Jakarta - Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) sejalan dengan manifesto UNESCO terkait perpustakaan umum sebagai gerbang menuju pengetahuan, yakni menyediakan kondisi dasar untuk pembelajaran sepanjang hayat bagi setiap manusia.
Demikian disampaikan Pustakawan Ahli Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Woro Titi Haryanti dalam sambutannya pada kegiatan Peer Learning Meeting (PLM) Regional Tahun 2023 yang mengangkat tema Menjadi Perpustakaan Inovatif dan Kreatif dengan CIEL (Creativity, Innovation, Entrepreneurship and Leadership) di Hotel Grand Sahid Jakarta, Selasa (22/8/2023).
“Karena itu, UNESCO mendorong pemerintah pusat dan daerah supaya secara aktif menyediakan pelayanan perpustakaan umum atas dasar persamaan akses bagi seluruh masyarakat, tanpa memandang usia, ras, jenis kelamin, agama, kebangsaan, bahasa, dan status sosial,” ucapnya.
PLM Regional Tahun 2023 merupakan agenda tahunan dan menjadi bagian dari Program TPBIS yang telah digerakkan oleh Perpusnas dengan dukungan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI (Bappenas) dan Kementerian Keuangan RI, sejak tahun 2018.
Woro Titi menjelaskan bahwa Program TPBIS merupakan pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan.
Dengan program ini, Perpusnas terus bergerak untuk menjadikan perpustakaan sebagai ruang publik berbagi pengalaman, berlatih keterampilan dan kecakapan hidup, belajar secara konteksual untuk menjadi masyarakat produktif, mandiri dan sejahtera.
“Adapun aktivitas yang dilakukan antara lain kegiatan pendampingan, bimbingan teknis, bantuan TIK, bantuan koleksi siap pakai dan rak buku, dan perangkat jaringan untuk akses internet,” ungkapnya.
PLM Regional Tahun 2023 dalam hal ini dilaksanakan untuk menunjukkan eksistensi dan peran strategis perpustakaan dalam meningkatkan literasi untuk kesejahteraan masyarakat.
Lebih lanjut, Woro Titi mengatakan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi kesempatan dan peluang yang baik untuk mengembangkan ide dan kreativitas peserta guna mengelola perpustakaan berbasis inklusi sosial.
“Peer learning adalah pendekatan kolaboratif, sehingga satu ide akan menjadi ide yang besar, begitu pula dengan kreativitas. Harapannya bisa untuk mempercepat peningkatan kinerja dari capaian TPBIS, ketimbang berpikir sendiri. Kita harus melakukannya bersama untuk mencapai tujuan,” harapnya.
Selaku Team Leader Konsultan Pendamping Program PT MarkPlus, Inc., Erlyn Sulistyaningsih pada hari kedua, Rabu (23/8/2023) menerangkan bahwa meskipun sederhana, perpustakaan memiliki peran besar dalam membangun masyarakat menjadi sejahtera.
Untuk program TPBIS, Erlyn menambahkan Key Performance Indicator (KPI) dibutuhkan guna menjadi indikator kuantitatif dalam menilai kinerja dari suatu organisasi dalam melakukan tujuan tertentu. Komponen yang terdapat di dalam KPI itu pun berbeda sesuai perannya di provinsi, kabupaten/kota, dan desa/kelurahan.
“KPI memberikan gambaran bagaimana pelaksanaan suatu program di setiap tingkatan. Lalu, gambaran tersebut akan mendorong percepatan dari impelementasi untuk mendapatkan pencapaian yang lebih baik. Jadi, bapak/ibu dapat membuat prioritas atas desa/kelurahan mana yang membutuhkan pembinaan atau pendampingan,” jelasnya.
Erlyn juga menekankan bahwa untuk meningkatkan kinerjanya, perpustakaan harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan layanan yang memberi dampak nyata untu Masyarakat. Selain itu, perpustakaan juga perlu meningkatkan kapasitas untuk dapat mengelola layanan dengan baik dan mengkomunikasikannya kepada publik.
“Ayo kita bergerak dan lakukan yang berbeda untuk perpustakaan. Karena perpustakaan adalah andalan bangsa kita untuk mendampingi masyarakat,” ajaknya.
Sementara itu, Deputi CEO MarkPlus, Inc., Yosanova Savitry memaparkan keberlanjutan transformasi perpustakaan membutuhkan keahlian dalam berkomunikasi. Dalam hal ini, guna menjadi komunikasi yang handal ada formulanya yaitu konten, konteks, dan delivery (penyampaian).
“Konten yang baik bentuknya singkat, padat, dan mudah dipahami, konteksnya sesuai dengan target audiensi, dan penyampaiannya mudah untuk diingat,” katanya.
Ketika keahlian berkomunikasi sudah dimiliki, bagi Yosanova, konsep CIEL kiranya dapat diterapkan untuk senantiasa mengembangkan layanan perpustakaan dengan lebih percaya diri. Dalam Bahasa Prancis, ciel memiliki arti langit. Adapun filosofi dari langit menurutnya yaitu luas, tenang, dan tinggi.
“Seseorang yang punya CIEL diharapkan lebih tenang, berpikiran luas, dan komprehensif dalam melihat sesuatu,” pungkasnya.
PLM Tahun 2023 terbagi ke dalam Regional Jakarta dan Regional Surabaya. Kegiatan yang berlangsung di Jakarta diselenggarakan selama 2 hari yakni 22-23 Agustus 2023 dan melibatkan 309 peserta yang berasal dari 17 perpustakaan provinsi, 66 perpustakaan kabupaten/kota, dan 266 perpustakaan desa/kelurahan.
Reporter: Basma Sartika
Fotografer: Aditya Irfan Fakhruddin