Perpusnas Gelar Diskusi Kelompok Terpumpun Tekankan Pentingnya Budaya Pelayanan Prima

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Salemba, Jakarta- Pelayanan prima adalah standar minimal yang harus diwujudkan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam setiap interaksi dan proses pelayanan kepada masyarakat. Tidak ada ruang bagi ASN untuk bekerja setengah hati atau sekadar menyelesaikan pekerjaan hanya untuk memenuhi kewajiban administrasi.

 

Demikian disampaikan oleh Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Mariana Ginting saat membuka acara Diskusi Kelompok Terpumpun Peningkatan Kapasitas Pelayanan Publik dengan tema Budaya Pelayanan Prima Budaya Kerja ASN Masa Kini, Rabu (18/9/2024).

 

Pelayanan prima menjadi hal yang sangat penting saat ini karena masyarakat semakin sadar akan hak-hak mereka dalam mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas.

 

“Mereka menuntut pelayanan yang cepat, tepat, transparan dan berorientasi pada hasil. Di sinilah kita sebagai ASN memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa ekspektasi masyarakat tersebut dapat kita penuhi dengan baik,” tuturnya.

 

Dia pun menekankan budaya pelayanan prima harus menjadi lebih dari sekadar slogan atau kata-kata indah yang tercetak di spanduk dan baliho. 

 

“Budaya pelayanan prima harus menjadi etos kerja, harus menjadi jantung dari setiap tindakan kita sebagai ASN,” tegasnya.

 

Menurutnya, salah satu langkah penting dalam membangun budaya pelayanan prima adalah mendorong inovasi dengan bentuk sederhana misalnya inovasi dalam cara melayani, berkomunikasi dengan masyarakat atau dengan penyederhanaan prosedur.

 

Di tengah cepatnya perkembangan teknologi dan dinamika sosial yang terus berubah, lanjutnya, ASN masa kini dituntut untuk lebih dari sekadar menjadi pelaksana kebijakan namun ASN harus profesional, adaptif, inovatif dan kolaboratif.

 

Selain itu pemanfaatan teknologi digital dalam pelayanan publik menjadi salah satu prioritas karena teknologi dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk mempercepat proses pelayanan, memotong jalur birokrasi yang panjang dan menyediakan akses yang lebih luas kepada masyarakat terutama mereka yang berada di daerah terpencil.

 

Dia pun berharap agar diskusi ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan kualitas pelayanan publik di Indonesia. 

 

“Saya berharap apa yang kita bahas hari ini tidak hanya berakhir di ruang diskusi ini tapi juga dapat diimplementasikan secara konkret dalam tugas sehari-hari. Kita semua memiliki peran penting dalam membangun budaya pelayanan prima dan budaya kerja ASN yang lebih baik,” pungkasnya.

 

Pranata Humas Madya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dyah R. Sugiyanto menjelaskan sebelum memberikan layanan maka harus mengetahui segmen publik yang menjadi pengguna layanan (target audiens) agar dapat menemukan gaya komunikasi yang sesuai.

 

“Saya memetakan pengguna layanan perpustakaan dengan kelompok pelajar dan mahasiswa sebagai kelompok terbesar kemudian anak-anak dan remaja, periset, orang tua dan lansia serta kelompok disabilitas,” jelasnya.

 

Kepercayaan diri, lanjutnya, menjadi faktor penting bagi pemberi layanan sehingga dapat menghasilkan inner charming pada setiap individu pemberi layanan profesional.

 

Inner charming adalah kombinasi dari berbagai kualitas dan perilaku positif yang berasal dari dalam seseorang. Lima elemen yang mendukung inner charming yaitu ramah, percaya diri, humoris, komunikatif dan kreatif,” jelasnya.

 

Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Teknologi Informasi Ombudsman RI Dodi Wahyugi menyampaikan pelayanan publik diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat tanpa kecuali.

 

“Ini terlihat berdasarkan banyaknya aturan-aturan, Undang-Undang yang diatur oleh pemerintah seperti UU no 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,”  jelasnya.

 

Ada tiga poin utama dari pelayanan prima yaitu sikap (attitude), perhatian (attention) dan aksi (action) yang harus dimiliki oleh petugas pelayanan publik dan pelayanan publik dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan baik untuk pengguna maupun petugas layanan.

 

“Pertama harus mempunyai sikap yang baik, memberikan kesan pertama yang menyenangkan. Kedua adalah memberi perhatian seperti mengucapkan salam pembuka, menanyakan keperluan masyarakat, melayani masyarakat dengan cepat, tepat dan ramah. Ketiga adalah aksi dengan segera merespon kebutuhan masyarakat, menyelesaikan kebutuhan masyarakat dan mengucapkan terima kasih,” tuturnya.

 

Reporter: Anastasia Lily

Dokumentasi: Alfian A. & Roby Rodhian

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung