Mojokerto, Jawa Timur - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia bersama Yayasan Amanatul Ummah Surabaya dan Institut Agama Islam (IAI) Al-Khoziny telah melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) tentang kerja sama perpustakaan, Rabu (19/7/2023).
Berlangsung di Institut KH Abdul Chalim (IKHAC), penandatanganan MoU ini dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas tenaga kependidikan melalui literasi dan optimalisasi fungsi perpustakaan di lembaga pendidikan dan pondok pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan serta IAI Al-Khoziny Pacet, Mojokerto.
Penandatanganan ini menjadi tonggak penting dalam upaya Yayasan Amanatul Ummah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan literasi di lembaga-lembaga yang berada di bawah naungan yayasan.
Dalam sambutannya, KH Asep Saifuddin Chalim, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Rektor IAI Al-Khoziny Pacet Mojokerto, menjelaskan dengan adanya kerjasama ini, diharapkan akan terwujud peningkatan mutu pendidikan yang berkelanjutan dan pembangunan masyarakat yang lebih cerdas dan berbudaya literasi.
“Visi yayasan adalah mewujudkan manusia yang unggul, utuh, beriman, bertaqwa, dan berakhlakul karimah, guna kemualian dan kejayaan kaum muslimin dan seluruh bangsa Indonesia, sehingga terwujud kesejahteraan dan keadilan. Salah satunya dengan meningkatkan literasi”, ungkap Kyai Asep.
Disamping itu, Kyai Asep berharap melalui kerjasama ini perpustakaan yayasan akan dikembangkan menjadi pusat pembelajaran yang dinamis, dengan koleksi buku yang relevan, aksesibilitas yang mudah, serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang canggih. Hal ini akan mendorong minat baca, penelitian, dan pemahaman yang lebih baik di kalangan santri dan tenaga pendidik.
“Kami ingin perpustakaan yang ada di universitas dan Yayasan Amanatul Ummah menjadi lebih representatif, baik dalam sisi ilmu pengetahuan maupun terhadap pemberian pelayanan”, lanjut Kyai Asep.
Dalam kegiatan ini, Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando berkesempatan memberikan motivasi kepada santri Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet, serta mahasiswa baru IKHAC.
Dalam paparannya, Syarif menjelaskan kemiskinan yang terjadi karena tidak menguasai pengetahuan, skill dan kurangnya akses permodalan. Namun, yang masih menjadi tantangan besar adalah kemalasan.
“Budaya malas ini ada di seluruh dunia. Kita diberi waktu namun terkadang manusia yang tidak mampu menghargai waktu dengan baik”, ungkap Syarif.
Lebih lanjut Syarif menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia pintar membaca namun kurang bisa mengimplementasikan ilmunya. Syarif menghimbau mulai dari pesantren untuk terus membaca dan mengimplementasikan ilmunya hingga dapat membuat teknologi karena sejatinya orang Indonesia adalah orang yang pintar.
“Kalau kalian ingin dikenal dunia, bacalah. Kalau kalian ingin dikenal dunia, menulislah. Siapa anda 35 tahun yang akan datang adalah tergantung apa yang anda baca hari ini”, himbau Syarif.
Reporter & Fotografer: Gilang Arwin Saputri