RDP dengan Komisi X DPR-RI : Perpusnas Raih Catatan Positif Di Tengah Pandemi Â
Medan Merdeka Selatan, Jakarta-Tujuan negara didirikan bisa dicapai dengan pendidikan yang baik dan berkualitas. Selain pendidikan sekolah, cara lain mendapatkan akses pendidikan yang baik dan berkualitas adalah melalui perpustakaan. Di masa pandemi, perpustakaan justru menjadi primadona terutama bagi yang menjalankan aktifitasnya dari rumah.
Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, mengatakan hal bahwa tersebut pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi X DPR-RI yang digelar di Jakarta, pada Selasa, (23/6). Komisi X juga menyepakati bahwa Perpusnas harus membuat peta jalan agar target dari tiap program lebih terarah dan terukur.
“Mana daerah-daerah yang memiliki infrastruktur belum memadai. Mana daerah yang masih minim akses internet. Ini harus dipetakan agar nantinya Perpusnas bisa bersinergi dengan kementerian/lembaga lain, misalnya Kominfo untuk penyediaan akses internet,†imbuh My Esti Wijayati, anggota Komisi X DPR-RI dihadapan peserta RDP.
Dalam kesempatan RDP tersebut, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mengajukan usulan penambahan anggaran pada 2021 sebesar Rp252.566.276.500.
"Angka tersebut adalah kebutuhan untuk mengejar target pengembangan perpustakaan dan literasi yang terpotong akibat Covid-19 di 2020. Kami meyakini bahwa literasi memiliki kontribusi positif dalam menciptakan inovasi serta keterampilan kecakapan sosial," urai Kepala Perpusnas.
Pengembangan perpustakaan hingga ke daerah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal) mendapatkan apresiasi dari anggota Komisi X DPR-RI, Desi Ratnasari. “Sasaran pengembangan perpustakaan di daerah 3T saya rasa sangat tepat,†ujarnya.
Sementara itu, Putra Nababan, salah satu anggota Komisi X DPR-RI lainnya, menyarankan agar Perpusnas membuat program-program kegiatan berbasis virtual atau online mengikuti perkembangan zaman.
"Perpusnas jangan lagi berpikir sebagai carrier atau pembawa informasi, tetapi harus berani berpikir sebagai supplier atau pemasok kebutuhan informasi melalui bahan bacaan," pesan Putra Nababan.
Kemegahan gedung baru fasilitas layanan perpustakaan dianggap sebagai simbol kebangkitan budaya literasi di Indonesia. Namun, kemegahan tersebut harus dibarengi dengan keseriusan dan dukungan dari Perpusnas dan perpustakaan di tiap daerah dalam menggalakkan literasi.
“Perpusnas dan perpusda harus menjadi katalisator dalam membangun budaya literasi dan menjadikannya sebagai life style di era new normal demi mencapai cita-cita bangsa, yakni menciotakan SDM yang unggul,†terang Illiza Sa’adudin.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Perpusnas juga memaparkan sejumlah capaian positif yang diraih Perpusnas. Yang pertama, terjadi kenaikan angka indeks membaca dari semula 52,92 pada 2018 menjadi 53,84 pada 2019. Kedua peningkatan signifikan penyerahan karya cetak dan karya rekam (KCKR), jika sebelumnya hanya 68.824 (142.660 eksemplar) pada 2018, mengalami lonjakan menjadi 324.021 (396.198 eksemplar) pada 2019.
"Kami menerapkan strategi untuk tidak memberikan nomor ISBN baru kepada penerbit jika belum menyerahkan hasil terbitannya kepada Perpusnas," urai Syarif Bando.
Dan capaian positif lainnya adalah tingkat kepuasan pemustaka dari 4,0 naik menjadi 4,39. Sedangkan angka kunjungan yang semula 5.986.466 pada 2018, melonjak menjadi 9.793.174 pada 2019.
Â
Reportase : Hartoyo Darmawan
Fotografer : Hartoyo Darmawan