Perpusnas dan Komisi X DPR RI Gaungkan Literasi sebagai Fondasi Bangsa di Tasikmalaya
Tasikmalaya, Jawa Barat — Literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemahaman, analisis, evaluasi, hingga kemampuan mencipta informasi yang berdampak langsung pada kualitas hidup masyarakat.
Hal tersebut dinyatakan oleh Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Adin Bondar, dalam kegiatan Gelar Wicara Pembudayaan Kegemaran Membaca yang berlangsung di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) YPPT Priatim, Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (12/7/2025).
Adin menegaskan bahwa rendahnya tingkat kecakapan literasi menjadi salah satu penyebab belum optimalnya capaian indikator pembangunan nasional, seperti kemiskinan, pengangguran, hingga ketimpangan ekonomi.
“Maka, literasi harus kita dorong sebagai fondasi utama pembangunan sumber daya manusia yang unggul. Martabat bangsa sangat ditentukan oleh tingkat kecakapan literasi masyarakatnya. Karena itu, literasi harus menjadi gerakan kolektif dan tanggung jawab bersama," tegasnya.
Sejalan dengan visi "Perpustakaan Hadir Demi Martabat Bangsa", Adin menyebutkan tiga program prioritas untuk 2025–2029, yaitu penguatan budaya baca dan kecakapan literasi, pengarusutamaan naskah nusantara, serta standardisasi dan akreditasi perpustakaan.
Untuk mendukung itu, tambahnya, Perpusnas menggagas Program KKN Tematik Literasi dan Relawan Literasi Masyarakat (Relima) sebagai sinergi antara pendidikan tinggi dan kebutuhan literasi masyarakat.
“Tahun 2025, program KKN Tematik Literasi akan melibatkan 10.000 mahasiswa di 1.000 desa. Perpusnas juga menargetkan pengembangan 10.000 perpustakaan desa, kelurahan, dan rumah ibadah yang dilengkapi pelatihan serta distribusi 10 juta buku bermutu,” ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa setiap desa dan taman bacaan masyarakat (TBM) akan menerima seribu judul buku beserta rak dan pelatihan pengelolaan perpustakaan. “Ini bagian dari upaya kami menjadikan ruang baca sebagai pusat pembelajaran masyarakat,” terangnya.
Lebih lanjut, Adin menekankan bahwa gelar wicara ini bukan sekadar ajang diskusi, melainkan momentum untuk aksi nyata dalam menumbuhkan budaya literasi. “Mari kita jadikan gelar wicara ini bukan hanya sebagai ruang dengar, tetapi juga ruang gerak. Literasi harus kita bawa ke rumah, ke sekolah, dan ke seluruh ruang publik,” pungkasnya.
Acara ini terselenggara atas kolaborasi antara Perpusnas dan Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Golkar, Ferdiansyah, sebagai bagian dari komitmen bersama dalam menumbuhkan budaya baca di tengah masyarakat. Ferdiansyah menyatakan bahwa rendahnya minat baca bukan karena tidak bisa membaca, melainkan karena belum terbiasa mengelola informasi secara kritis.
"Budaya literasi bukan sekadar bisa membaca, tapi soal kebiasaan. Kita harus bangkit dari belum terbiasa membaca, menjadi masyarakat yang mampu memanfaatkan hasil bacaan untuk meningkatkan kualitas hidup," tuturnya.
Ia juga mendorong penyediaan bahan bacaan yang murah dan bermutu, serta penguatan TBM dan perpustakaan agar budaya literasi tumbuh merata. Menghadirkan berbagai narasumber dari unsur pemerintah daerah, akademisi, dan pegiat literasi, kegiatan gelar wicara ini menjadi ajang dialog inspiratif untuk memperkuat gerakan literasi berbasis masyarakat.
Reporter: Alditta Khoirun Nisa
Dokumentasi: Nurhadi
Galeri


