Salemba, Jakarta - Sumber daya manusia yang unggul dapat dibangun melalui budaya literasi yang kuat. Perpustakaan memiliki peran dalam penguatan literasi ini karena menjadi pusat sumber informasi dan pusat sosial budaya untuk memberdayakan masyarakat. Kehadiran perpustakaan yang melayani hingga ke daerah terpencil sebagai tempat pembelajaran sepanjang hayat, bisa dimanfaatkan masyarakat dalam mengembangkan potensi diri.
Peningkatan kualitas SDM dilakukan perpustakaan dengan menyediakan sumber bacaan dan memfasilitasi masyarakat dengan berbagai pelatihan dan keterampilan. Selain peningkatan kualitas SDM, hal ini memberdayakan sosial-ekonomi masyarakat.
“Dengan upaya tersebut diharapkan performa individu meningkat, sistem dan organisasi perpustakaan menjadi kuat, sehingga berdampak pada membaiknya kualitas layanan perpustakaan dan juga pemanfaatannya oleh masyarakat yang secara otomatis, meningkatkan literasi masyarakat,†jelas Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional RI, Deni Kurniadi, dalam webinar yang diselenggarakan secara virtual dengan tema “Sumber Daya Manusia Unggul Melalui Budaya Literasi†pada Jumat (9/10/2020).
Deni menjelaskan, karakter berbudaya gemar membaca bisa dibangun bersama seluruh elemen bangsa. Karenanya dia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melangkah bersama demi terwujudnya bangsa yang cerdas, maju, dan sejahtera.
Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Mustafa Kamal menyatakan budaya literasi merupakan kunci peradaban bangsa. Untuk membangun bangsa, dibutuhkan SDM yang mampu menjadi lokomotif dan kompetitif dalam percaturan global. Dia menjelaskan, percepatan pembangunan bangsa akan menemukan momentumnya melalui SDM yang unggul di berbagai bidang.
“Kita harus punya SDM yang menjadi lokomotif seperti almarhum Presiden Habibie. Dari satu orang bisa membangun industri penerbangan kita, persenjataan kita, dan seterusnya. Satu orang menjadi lokomotif yang mendorong kemajuan bangsa. Kita tidak cukup menjadi SDM rata-rata, kita perlu lokomotif. Justru saat ini di negeri kita ini, kurang SDM yang memiliki keunggulan kompetitif yang tinggi,†jelasnya.
Anggota dewan dari Partai Keadilan Sejahtera ini menuturkan buku menjadi sarana yang mendorong individu mengenal dunia. Melalui buku, individu akan memperluas cakrawala berpikir dan mengenal kebudayaan dunia.
Perpustakaan berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Mustafa menjelaskan, peran ini bisa terlihat di Korea Selatan, di mana kemajuan Negeri Ginseng terjadi salah satunya karena fasilitas perpustakaan yang memadai. Sejak lama, menurutnya, Korsel memiliki perpustakaan yang berkualitas dan berperan dalam memajukan bangsa.
Dia berbagi kisah setelah menyaksikan salah satu serial drama Korea yang mengambil latar belakang tahun 1989. Mustafa menjelaskan, pada tahun tersebut dirinya sedang menempuh pendidikan SMA. Berdasarkan pengamatannya, kegiatan belajar di Korsel tidak berbeda jauh dengan kondisinya di Indonesia.
“Bedanya apa? Sekolahnya lebih bagus, fasilitas lebih banyak, dan anak-anaknya lebih berdisiplin, tapi kurikulumnya sama saja. Kenapa hasilnya berbeda dengan kita? Mereka perpustakaannya bagus sekali tahun 1989. Di drama remaja itu, sering sekali disebutkan mereka sering belajar di perpustakaan, dan kelihatannya 24 jam karena kadang mereka pulang larut malam dan mereka pulang aman saja itu. Perpustakaannya beda dengan zaman saya tahun ‘89, dan hasilnya sekarang, kemajuan di Korea Selatan seperti sekarang itu,†urainya.
Mustafa menegaskan saat ini, budaya literasi di Indonesia masih rendah. Ini terlihat dari maraknya berita bohong dan perundungan di masyarakat. “Jadi literasi yang telah membudaya hanya jika kita sudah tidak bisa lagi terpisahkan dalam keseharian kita dengan literasi,†pungkasnya.
Â
Reporter: Hanna Meinita, Robby Anggriawan, Josan Kusuma