Salemba, Jakarta - Generasi muda adalah generasi pembawa pembaruan, generasi yang seharusnya meniupkan angin perubahan. Para insan muda di bidang kepustakawanan memiliki potensi untuk membuat penemuan di bidang perpustakaan, entah dalam bentuk pengembangan TIK atau konsep kepustakawanan Indonesia. Merespons hal ini, Perpustakaan Nasional RI menggelar webinar dengan tema “Learn from the global world, act for the nationâ€. Webinar ini menjadi ajang untuk belajar tentang pustakawan dan kepustakawanan di panggung global dalam melakukan aksi kebaikan di panggung nasional.
University of Hawaii at Mãnoa merupakan satu perguruan tinggi negeri terbesar yang ada di Hawaii. Sebagaimana di Indonesia, perguruan tinggi negeri di Negara Bagian Hawaii mendapatkan sokongan dana dari pemerintah sebesar 600 juta dolar Amerika dan University of Hawaii at Mãnoa mendapatkan 300 juta dolar Amerika. Dari jumlah tersebut hanya empat persen atau sekitar 16-17 juta dolar Amerika yang dipergunakan untuk biaya operasional perpustakaan.
Pustakawan Kajian Asia Tenggara di University of Hawaii at Mãnoa Rohayati Paseng menyampaikan bahwa tugas yang dikerjakan selama berkarir di Cornell University (1996-1999) dan University of Hawaii (2001-sekarang) secara garis besar sama antara lain mengurus tentang pengembangan koleksi, referensi, mengajar, dan tugas organisasi lainnya.
“Berdasarkan pengalaman karir saya menjadi pustakawan di Cornell University dan University of Hawaii at Mãnoa, tugas yang dikerjakan sama hanya status sebagai pustakawan akademiknya saja yang berbeda karena sangat beragam jenisnya,†jelas Rohayati pada Webinar ‘Learn from the global world, act for the nation’, Jumat, (23/10).
Lebih lanjut Rohayati menjelaskan bahwa profesi pustakawan khususnya di University of Hawaii at Mãnoa, apabila tidak berkompetensi maka tidak bisa dipromosikan. Dengan kata lain, kompetensi dan pengembangan profesi sangat erat hubungannya.
Selama masa pandemi Covid-19, layanan perpustakaan di Hamilton Library University of Hawaii at Mãnoa terpusat pada layanan digital diantaranya penyediaan koleksi secara full text melalui HathiTrust, Wiley dan JSTOR, pemberian referensi dilakukan secara virtual, dan interlibrary loan diakses hanya secara elektronik.
Sementara itu, Pendiri Magbasa Tayo Movement Kevin Conrad T Tansiongco menjelaskan visi dari Magbasa Tayo Movement adalah membuat bahan bacaan menjadi mudah untuk diakses, memperbanyak pendirian perpustakaan, dan menyempurnakan pengalaman membaca.
“Taman Baca Masyarakat (TBM) dan perpustakaan berperan sangat penting bagi pembangunan bangsa,†ujar Kevin.
Rohayati dan Kevin sepakat perpustakaan adalah sumber informasi. Perpustakaan juga harus bisa mengimbangi perkembangan digital agar tetap dapat memberikan layanan terbaik kepada seluruh masyarakat.
Reporter: Basma Sartika  Â