Bandar Lampung, Lampung--Teknologi memberikan dampak percepatan nyaris di semua sektor pembangunan. Teknologi diperoleh karena adanya proses transfer knowledge. Dan transfer knowledge hanya bisa dilakukan dari keaktifan dalam membaca.
Bung Karno dalam sejarahnya, tidak pernah mengajarkan bagaimana mengumpulkan senjata perang atau cara menjadi kekuatan ekonomi dunia. Pada 1920, Soekarno bersama rekan-rekan seperjuangan malah membentuk organisasi perjuangan yang eksis membebaskan Indonesia dari penjajah.
Hasilnya menggemparkan, bahwa dari seringnya membaca, falsafah Pancasila terbentuk, Undang-Undang 1945 terumuskan. Bahkan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang digelar pertama kali di Bandung menjadi pondasi human rights (hak asasi manusia).
"Senjata ampuh digunakan di medan perang tapi sejatinya membunuh nilai-nilai kemanusiaan. Beda hal dengan buku yang jika didigitalkan malah sanggup menembus miliaran kepala dan menciptakan peradaban baru," jelas Kepala Perpusnas.
Di hadapan 200 peserta yang merupakan pendidik SD/SMP serta pengelola Taman Baca Masyarakat, Kepala Perpusnas mengajak para pendidik untuk memahami arti literasi. Literasi secara dasar dimaknai empat tingkatan. Pertama, kemampuan mengumpulkan sumber sumber bahan bacaan. Kedua kemampuan memahami yang tersirat dan tersurat. Ketiga adalah kemampuan menghasilkan ide-ide/gagasan/kreativitas baru. Dan keempat literasi dimaknai sebagai kemampuan mengolah untuk menjadi barang/jasa.
"Dengan kemampuan literasi yang baik. Siapapun tidak mudah termakan berita palsu (hoaks). Kekacauan yang terjadi di akhir disebabkan masyarakat belum dapat mengolah materi informasi dengan baik sehingga mudah diperdaya dan dipermainkan sekelompok pihak.
Reportase : Hartoyo Darmawan
Fotografer : Hartoyo Darmawan