiatan Apel Pagi, Senin (7/10/2024) secara daring.
Bertepatan dengan Hari Komunikasi Damai Internasional yang jatuh setiap tanggal 7 Oktober, Maria mengatakan bahwa hari besar tersebut digagas oleh Ruben M. West pada 2019 untuk meningkatkan kesadaran akan kekuatan komunikasi damai.
“Hari-hari seperti Hari Komunikasi Damai Internasional menjadi semakin penting pada era di mana banyak tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini disebabkan sentimen untuk memecah belah selalu tinggi, terutama penyebaran kebencian dan intoleransi,” ucapnya.
Lebih lanjut, Maria menyebutkan aksi terorisme memicu kekerasan, sementara ekstremisme berusaha meminggirkan mereka yang sudah berada dalam posisi rawan.
Selain itu, di bagian dunia yang paling miskin dan kurang berkembang, bencana terkait iklim memperburuk situasi yang ada dan meningkatkan migrasi paksa. Hal ini juga menyebabkan meningkatkan kejahatan kekerasan.
“Hambatan untuk perdamaian sangat kompleks dan curam. Tidak mungkin bagi negara mana pun untuk menyelesaikannya sendiri dan mungkin itulah sebabnya Hari Komunikasi Damai Internasional diadopsi secara global,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Maria mengajak seluruh peserta apel untuk mempromosikan dialog yang inklusif dan penuh pengertian baik di lingkungan kerja, keluarga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Karena baginya, perdamaian bukanlah sesuatu yang datang secara percuma, melainkan hasil dari upaya bersama melalui komunikasi yang terbuka dan niat untuk saling memahami.
“Sebagai ASN, kita memiliki peran penting dalam memastikan bahwa semangat perdamaian ini tercermin dalam pelayanan kita kepada masyarakat. Melalui pendidikan, kolaborasi, dan komunikasi yang damai, kita dapat berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang harmonis dan negara yang lebih kuat,” pungkasnya.
Reporter: Basma Sartika