Perpusnas Lakukan Sinergisitas untuk Ciptakan Pustakawan Berkualitas

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan, Jakarta--Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mendorong sinergisitas dengan penyelenggara pendidikan formal untuk menciptakan pustakawan yang berkualitas. Pustakawan berkualitas diperlukan untuk dapat memberikan layanan dan pengelolaan perpustakaan yang prima bagi pemustaka.

Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan, kondisi kebutuhan pustakawan tidak sebanding dengan jumlah lulusan dari jurusan ilmu perpustakaan. Dari jumlah perguruan tinggi yang memiliki Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, yakni jenang Diploma 3 (D3) sebanyak 13 perguruan tinggi, dan jenjang sarjana (S1) hanya 33 perguruan tinggi.

“Maka ini yang menjadi tantangan kita kalau kita ingin menciptakan pustakawan profesional dalam jumlah yang memadai. Kalau kita lihat data tentang tenaga perpustakaan yang secara de facto, masih terbatas jumlah tenaga fungsional pustakawan di nusantara,” terangnya dalam Webinar Sinergitas Pendidikan Formal dan Non-Formal dalam Mewujudkan Pustakawan Berkualitas, Kamis (10/12).

Dikatakan, pengembangan kompetensi pustakawan sebagaimana sesuai dengan mandatori UU NO. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 33 ayat 2 menyatakan bahwa Pendidikan untuk pembinaan dan pengembangan dilaksanakan melalui pendidikan formal dan non formal.

“Inilah pentingnya melakukan sinergitas untuk merancang diklat untuk menjemput era digital teknologi saat ini. Karena tidak mungkin kami (Perpusnas) bisa merumuskan tanpa partisipasi dari perguruan tinggi untuk merancang silabus, karena kita juga perlu melakukan diklat untuk mempersiapkan pustakawan menghadapi perubahan dimana akan banyak pekerjaan-pekerjaan yang hilang,” katanya.

Dosen Ilmu Perpustakaan Unpad, Agus Rusmana mengatakan, dalam menjalankan tugasnya, seorang pustakawan harus ada sinergi penerapan antara teori yang diterima di perkuliahan dengan praktik di lapangan. Meski adanya anggapan jika teori tidak sama dengan praktek di lapangan, namun sebetulnya teori sangat mendukung dari beberapa kebaruan yang ada dan dapat menjadi solusi dari masalah yang berkembang.

“Dengan penerapan teori dan praktek ketika bertugas, pekerjaan yang dilakukan oleh pustakawan dapat lebih dipertanggung jawabkan,” ungkapnya.

Sementara itu, Dosen Ilmu Perpustakaan dan Informasi UI, Luki Wijayanti mengatakan, tiap prodi Ilmu Perpustakaan di tiap perguruan tinggi memiliki keunikannya masing-masing. Sinergi harus dilaksanakan berdasarkan keunika tersebut, sehingga keunikan tersebut berkembang menjadi sebuah potensi yang dapat berkontribusi memperkuat sinergi.

“Apa yang menjadi keunggulannya sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, menyusun kurikulum secara bersama sekaligus mekanisme pemetaan pada mata kuliah harus kita juga buat kajian kebutuhannya kemudian bagaimana penyelenggaraan program pelatihannya yang mungkin tidak masuk dalam kurikulum dan berkolaborasi dalam penyelenggaraan diklat,” jelasnya.

Syarif Bando menambahkan, per 1 Januari 2021 akan dimulai pembelajaran terbuka dengan kuota 1.000 orang tiap harinya, yang dapat digunakan oleh siapa saja. Untuk itu Perpusnas mengundang, orang-orang pintar di Indonesia dari dunia pendidikan formal maupun non formal untuk sharing ilmu dan pengalaman. “Termasuk para akademisi di bidang kepustakawanan kami mengundang untuk bisa memberikan ilmunya untuk masyarakat,” lanjutnya.

Reportase: Wara Merdeka

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung