Salemba, Jakarta--Pandemi Covid-19 telah mengukuhkan sudut pandang mengenai konsep revolusi industri 4.0 telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita, termasuk mendukung aktivitas dalam upaya penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan khususnya di Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Demikian disampaikan Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas, Deni Kurniadi dalam Webinar yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional bekerjasama dengan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI), dengan tema "Tatanan Baru Kepustakawanan Perguruan Tinggi di Era Pandemi", Selasa (24/11).
“Paradigma perpustakaan dewasa ini sudah berubah dari sekedar melayani ke pemustaka menjadi konsep yang memberdayakan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup sampai pada peningkatan ekonomi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi atau digital,†tuturnya.
Saat ini, lanjut Deni, kondisi perpustakaan perguruan tinggi memiliki berbagai kendala. Diantaranya, status kelembagaan perpustakaan belum semua mengacu pada peraturan yang berlaku dan sesuai Standar Nasional Perpustakaan, serta akses perpustakaan yang belum merata sehingga semua civitas akademika menikmati layanan perpustakaan.
“Untuk menjamin penerapan standar diperlukan penilaian kesesuaian melalui akreditasi atau sertifikasi. Dari jumlah perpustakaan perguruan tinggi yang mencapai 2.057 perpustakaan, jumlah perpustakaan perguruan tinggi yang terakreditasi baru mencapai 357 perpustakaan atau 17,35 persen,†lanjutnya.
Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi, Nurcahyono menyampaikan, keberadaan Perpustakaan Perguruan Tinggi memiliki kontribusi besar dalam membangun masyarakat berpengetahuan melalui ikhtiar kolektif untuk menumbuhkan tradisi dan budaya baca di dalam masyarakat. Hal ini selaras dengan visi Indonesia di tahun 2045 yang menuntut SDM berkualitas, produktif serta menguasai teknologi.
“Bisa tercapai apabila kita melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal, serta menuemukan inovasi baru dan kreativitas lain dalam layanan, terutama dalam masa pandemic saat ini,†ungkapnya.
Lebih lanjut, Nurcahyono mengatakan, sekarang ini kita mengalami darurat pendidikan karena pandemic Covid-19 yang belum tuntas dan berimbas pada kualitas dan kuantitas Pendidikan. Untuk itulah perpustakaan hadir untuk menjadi solusi dalam masalah ini.
“Dengan kondisi Covid-19, justru menjadi tantangan bagi tenaga perpustakaan untuk meningkatkan layanan kita untuk menunjang darurat Pendidikan ini, sehingga kualitas pendidikan menjadi meningkatâ€
Sementara itu, Kepala UPT Perpustakaan Universitas Indonesia, Utami Budi Rahayu Hariyadi mengatakan, penting bagi pustakawan memiliki soft skill untuk menunjang pekerjaannya. Seperti kemampuan untuk mendengarkan yang dikemukakan oleh pemustaka dengan aktif, serta ketrampilan berkomunikasi yang baik.
Reportase: Wara Merdeka