Â
Salemba, Jakarta - Persoalan rendahnya budaya baca yang membawa dampak pada rendahnya literasi masyarakat Indonesia harus dipahami secara komprehensif, tidak parsial. Pemerintah, penerbit, penulis, maupun stakeholder lain diharapkan berperan untuk mengatasi permasalahan di sisi hulu dan hilir agar pembangunan SDM Unggul Indonesia Maju bisa terealisasi secepatnya. Para penulis diminta untuk mengambil peran dengan menuliskan buku-buku bergenre ilmu terapan yang sesuai karakteristik geografi dan demografi penduduk. Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI dalam hal ini turut berkontribusi dalam hal penyediaan bahan bacaan untuk masyarakat dengan meluncurkan buku melalui Perpusnas PRESS.
“Menulis dan literasi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Salah satu permasalahan hari ini terkait literasi adalah kesenjangan akses atas bahan bacaan yang tidak merata. Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menetapkan bahwa setiap individu berhak untuk mendapatkan akses bacaan minimal tiga buku baru setiap orang setiap tahunnya,†ungkap Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando saat memberi sambutan pada acara Peluncuran dan Diskusi Buku dengan tema “Menulis, Seni Menuangkan Ide†yang diselenggarakan secara hybrid pada Senin (24/5/2021) di Ruang Teater Perpusnas Salemba.
Perpusnas PRESS merupakan Penerbit Perpusnas yang memiliki peran dan kontribusi dalam mendorong penciptaan peningkatan budaya literasi di masyarakat. Dalam hal ini, peran penting penerbitan minimal terdiri dari tiga fungsi utama yaitu publikasi, produksi, dan penyebarluasan atau diseminasi informasi. Adapun kegiatan yang dilakukan Perpusnas PRESS dalam upaya mendorong dan mendukung penguatan budaya literasi di masyarakat antara lain dengan pengembangan perbukuan dan penguatan konten literasi serta peningkatan akses layanan.
Acara ini mengundang narasumber yang berasal dari berbagai latar belakang profesi antara lain Pustakawan Perpusnas Frial Ramadhan Supratman, PNS Balitbangdiklat Kemenag Hariyah, Editor Milastri Muzakkar, PNS Guru di SMAN 2 Banjar Saeful Hadi, dan Pelajar Kelas 10 SMKN 3 Jakarta Naurah Risadamayanti. Pada kesempatannya masing-masing, mereka membagikan pengalaman dalam menulis.
Bagi Frial Ramadhan Supratman, tidak diperlukan banyak metode untuk menulis. “Menulis itu mengalir saja tidak perlu terlalu banyak metode meskipun ada standar tertentu. Lebih seperti melakukan tanya jawab kepada diri sendiri. Mengalir.†ujar Frial.
Sependapat, Hariyah menambahkan bahwa selain menulis dengan mengalir saja dia pun menulis untuk berbagi pengalaman. “Dalam menulis ini lebih ke pengalaman aja ya, berbagi kepada para pembaca tentang apa yang kita kerjakan dan semoga apa yang kita kerjakan itu ada manfaatnya buat masyarakat pembaca,†ucapnya.
Milastri Muzakkar mengatakan menulis bukan hanya sekedar menuangkan ide tapi juga memberikan jiwa atau ruh kepada hal yang ingin disampaikan agar negara ini bisa menjadi lebih baik. “Betul-betul dari sebuah ide lalu diharapkan lahir sebuah perubahan yang lebih baik untuk negara kita,†papar Mila sapaan akrabnya.
Naurah Risadamayanti menyatakan bahwa menulis adalah sebuah cara untuk menuangkan ide. “Jika kita memiliki ide atau pemikiran tentang suatu hal, salah satu jalannya adalah menulis. Dengan menulis kita bisa menuangkan ide kita, lalu apa yang ada di pemikiran kita akan menjadi bukti nyata dengan demikian kita ikut berkontribusi dalam lingkungan sekitar,†terang Naurah.   Â
Lain halnya untuk Saeful Hadi, menulis merupakan sebuah aktivitas yang memiliki tiga manfaat yakni eksistensi diri, karir, dan rekreasi. “Menulis adalah eksistensi diri saya ketika menuangkan ide gagasan serta mampu menjadikan diri saya berharga. Untuk karir, kebetulan saya baru kemarin naik pangkat dari 3c ke 3d berkat lima buku saya yang lolos dalam penilaian angka kredit. Hal yang paling menarik dari menulis itu adalah sebagai rekreasi karena kita bisa menulis apa yang ditangkap oleh mata kemudian dijadikan imajinasi lalu diolah menjadi tulisan,†jelasnya.
Sesungguhnya dengan membaca dan menulis akan mampu menciptakan peradaban baru. Menulis dan peradaban tidak dapat dipisahkan. Naskah-naskah yang ditulis dalam buku merupakan pemikiran, gagasan, dan pengetahuan para penulis. Menulis juga dapat digunakan sebagai media penyampaian atas keilmuan yang dimiliki atau sekadar berbagi pengalaman yang diharapkan dapat memperbaiki peradaban untuk Indonesia maju.
Masih dalam nuansa dan semangat hari jadi Perpusnas ke-41, pada kesempatan yang sama Perpusnas PRESS meluncurkan lima buku yang berjudul (1) Kearifan Lokal Nusantara; (2) Kisah Inspiratif Aku dan Perpustakaan; (3) Milenial Literasi Damai: Tentang Literasi, Milenial, dan Indonesia; (4) Perpustakaan Khusus vs Covid-19; (5) Antologi Puisi Kartini 2021.
Kelima buku yang diluncurkan pada acara tersebut diharapkan mampu menjadi bagian dari tingkatan implementasi literasi dan dapat diakses melalui aplikasi iPusnas atau pranala https://press.perpusnas.go.id. Â
Â
Reporter: Basma Sartika
Fotografer: Alfi