Hadir di Rakornis Bidang Perpustakaan dan Kearsipan Kaltim, Kepala Perpusnas Dorong Pembangunan Literasi yang Produktif

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Maratua, Kabupaten Berau - Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, menghadiri Rapat Koordinasi Teknis Bidang Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Timur, Selasa (15/3) di gedung pertemuan Pratasaba Resort, Maratua, Kalimantan Timur. Pada kesempatan tersebut ia mendorong agar perpustakaan dapat memberikan solusi terhadap rendahnya literasi.

Menurut Syarif Bando, Hanya ada dua masalah pokok yang menyebabkan literasi kita rendah. Masalah pertama adalah rasio ketersediaan bahan bacaan dibandingkan jumlah penduduk di Indonesia. "Indonesia telah menikmati penghakiman dunia berpuluh-puluh tahun, sebagai bangsa yang rendah daya bacanya. Tidak ada yang bisa menjawab, kecuali menyalahkan satu sama lain. Padahal jawabannya cuma satu, satu buku ditunggu 90 orang. Standar Unesco minimal tiga buku baru setiap orang setiap tahun. Jadi masalahnya cuma satu, kurang bahan bacaan bukan kurang budaya baca." ujarnya.   

Masalah pokok yang kedua adalah rendahnya tingkat inovasi. "Indonesia adalah negara dengan tingkat inovasi yang rendah di dunia, dengan tingkat produksi yang rendah (juga)," tambahnya.

Dua masalah ini dijadikan dasar oleh Presiden untuk merancang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional  (RPJMN) 2020-2024 yang salah satunya berfokus pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). "Tidak ada cara lain yang bisa dilakukan kecuali meningkatkan kualitas SDM," katanya.

Rendahnya kualitas SDM menyebabkan Indonesia saat ini hanya berperan sebagai penyuplai bahan mentah ke negara maju. Syarif Bando memberi contoh pada komoditas batu bara. "Batu bara senilai 5 miliar dikirim ke tiongkok dan digunakan untuk energi industri elektronik dan otomotif yang jual kembali ke Indonesia dengan nilai 90 miliar," ucapnya.

Karenanya perpustakaan harus terus memperluas aksesnya ke masyarakat untuk menciptakan manusia unggul dengan tingkat literasi tinggi, bukan sekedar literasi baca tulis, tetapi kedalaman pengetahuan seseorang yang dapat menciptakan barang atau jasa yang berkualitas tinggi yang dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

Di Kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Hadi Mulyadi, mengakui pentingnya perpustakaan dalam proses pendidikan di keluarganya. Prestasi yang dicapai anak-anaknya, tidak lepas karena kesadarannya membangun perpustakaan di rumah.

Ketika merencanakan membangun rumah, ia dan istrinya sepakat untuk menyediakan ruangan Mushola yang merangkap perpustakaan. “Jadi di sepanjang dinding Mushola itu buku, saya punya ribuan buku dan alhamdulillah itu menjadi motivasi bagi anak saya (untuk berprestasi)," ucapnya.

Pria yang berpengalaman sebagai pendidik ini selalu membangun iklim yang kondusif untuk membaca bagi anaknya. Hasilnya adalah prestasi akademik yang luar biasa. “Anak saya kelas 4 SD sudah membaca novel, waktu kelas 6 SD dia sudah punya facebook dan menghasilkan tulisan-tulisan berkualitas yang dikira sebagai tulisan orang dewasa.  Setelah lulus SD, anak saya mendapatkan beasiswa SMP dan SMA di sekolah internasional yang berada di Abu Dhabi, dan sekarang sudah kuliah di Malaysia. Itu karena aspek literasi atau membaca," ujar Hadi bersemangat.

Mengutip Howard Gardner tentang delapan tipe kecerdasan yang meliputi kecerdasan spasial atau visual, kinestetik, linguistik, intrapersonal, interpersonal, logis, musikal, dan naturalistik. Hadi mendorong pendidikan di Indonesia agar dapat mengakomodir berbagai potensi bakat berdasarkan tipe tersebut.

Setiap orang bisa mengakselerasi lebih dari dua tipe kecerdasan tersebut. Karenanya pendidikan baik formal maupun non formal harus dapat menyediakan sarana agar literasi dalam konteks tersebut bisa tumbuh. "Sekolah itu harus ada sarana musik, olah raga, dan guru yang kompeten, sehingga seluruh anak bangsa kita bisa tumbuh dan berkembang dengan tipe kecerdasan yang bermacam-macam," tekannya.

Rakornis Bidang Perpustakaan dan Kearsipan di Provinsi Kalimantan Timur berlangsung selama 2 hari. Selain Kepala Perpustakaan Nasional, hadir pula Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia, Imam Gunarto, sebagai pembicara. Tema yang diangkat adalah Penguatan Data Kepustakawanan dan Kearsipan dalam rangka Kalimantan Timur Kuat dan Berdaulat. Peserta Rakornis terdiri dari perwakilan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten/Kota, Organisasi Perangkat Daerah, komunitas, pegiat literasi, serta pengelola perpustakaan sekolah, perpustakaan khusus, dan perguruan tinggi.

Pada Rakornas ini Perpustakaan Nasional juga melakukan nota kesepakatan dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur tentang kerja sama perpustakaan, peningkatan gerakan membaca, dan gerakan literasi untuk kesejahteraan. Sebelumnya di hari yang sama, Wakil Gubernur Kaltim bersama Kepala Perpusnas juga membuka kegiatan Semarak Literasi di Pulau Maratua dan peresmian Perpustakaan Ka'Entoman.

Reportase: Radhitya Purnama

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung