Medan Merdeka Selatan, Jakarta- Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas) Mariana Ginting beserta jajaran menerima kunjungan perwakilan National Library of Australia guna membahas terkait tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan koleksi deposit, katalogisasi dan koleksi digital Perpusnas, Selasa (5/11/2024).
Collection Branch Manager National Library of Australia Cathy Pilgrim dalam kesempatan ini mengutarakan tantangan yang dialami Perpustakaan Nasional Australia dalam mengumpulkan bahan deposit.
“Tantangan yang kami hadapi di Australia adalah memastikan bahwa kami kumpulkan semuanya secara komprehensif dengan deposit yang legal. Kami ingin mengetahui bagaimana proses di Perpusnas, apakah ada daftar mengenai apa saja yang sudah diterbitkan di Indonesia,” jelasnya.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Deposit Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perpusnas Emyati Tangke Lembang menjelaskan bahwa Perpusnas memiliki direktori untuk penerbit di Indonesia melalui ISBN.
“Kami punya database yang bisa melacak data mereka, jadi kami bisa berkomunikasi dengan penerbit,” imbuh perwakilan Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Umbara Purwacaraka.
Lebih lanjut, Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Mariana Ginting menjelaskan Indonesia masuk dalam 10 besar industri penerbitan pada tahun 2023.
“Jadi yang pertama itu Amerika Serikat 2.279.217, Jepang urutan ke dua 902.311, urutan ketiga Korea Selatan 338.237, India masuk urutan keempat 281.091, Jerman 277.000, Brasil 179.042, Britania Raya 153.167, nah Italia 139.970, nah Indonesia masuk ke 107.856 ini meminta ISBN di tahun 2023,” tuturnya.
Terkait koleksi digital perpustakaan, perwakilan Direktorat Deposit dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Umbara Purwacaraka menjelaskan prioritas program utama Perpusnas adalah melestarikan naskah dimana tidak semua koleksi didigitalisasikan tapi yang langka dan tua yang menjadi prioritas digitalisasi.
“Program perpustakaan nasional adalah komitmen berkelanjutan untuk melestarikan dan mempromosikan warisan cerita indonesia, tentang koleksi berharga dan naskah kuno dengan adanya portal web seperti khastara.perpusnas.go.id maka keunikan naskah yang ada di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam budaya, bahasa akan kami buat agar mudah diakses dan relevan dengan masyarakat masa kini,” jelasnya.
Berbeda dengan Indonesia yang memiliki banyak naskah kuno, Collection Branch Manager National Library of Australia Cathy Pilgrim menjelaskan Australia adalah negara yang masih sangat muda, baru berusia 200 tahun.
“Jadi kami tidak memiliki banyak bahan publikasi, bahan manuskrip, yang sangat tua, jadi itu bagus karena kami tidak memiliki sejarah budaya yang panjang seperti Indonesia,” ungkapnya.
Curatorial and Collection Research Director National Library of Australia Heather Clark menambahkan bahwa pihaknya tidak bisa mendigitalkan semua materi terkait penyimpanan yang terbatas sehingga memiliki kriteria yang tepat untuk melakukan hal tersebut.
Dia menambahkan bahwa National Library of Australia hanya mengumpulkan satu eksemplar salinan terkait deposit.
“Kami hanya mengumpulkan satu sekarang. Kami tidak memerlukan salinan kedua dan itu adalah keputusan kebijakan bersama dengan lebih memilih salinan digital sehingga kami akan, saya mengambil yang digital dan tidak mencetaknya,” pungkasnya.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Deposit Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perpusnas Emyati Tangke Lembang mengutarakan harapannya agar kedepannya pihak Perpusnas dapat berkolaborasi atau bahkan mengunjungi National Library of Australia dalam rangka studi tiru terkait pengelolaan deposit.
Selain itu, perwakilan Pusat Bibliografi dan Pengolahan Bahan Pustaka Perpusnas Rizky Catur Utomo menjelaskan terkait proses sistem koleksi dimana metadata Perpusnas menggunakan MAG, dari Indonesia kita mengadopsi INDOMAG dan untuk katalog menggunakan RDA untuk panduan baik untuk Perpusnas dan untuk perpustakaan di Indonesia.
Reporter: Anastasia Lily & Hasan Fadhil
Dokumentasi: Andri Tri Kurnia & Robby Rodhian