Lamongan, Jawa Timur—Perpustakaan didorong agar terus melakukan program transformasi sehingga kehadiran perpustakaan dapat menjadi medium dalam mewujudkan keadilan sosial.
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi menyatakan Kabupaten Lamongan terus mendorong peningkatan pengembangan sumber daya manusia agar punya daya saing di tengah keterbatasan sumber daya alam.
“Alhamdulilah, upaya kita untuk pembangunan SDM ini terbukti dengan setiap tahun kita terus meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia atau IPM yang saat ini tercatat 74,22 dan itu artinya Kabupaten Lamongan di atas rata-rata Jatim dan Nasional yang 72,” saat memberikan sambutan dalam kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat di Kabupaten Lamongan, Jatim, pada Senin (28/8/2023).
Kegiatan ini diselenggarakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) bekerja sama dengan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Lamongan di Pendopo Lokakantra Kabupaten Lamongan, dengan mengusung tema Membangun Literasi Keluarga untuk Mewujudkan SDM Unggul dan Berkarakter.
Dia menambahkan, peningkatan kapasitas SDM dibutuhkan dalam memasuki Indonesia Emas di tahun 2045. “Mari terus kita siapkan dengan pengayaan literasi kepada anak-anak kita semua,” tuturnya.
Saat ini, Perpusda Kabupaten Lamongan sudah menjalankan beragam program yakni perpustakaan keliling dengan kegiatan Celengan (Cerita Online Lamongan), ebook aplikasi i-Lamongan, Widuri Sebumi atau Wisata Edukasi Pagi Hari Selasa Rabu Kamis, dan pemilihan duta baca yang menjadi duta literasi Kabupaten Lamongan.
“Kegiatan-kegiatan tersebut dapat mengantarkan skor Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) tahun 2022 yakni 66 atau kategori tinggi,” urainya.
Dia mengucapkan apresiasi dan terima masih kepada pegiat literasi serta guru yang terus bergandengan tangan untuk meningkatkan kualitas pengayaan SDM dalam literasi.
Anggota Komisi X DPR RI Zainuddin Maliki menyatakan pengembangan perpustakaan khususnya dalam peningkatan literasi membutuhkan kesungguhan. Hal ini dapat dilakukan dengan menaikkan anggaran perpustakaan.
“Saya di Komisi X salah satu yang paling getol untuk mendorong agar Menteri Keuangan memberi perhatian secara sungguh-sungguh dalam pengembangan perpustakaan,” ujarnya.
Mengutip pernyataan Kishore Mahbubani, ahli globalisasi dari National University of Singapore, legislator Fraksi PAN ini menyebut saat ini ada pergeseran kekuatan dunia dari Barat ke Asia. Sayangnya, Indonesia belum ada di halaman depan, masih ada di halaman belakang. Yang ada di halaman depan yakni Tiongkok, Jepang, Korea, dan India.
“Saya yakin kalau posisi literasi kita naik akan mengkatrol posisi Indonesia dan melakukan lompatan ke halaman depan. Sayangnya posisi literasi kita belum maksimal,” jelasnya.
Dia menyebut anggaran Pendidikan Kabupaten Lamongan nilainya setara dengan anggaran Perpusnas sebesar Rp600 miliar. Menurutnya, hal ini menyedihkan. Anggaran Perpusnas harus ditingkatkan menjadi Rp1 triliun agar dapat meningkatkan literasi. “Karena literasi modal kita untuk memajukan bangsa,” ungkapnya.
Sementara itu, pustakawan ahli utama Perpusnas menyatakan Sri Sumekar mengajak agar keluarga di Lamongan memiliki perpustakaan keluarga. Keluarga adalah fondasi dasar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan keluarga dapat menjadi media literasi, edukasi, komunikasi, dan belajar bersama.
“Selama ini beberapa penelitian menunjukkan perpustakaan keluarga dapat meningkatkan minat baca. Ada skripsi dan disertasi yang menunjukkan adanya korelasi positif bahwa kehadiran perpustakaan keluarga di rumah dapat meningkatkan budaya literasi,” tuturnya.
Keluarga memiliki sumbangsih dalam mencerdaskan kebidupan bangsa karena keluarga adalah perwakilan bangsa yang terkecil. Dari keluarga, tumbuh anak yang berpendidikan dan berkarakter.
“Mari mulai dari rumah kita, kita bentuk perpustakaan keluarga meski kecil, agar bisa diterapkan di sekolah, masyarakat dan anak-anak kita akan mendapatkan manfaat. Semoga perpustakaan keluarga menjadi program yang diwujudkan Kabupaten Lamongan tahun depan dan bisa dilombakan,” ujarnya.
Pegiat literasi keluarga Shahnaz Haque menilai keteladanan orang tua sangat dibutuhkan dalam membangun kebiasaan anak untuk membaca. Orang tua harus dekat dengan buku agar anak dapat mencontoh.
“Mana mungkin buah hati kita suka membaca kalau bunda dan ayahnya lebih suka pegang gadget daripada pegang buku,” tuturnya.
Selain itu, orang tua harus menyedikaan bahan bacaan untuk anak. Dia mengajak orang tua untuk memberikan hadiah berupa buku kepada buah hatinya dan kemudian bersama-sama menelaah isi buku tersebut.
“Jangan tanya, pesan moral apa dari buku tersebut. karena dengan begitu bunda dan ayah menyeragamkan mereka lagi. Biarkan mereka dengan kreativitasnya memberikan atau menangkap pesan moral dari setiap buku yang ada,” lanjutnya.
Kemudian anak ditanyai halaman dari buku tersebut yang paling dekat dengan hatinya, dan bagaimana cara mengimplementasikan atau melakukan di setiap hari terhadap praktik baik dari pesan moral di buku tersebut.
“Itulah merdeka belajar, cerdas literasi. Bukan hanya bisa membaca tapi paham apa yang dibaca dan tahu bagaimana mengerjakan dalam kehidupan,” pungkasnya.
Reporter: Hanna Meinita
Fotografer: Prakas Agrestian