SSKCKR Jaga dan Lestarikan Kekayaan Intelektual Bangsa

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga dan melestarikan kekayaan intelektual bangsa, salah satunya melalui fungsi deposit yang diwujudkan dalam kegiatan serah simpan karya cetak dan karya rekam (SSKCKR).

Fungsi ini bertujuan untuk memastikan bahwa karya-karya intelektual bangsa dapat terus terjaga dengan baik dan dimanfaatkan bukan hanya oleh generasi masa kini tetapi juga generasi mendatang.

Pada praktiknya, fungsi tersebut diatur melalui Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2018 tentang SSKCKR. Secara rinci di dalamnya juga dijelaskan seluruh aspek dari setiap proses pelaksanaannya, termasuk peran serta masyarakat, tak terkecuali penulis yang menyerahkan karyanya ke Perpusnas.

Perpusnas mengundang dua orang pemenang Buku Terbaik hasil SSKCKR sebagai narasumber dalam kegiatan Forum Diskusi yang diselenggarakan secara daring, dengan tema Karya Kita, Warisan Bangsa: Serah Simpan dan Peran Masyarakat dalam Melestarikan Intelektual Bangsa, Selasa (3/12/2024).

Dalam sambutannya Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas, Mariana Ginting mengatakan forum diskusi ini hadir untuk memberikan ruang khususnya kepada para penulis dan masyarakat luas berdiskusi, berbagi pandangan, dan saling menginspirasi dalam melestarikan karya-karya intelektual bangsa melalui program SSKCKR.

“Kehadiran para pemenang Buku Terbaik Tahun 2022 dan 2024 sebagai narasumber diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai manfaat SSKCKR, sekaligus menjadi bukti bahwa karya-karya yang sudah diserahsimpankan di Perpusnas memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif, tidak hanya bagi generasi saat ini tetapi juga untuk generasi mendatang,” ucapnya.

Lebih lanjut, Mariana menambahkan tugas pelestarian karya intelektual tidak hanya menjadi tanggung jawab para penulis tetapi juga masyarakat luas seperti pembaca, akademisi, guru hingga orang tua, yang memiliki peran besar dalam menyebarluaskan dan mengedukasi generasi penerus tentang isi dan nilai yang terkandung dalam karya-karya tersebut.

“Pada kesempatan ini, saya mengajak kita semua untuk terus bekerja sama, memperkuat peran kita dalam pelestarian karya intelektual bangsa, serta mendorong masyarakat untuk lebih aktif berpastisipasi dalam program SSKCKR ini,” ajaknya.

Di sesi diskusi, kedua narasumber, Peringkat I Subjek Fotografi Pemenang Pemilihan Buku Terbaik Tahun 2022, Seno Gumira Ajidama dan Peringkat I Subjek Hak Asasi Manusia Pemenang Pemilihan Buku Terbaik Tahun 2024, Andrey Sujatmoko berkisah bahwa latar belakang yang mengawali mereka menulis buku adalah riset disertasi saat kuliah.

Buku berjudul Kisah Mata Fotografi Antara Dua Subjek: Perbincangan tentang Ada berisi tentang perbedaan pendapat mengenai sebuah foto dari sisi fotografer dan penikmat foto. Dengan kata lain, foto menjadi situs yang diperebutkan maknanya sehingga terbebas dari ilusi yang diberikan oleh fotografer.

Sementara buku berjudul Pemulihan Korban Pelanggaran Berat HAM: Menurut Prinsip Tanggung Jawab Negara ingin menginformasikan kepada pembaca bahwa negara masih memiliki pekerjaan rumah dalam memenuhi hak-hak masyarakat, sehingga perlu memunculkan gerakan agar hak-hak tersebut dapat terpenuhi.

Seno menganggap program SSKCKR sangat amat penting bagi masyarakat di masa kini terutama masa depan, dengan demikian dia mengimbau para peserta yang hadir pada kegiatan ini untuk tidak ragu berpartisipasi.

“Saya sering merasa tertolong oleh Perpusnas, yang tidak ada dimanapun saya cari selama betahun-tahun, saya berhasil menemukannya di Perpusnas. Jadi program SSKCKR ini sangat amat penting oleh karena itu jangan ragu karena kita tidak pernah tahu apa yang kita perlukan ke depan,” ungkapnya.

Andrey yang saat ini berprofesi sebagai dosen juga merasa program SSKCKR luar biasa karena baginya persoalan buku di satu waktu pasti ada kebutuhan dan urgensinya.

“Program ini luar biasa sangat penting dan strategis, sekaligus mampu menjadikan Perpusnas sebagai benteng terakhir pelestarian intelektual bangsa. Persoalan buku pasti ada kebutuhan dan urgensinya karena siklus terus berubah, mungkin sekarang belum butuh tapi nanti orang akan cari,” pungkasnya.

Reporter: Basma Sartika

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung