Yogyakarta – Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) menggelar Rapat Kerja Pusat XXI dan Seminar Ilmiah Nasional dengan tema “Peningkatan Profesionalisme Pustakawan dalam Penguatan Wawasan Kebangsaan”. Rakerpus dan Seminar Ilmiah Nasional IPI diadakan pada 4-6 Oktober 2017 di Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum IPI Dedi Junaedi, Kepala Perpustakaan Nasional sekaligus Ketua Dewan Pembina IPI Muh. Syarif Bando, Sekretaris Daerah DIY Gatot Saptadi, Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY Budi Wibowo, para pustakawan dan pengelola perpustakaan dari seluruh Indonesia dengan jumlah sekitar 500 orang.
Dalam sambutannya, Kepala BPAD DIY Budi Wibowo menyebut pustakawan adalah profesi mulia dan erat kaitannya dengan wawasan kebangsaan. Karenanya, Budi mendorong para penggiat perpustakaan, khususnya profesi pustakawan, dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan masyarakat pembelajaran sepanjang hayat. “Dari karya merekalah diharapkan masyarakat hidup lebih kreatif, lebih inovatif, dan menjadi lebih produktif sehingga masyarakat dapat terentaskan dari kemiskinan,” jelasnya dalam Pembukaan Rakerpus XXI dan Seminar Ilmiah Nasional IPI 2017.
Sementara itu, menurut Ketua Umum IPI Dedi Junaedi, dalam menjalankan profesinya pustakawan berhadapan dengan perkembangan zaman. Karenanya untuk menampung pemikiran dan masukan dari sesama pustakawan, keberadaan Rakerpus dan Seminar Ilmiah Nasional IPI bermanfaat menjadi ajang meningkatkan profesionalisme dan kapabilitas. Karena melalui kegiatan ini, para pustakawan dapat mengetahui tren terbaru dan informasi terkait layanan perpustakaan dan kepustakawanan.
“Sebagai organisasi profesi, Rapat Kerja dan Seminar Ilmiah IPI adalah sarana bersilahturahim dan menampung aspirasi pustakawan, serta menambah pengetahuan dan wawasan dalam rangka mengembangkan kompetensi para pustakawan di Indonesia,” urai Dedi. Menurut Dedi, usia IPI yang menginjak 44 tahun pada 2017 sudah cukup matang untuk membina dan mengembangkan anggotanya.
Dalam pidato pembukaannya, Kepala Perpustakaan Nasional Muh Syarif Bando meminta para pustakawan untuk menimba pengalaman dan bertukar pikiran melalui kegiatan ini. Hal ini perlu dilakukan agar perpustakaan dan pustakawan berperan nyata mencerdaskan kehidupan bangsa. “Oleh karena itu, kita semua yang bekerja di bidang perpustakaan apalagi yang berprofesi sebagai pustakawan, merupakan sebuah profesi yang sangat mulia karena menyangkut tentang kebutuhan manusia dan bagaimana kita mengangkat kemerdekaan dari setiap insan,” jelasnya.
Syarif menjelaskan, paradigma perpustakaan yang dianggap gudang buku usang harus ditinggalkan para pustakawan. Pustakawan harus mengubah paradigma bahwa perpustakaan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Karenanya pustakawan harus menggunakan pendekatan profesi dalam memahami aspek-aspek kebutuhan manusia seperti nilai-nilai kemanusiaan, mencapai kebahagiaan, mewujudkan keadilan, kesejahteraan, dan demokrasi.
“Pustakawan merupakan sebuah profesi yang sangat mulia karena menyangkut tentang kebutuhan manusia dan bagaimana kita mengangkat kemerdekaan dari setiap insan,” jelas Syarif dalam Pembukaan Raker Pusat XXI dan Seminar Ilmiah Nasional IPI Tahun 2017.
Sebagai Ketua Dewan Pembina IPI, Syarif meminta pengurus IPI untuk memperhatikan tiga hal berikut untuk menyinergikan dengan institusi di masa mendatang:
- Menyusun kebijakan bersama terkait kepala dinas perpustakaan di provinsi dan kabupaten/kota yang tidak memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan, dokumentasi, dan informasi. Ini bermanfaat untuk agar kepala dinas yang dilantik memiliki pengetahuan manajerial yang memadai di bidang perpustakaan.
- Menyusun regulasi mengenai standar pelayanan, standar pengukuran kinerja perpustakaan, serta strategi dan program dalam rangka meningkatkan budaya baca dan indeks literasi masyarakat di mana para pustakawan bertugas.
- Kompetensi SDM di bidang perpustakaan dan informasi dalam menyusun program yang berbasis teknologi informasi. Sehingga perpustakaan dapat menjadi jembatan ilmu pengetahuan di masa lampau, kini, dan akan datang.
DIY dipilih menjadi tuan rumah IPI karena dinilai memiliki kepedulian dalam mengembangkan perpustakaan. Dengan begitu, para peserta diharapkan dapat melakukan studi banding untuk mengembangkan perpustakaan di daerah masing-masing. Sejumlah prestasi dicetak provinsi ini dalam bidang perpustakaan yaitu Pustakawan Berprestasi Tingkat Nasional (Purwani Istiana) dan Perpustakaan Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional yang diraih Perpustakaan SMAN 2 Bantul. Dalam kegiatan ini, kedua peraih penghargaan tersebut memberikan pemaparannya.
Selain itu, dalam pemilihan makalah terbaik atau Call for Papers, dua perwakilan dari DIY yakni Sukirno (puswatakan UGM) dan Heri Burachman, Hakim, dan Wiyarsih (pengurus daerah IPI DIY) terpilih untuk memberikan pemaparan di Seminar Ilmiah Nasional. Mereka terpilih bersama dengan pustakawan dari UI, Mariyah dan Kalarensi Naibaho.
Reporter: Hanna Meinita/Fotografer: Arwan Subakti