Perpusnas Terima Sertifikat Unesco Tetapkan Hikayat Aceh Jadi Ingatan Kolektif Dunia

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta,- Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menerima sertifikat Memory of The World (Mow) dari Unesco untuk Naskah Hikayat Aceh yang telah ditetapkan sebagai ingatan kolektif dunia.

Naskah Kuno Hikayat Aceh yang diusulkan Perpusnas bersama Perpustakaan Universitas Leiden melalui program joint nomination telah berhasil ditetapkan sebagai Memory of The World (MoW) pada 18 Mei 2023.

Pada acara yang digelar di kantor Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menyampaikan terima kasih atas kerja sama semua pihak dalam pengajuan naskah Indonesia salah satunya naskah Hikayat Aceh sebagai warisan dunia.

“Bertepatan dengan hari ulang tahun Perpustakaan Nasional yang ke-43 tahun ini, Perpusnas mendapatkan kado yang istimewa karena naskah Hikayat Aceh ditetapkan sebagai ingatan kolektif dunia atau Memory of The World (MoW) oleh UNESCO. Tentu ini sebuah usaha yang tidak mudah karena harus melaksanakan joint nomination dengan Belanda,” ungkapnya Rabu, (26/7/2023).

Kepala Perpusnas juga berharap dengan ditetapkannya Naskah Hikayat Aceh sebagai warisan dunia akan semakin banyak masyarakat yang tahun tentang naskah yang lahir pada masa keemasan Sultan Iskandar Muda pada abad ke-15 tersebut.

“Di dalam naskah tersebut bukan hanya menceritakan tentang kejayaan pemerintahan Sultan Iskandar Muda tapi juga tentang kemajuan ekonomi, politik, dan yang terpenting secara khusus membahas tentang perkembangan kemajuan peradaban Islam di Asia Tenggara pada saat itu,” imbuhnya.

Plt. Kepala ANRI yang juga Ketua Komite Nasional Memory of The World (MoW) mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi dan berkomitmen melestarikan warisan dokumenter Indonesia. 

Menurutnya, keberhasilan Indonesia mendapatkan pengakuan atas dokumen sejarahnya di mata dunia harus bisa menyadarkan berbagai pihak untuk terus melestarikan dan membuka akses terhadap warisan dokumenter tersebut untuk masyarakat.

“Warisan dokumenter adalah jendela dan lorong waktu ke masa lalu untuk menjalani masa kini dan untuk merancang masa depa serta khasanah pengetahuan informasi, cerita, dan pengalaman yang mencerminkan perjalanan peradaban bangsa,” terangnya.

Selain naskah Hikayat Aceh, Komite Nasional Memory of The World (MoW) Indonesia yang bertanggung jawab mengkoordinasikan dan mengawasi implementasi program UNESCO Memory of the World (MoW) di Indonesia, mengajukan 2 naskah lain yang juga berhasil mendapat pengakuan. Yaitu arsip pidato Presiden Soekarno pada Sidang Majelis umum PBB tahun 1960 berjudul “To Build The World Anew” dan arsip Dokumentasi Pertemuan Pertama Gerakan Non Blok.

Ketiga arsip Indonesia tersebut ditetapkan sebagai Memory of the world sebagai pada sidang ke-216 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Prancis yang berlangsung pada tanggal 10 hingga 24 Mei 2023 lalu.


Reporter: Eka Purniawati
Fotografer: Aditya Irfan F.

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung