Perpustakaan Harus Ubah Gaya Ikuti Milenial

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Di era teknologi dewasa ini, budaya baca mengalami pergeseran yang cukup signifikan. Banyaknya informasi akan suatu isu saat ini jelas menciptakan banyak informasi bohong atau hoax. Masyarakat tidak lagi mendapatkan informasi utuh seperti selayaknya yang bisa didapatkan saat membaca buku. Maka dari itu, perpustakaan membutuhkan strategi khusus untuk bisa bertahan dalam era teknologi ini.

"Saat ini, masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan informasi seputar apapun yang mereka ingin di internet, namun informasi itu cenderung hanya sepenggal alias tidak utuh. Informasi tidak lengkap itu pula yang sering kemudian menimbulkan hoax. Untuk itu kami ingin tahu strategi apa yang dimiliki Perpustakaan Nasional untuk bisa tetap bertahan di tengah era teknologi yang terus berkembang ini," ungkap anggota DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di Gedung Layanan Perpustakaan Nasional, pada Rabu (4/3).

Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Woro Titi Haryanti, menjawab rasa ingin tahu dari Niko dengan menjelaskan bahwa pergeseran budaya baca yang diakibatkan oleh teknologi internet memaksa perpustakaan untuk berubah mengikuti gaya generasi milenial. Yakni dengan mendigitalisasi bahan bacaan agar para milenial ini bisa terus membaca meskipun bukan dalam bentuk buku melainkan cukup hanya dengan menggunakan smartphone mereka masing-masing.

"Di era internet ini kita tidak bisa serta merta menggunakan informasi yang kita dapatkan. Contohnya Wikipedia, kita tidak bisa menggunakannya sebagai bahan rujukan ilmiah resmi, karena informasi yang terkandung didalamnya tentu benar. Untuk itu Perpusnas menghadirkan bahan bacaan yg sudah didigitalisasi ke dalam aplikasi yang bisa di akses langsung di smartphone seperti iPusnas, e-resources, Khastara, dan Indonesia One Search (IOS)," jelas Woro.

Tak ketinggalan, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Arsyaf Suryadin, meminta dukungan formasi pustakawan karena jumlah yang sudah ada sekarang belum cukup untuk mendukung semua kegiatan pelayanan perpustakaan yang ada di daerahnya. "Jumlah pustakawan kami saat ini hanya ada 12 orang. Kami butuh dukungan Perpustakaan Nasional agar jumlah pustakawan di daerah kami bisa bertambah," beber Asyraf.

Untuk itu, Opong Sumiati, selaku Kepala Pusat Pengembangan Pustakawan menjelaskan bahwa impassing bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk mendorong SDM yang berpotensial menjadi pustakawan. Selain itu disampaikan pula bahwa Perpustakaan Nasional juga menyelenggarakan bimtek, sertifikasi pustakawan, Uji Kompetensi Pustakawan (UKP), dan lomba pustakawan berprestasi.

Reporter: Basma Sartika
Fotografer: Ahmad Kemal Nasution

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung