Salemba, Jakarta – Tingkat literasi di Indonesia belum menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini dikarenakan terdapat dua pokok masalah, diantaranya jumlah buku yang beredar masih jauh dari kondisi yang ideal serta rendahnya tingkat inovasi sehingga mengakibatkan pada rendahnya angka produksi.
Dalam sambutan Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca, Adin Bondar yang dibacakan oleh Koordinator Analisis Perkembangan Semua Jenis Perpustakaan, Alfa Husna mengatakan, dari dua masalah tersebut, Presiden Joko Widodo merancang RPJMN 2020-2024 yang salah satunya berfokus pada peningkatan kualitas SDM. Tidak ada cara lain selain berfokus pada peningkatan kualitas SDM.
"Karenanya perpustakaan harus terus memperluas aksesnya ke masyarakat, membentuk manusia unggul dengan tingkat literasi tinggi. Harus disadari dan dipahami hanya dengan kedalaman pengetahuan seseorang dapat menciptakan barang/jasa yang berkualitas yang memberikan manfaat kesejahteraan," ungkapnya pada Webinar Pembudayaan Kegemaran Membaca Masyarakat dan Literasi dengan tema "Literasi Bukan Hanya Diksi, Namun Perlu Eksekusi", Selasa (6/9/2022).
Dikatakan, penguasaan literasi yang mumpuni akan membantu manusia secara personal dan komunal dalam menghadapi perkembangan dunia. Di sisi lain, kehadiran teknologi juga bagian yang tidak dapat dinafikan dalam mendorong kreativitas dan produktivitas.
"Budaya literasi yang kuat menjadi solusi dalam menghadapi persaingan global. Kita memerlukan alert system dan pengingat diri agar budaya literasi ini dapat berkembang dengan berbagai aktivitas yang nyata," katanya.
Guru dan Penulis, Akhmad Cahyo Setio menyampaikan, literasi adalah kunci untuk mengembangkan kecakapan hidup agar siap menghadapi tantangan di abad ke-21. Ada enam literasi dasar, diantaranya literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, serta literasi budaya dan kewargaan.
"Maka perlu adanya gerakan dan tindakan yang nyata untuk mengimplementasikan apa itu literasi, diantaranya ada yang disebut dengan gerakan literasi. Jadi kalau misalnya tidak ada aksi nyata maka itu tidak akan terealisasi," ungkap Cahyo.
Cahyo mencontohkan, gerakan literasi di masyarakat misalnya taman baca masyarakat (TBM), rumah baca, pojok baca. Seperti halnya yang dilakukannya dengan membentuk komunitas. "Ini sebuah gerakan nyata dalam mengimplementasikan literasi di masyarakat, jadi tidak hanya teori," lanjutnya.
Pegiat Literasi, Desmawati mengatakan bahwa akar masalah literasi bukan dari sisi hilir melainkan dapat dilihat dari sisi hulu terlebih dahulu. Menurutnya, banyak buku yang terbut tetapi buku yang tersedia belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Mahasiswa Hukum Universitas STIKUBANK Semarang ini menjelaskan, bahwa untuk menumbuhkan kebiasaan membaca dapat dilakukan dari diri sendiri. Diantaranya dengan membaca 10 lembar per hari, membaca satu bab per hari, dan yang terpenting konsistensi dalam membaca.
"Bahkan saya punya cara lain untuk mengajak teman membaca buku. Misalnya ketika dia ulang tahun saya akan memberikan hadiah berupa buku. Setelah itu saya minta untuk membuat ulasan dari buku itu," ujarnya.
Sementara itu, Duta Baca Tanah Bumbu Ilham Bahari mengajak agar media sosial dapat digunakan dengan bijak dalam menyebarkan informasi. "Saat ini kita tidak bisa menafikan bahwa kita tidak hanya belajar dari buku namun juga dari apapun termasuk media sosial. Meski banyak dampak negatif dari media sosial, namun kita dapat menggunakannya dengan bijak untuk sarana produktif," ungkapnya.
Kepala Jurusan Ilmu Pemerintahan UIGM, M. Quranul Kariem mengatakan, perkembangan arus informasi yang cepat didukung dengan transformasi teknologi menjadi tantangan yang sangat serius. Post-Truth menjadi ancaman di era perkembangan teknologi informasi, hal ini dapat diantisipasi dengan literasi yang kuat di masyarakat.
Sedangkan, Pustakawan Perpusnas Hikmah Nurida menambahkan, aksi literasi dapat dilakukan mulai dari keluarga, satuan pendidikan hingga masyarakat. Aksi literasi dalam keluarga, diantaranya membangun perpustakaan mini di rumah, orang tua membacakan buku atau mendongeng sebelum tidur.
Â
Reportase: Wara Merdeka