Webinar Perpusnas dan ATPUSI-Kolaborasi Perpustakaan dan Sekolah Hasilkan Inovasi Kemandirian Belajar

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

 

Salemba, Jakarta-Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dikeluarkan berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 bertujuan membiasakan siswa untuk membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti. Sehingga di masa depan para siswa memiliki kemampuan literasi tinggi, yakni mampu mengakses, memahami, dan menggunakan informasi dengan cerdas. Sebagai urat nadinya pendidikan, perpustakaan berperan besar dalam menumbuhkan literasi siswa, apalagi jika diarahkan pada fokus pembangunan nasional saat ini yang menitikberatkan pada terciptanya sumber daya unggul.

"Kegiatan literasi memang merujuk pada kemampuan dasar seseorang dalam membaca dan menulis. Sehingga selama ini, strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut adalah menumbuhkan minat membaca dan menulis," jelas Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional Deni Kurniadi ketika membuka Webinar Standar Literasi Baca, Assesmen Kompetensi Minimum (AKM), dan Peran Perpustakaan Sekolah Dalam Assesmen Literasi Baca, yang diselenggarakan Perpusnas bekerja sama dengan Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Seluruh Indonesia (ATPUSI) pada Rabu, (30/9).

Kemampuan literasi, tambah Deni, membantu memberantas kemiskinan,  menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya perdamaian. Buta huruf, bagaimanapun, adalah hambatan untuk kualitas hidup yang lebih baik.

Bukan zamannya lagi berpikiran kalau perpustakaan adalah gudang buku. Seiring perkembangan peradaban dan teknologi, perpustakaan telah bertransformasi menjadi tempat yang memberdayakan masyarakat melalui pendekatan teknologi informasi. "Masyarakat harus yakin bahwa kesejahteraan hidup bisa diperbaiki jika mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki, salah satunya melalui koleksi buku ilmu-ilmu terapan yang terdapat di perpustakaan, " tambah Deni.

Ketika perpustakaan diproklamirkan sebagai urusan wajib pemerintah nondasar, maka peran pemerintah daerah juga dituntut untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan sebagai pusat belajar masyarakat.

Di tatanan pendidikan, perpustakaan sekolah memiliki arti penting bagi strategi jangka panjang pengembangan literasi, pendidikan, penyediaan informasi. Kolaborasi perpustakaan dan sekolah akan menghasilkan beragam inovasi kemandirian belajar. Hal ini sejalan dengan Manifesto Perpustakaan Sekolah yang dicanangkan UNESCO yang menyebutkan jika para pustakawan dan guru bekerja sama dengan baik, maka otomatis seluruh murid punya kemampuan literasi yang baik, sanggup memecahkan masalah, serta fasih di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

"Perpustakaan mendukung program Merdeka Belajar karena mampu menggali potensi dari pada guru dan siswa sehingga terbuka ruang-ruang inovasi. Di sinilah akan terlihat peran pustakawan dan perpustakaan sekolah adalah motor penggerak dari program tersebut, " kata Pustakawan Utama Perpusnas Sri Sumekar.

 

Sementara itu, Ketua Pusat Studi Literasi dari Universitas Negeri Surabaya Kisyani Laksono menambahkan literasi membaca kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu.

Kecakapan literasi membaca memuat, diantaranya kemampuan membaca pemahaman, merepresentasikan cerita dengan efektif, mengetahui jenis tulisan dalam media dan tujuannya, dan menyusun tulisan dengan menggunakan bacaan sebagai referensi.

Sedangkan Dosen dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tati D Wardi menyebutkan yang dibutuhkan pada era assesmen literasi baca adalah perpustakaan yang koleksinya dipenuhi dengan buku-buku dan teks berkualitas jenis sastra dan informasi.

Profil pustakawan di era asesmen  literasi baca menurutnya, pertama tahu banyak koleksi bacaan berkualitas baik sastra dan informasi. Kedua, tahu banyak sumber materi (teks bacaan) dan sumber digital yg mendukung pembelajaran. Ketiga, terlatih dalam memilih koleksi buku berkualitas dan mendukung keberagaman budaya bangsa, dan antarbangsa. Dan keempat, tahu dan kompeten mengajarkan keterampilan mencari sumber kepada siswa. Bagaimana mendapatkan informasi dari semua jenis database.

"Ini adalah keterampilan teknis penting siswa untuk kebutuhan lintas disiplin ilmu terutama di level SMP dan SMA. Dan pustakawan yang berpengetahuan baik dapat menunjang kompetensi literasi baca siswa," pungkas Tati.

 

Reportase: Hartoyo Darmawan

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpusnas Republik Indonesia

Jumlah pengunjung: NaN