Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Dilihat dari perspektif perguruan tinggi, naskah tidak hanya sebagai koleksi kuno tetapi juga merupakan koleksi yang sangat tinggi nilainya. Demikian disampaikan Kepala UPT Perpustakaan UI, Utami Budi Rahayu Hariydi, pada acara bertema “1 Data Digital Naskah Nusantara†yang diselenggarakan secara daring, Kamis (4/3/2021). Di perguruan tinggi, naskah merupakan sumber daya pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk bahan belajar-mengajar, observasi, dan riset.
Dr. Th. Pigeuad mengumpulkan naskah Jawa pada periode 1925-1942 ketika menjabat sebagai pegawai bahasa pemerintah Belanda di Yogyakarta dan Surakarta. Naskah-naskah tersebut dikirimkan secara berkala kepada KBG (Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen) di Batavia. Setelah masa perang kemerdekaan RI, bahan tersebut disimpan pada Lembaga Penyelidikan Kebudayaan Indonesia (Instituut voor Taal-en Cultuur-Onderzoek (ITCO) yang bernaung di bawah Fakultas Sastra dan Filsafat Universitas Indonesia.
Tahun 1970 koleksi naskah Pigeuad disimpan di Biro Naskah FSUI dan pada tahun 1984 Biro Naskah menjadi sub bagian naskah dari Perpustakaan FSUI. Kemudian tahun 2011 Perpustakaan FIB (Fakultas Ilmu Budaya) UI bergabung dengan UPT Perpustakaan UI. Adapun koleksi naskah yang berasal dari Dr. Th. Pigeuad terdiri dari naskah Jawa, Bali dan Sunda. Aksara yang digunakan antara lain aksara Jawa, Bali, Pegon (aksara Arab, berbahasa Jawa), dan Latin. Sedangkan bahasa yang digunakan diantaranya bahasa Jawa, Jawa Kuna, Sunda, Bali, Madura, dan Melayu.
Utami menjelaskan bahwa naskah yang dikelola UPT Perpustakaan UI dapat ditemui di lantai 2 dan hanya untuk dibaca di tempat. “Terkait dengan kebijakan umum dari perpustakaan UI bahwa sebetulnya yang diperbolehkan untuk menggunakan koleksi perpustakaan ini adalah SIVA UI (Sivitas Akademika UI), pemustaka umum boleh menggunakannya namun ada persyaratan-persyaratan khusus yang harus dipenuhi dan tidak bisa begitu saja dibawa pulang,†jelasnya.
Adapun jumlah naskah yang disimpan di UPT Perpustakaan UI sebanyak 2.431 judul (2.331 berbentuk kertas dan 100 berbentuk lontar) dan 2.731 eksemplar. Meskipun sebenarnya nafas dari perpustakaan adalah dengan memberikan akses seluas-luasnya kepada para pemustaka, namun untuk koleksi naskah ada keistimewaannya sendiri. “Naskah hanya dikeluarkan dari penyimpanannya apabila memang diperlukan untuk kepentingan penelitian dan dengan pengawasan yang cukup ketat,†ungkap Utami. Sebagian besar pemustaka yang menggunakan koleksi naskah di UPT Perpustakaan UI berasal dari FIB UI.
Selain layanan, UPT Perpustakaan UI juga mengolah naskah dengan menggunakan pedoman pengolahan bahan perpustakaan berbasis MARC dan RDA (Resource Description dan Access). Lalu sistem aplikasi yang digunakan adalah LONTAR (Library Automation and Digital Archive). Adapun metadata naskahnya dilengkapi dengan file digital hasil digitalisasi. Saat ini jumlah naskah yang belum didigitalisasi berjumlah 283 judul atau 45.643 halaman.
Proses preservasi naskah di UPT Perpustakaan UI dilakukan dengan cara menggunakan bahan-bahan alami, membersihkan fisik naskah, fumigasi, menggunakan box, dan menyerap lembab. Lebih jauh, dalam rangka menyelamatkan naskah yang kondisinya telah rapuh, secara bertahap koleksi naskah diubah menjadi format digital.
Reporter: Basma Sartika