MoU Perpusnas Dengan Duta Baca Indonesia. Najwa : Pustakawan Harus Jadi Army Yang Kuat Hadapi Hoaks

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan merdeka Selatan, Jakarta—Mengenakan outter batik yang dipadu dengan jeans, Najwa Shihab berkisah kalau selama tiga tahun mengemban amanah sebagai Duta Baca Indonesia rupanya tantangan yang ditemui justru kian beragam. Najwa mengaku bahwa teknologi memang telah mengubah cara pandang masyarakat di hampir semua aspek. Banyak aktivitas maupun informasi yang diperoleh melalui hand phone. Dan ini sudah banyak terjadi di banyak negara di dunia.

“Ambil contoh, di aplikasi whatssapp masyarakat bisa dihujani oleh banyak informasi, namun sayangnya banyak juga virus dusta meracuni, seperti kabar dusta, berita bohong atau hoaks,” ujar Najwa sesaat setelah menandatangi kesepakatan bersama (MoU) lanjutan sebagai Duta Baca Indonesia dengan Perpustakaan Nasional RI di Auditorium Soekarman Perpusnas Jalan Merdeka Selatan, Jumat, (24/1).

Berita bohong cepat menyebar, diantaranya karena faktor tendensi. Otak manusia lebih mudah percaya kepada informasi yang didapat. Karena untuk memiliki kemampuan meragukan informasi memerlukan kerja keras otak. Apalagi untuk mempertanyakan suatu informasi yang diperoleh. Manusia lebih  membutuhkan sel-sel otaknya untuk bekerja lebih berat.

“Jadi, tantangannya justru semakin berganda. Di satu sisi, mengajak masyarakat untuk mencintai buku. Di sisi lain, kita juga harus mengajak masyarakat untuk pandai memilih dan memilah yang mana berita   dusta. Banyak informasi yang samar. Teknologi pun memberikan kemudahan lewat sejumlah aplikasi yang sudah ada untuk mengecek apakah berita atau informasi yang didapat itu benar atau tidak,” ungkap Nana, sapaan akrab Najwa.

Teknologi ibarat pisau bermata dua. Namun, teknologi hanyalat alat karena semua tergantung si pengguna. Di sinilah momen yang pas menciptakan kolaborasi yang tepat antara Duta Baca dengan para pustakawan. “Pustakawan harus menjadi jenderal dalam menghadapi hoaks,” pesan Najwa. Kenapa dikatakan jenderal? Karena pustakawan sudah terlatih memeriksa apakah sebuah informasi yang didapat sesuai data dan fakta. Pustakawan harus menjadi army—meminjam istilah militer—yang kuat.  

Senada dengan Najwa, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando juga mengatakan mulai tahun 2019, pustakawan beserta organisasi yang menaunginya (IPI-red) harus bersinergi bersama. “Bersinergi dalam artian bekerja dengan pikiran dan peluang yang ada. Duta Baca adalah figur yang mampu menjadi magnet. Menarik perhatian masyarakat dalam jumlah besar. Pola pikir pustakawan harus berubah, karena konten (koleksi) perpustakaan juga sudah sesuai tren. Era teknologi 4.0 memerlukan sikap kreatif dan hyper kreatif sehingga nantinya bisa menciptakan assembling ilmu pengetahuan,” ucap Kepala Perpusnas.

 

Reportase : Hartoyo Darmawan

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung