Jawa Timur- Kecerdasan suatu bangsa tentu harus didorong oleh adanya suatu perilaku membaca dan kecakapan literasi yang kuat. Ini dibuktikan oleh beberapa negara maju bahwa tidak ada satu negara pun di dunia ini yang bisa negaranya maju tanpa adanya kesadaran kolektif masyarakat yang memiliki kemampuan membaca dan kecakapan literasi yang tinggi.
Hal tersebut diutarakan oleh Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Adin Bondar pada webinar ASN Belajar ke 25 yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jawa Timur, Kamis (4/7/2024).
“Sehingga peranan membaca dan kecakapan literasi menjadi hal yang esensial bagi sebuah bangsa dan kemajuan sumber daya manusia,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, ia menjelaskan Perpusnas saat ini membangun suatu pendekatan yang disebut Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) dimana konteks pendekatan perpustakaan sekarang ini adalah menjadi ruang terbuka bagi masyarakat untuk dapat belajar secara kontekstual di perpustakaan, saling berbagi pengalaman serta meningkatkan keterampilan hidup.
“Adapun program-program yang dilakukan Perpusnas adalah pengembangan budaya baca dan kecakapan literasi, standarisasi dan akreditasi perpustakaan serta pengarusutamaan naskah nusantara,”tambahnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan telah ditandatangani Surat Edaran Bersama antara Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) dan Plt. Kepala Perpusnas sebagai upaya peningkatan literasi melalui perpustakaan desa dan Taman Baca Membaca (TBM) yang akan mulai dilakukan di tahun 2024 ini.
“Kami harapkan kepada seluruh pemerintah daerah provinsi dan kabupaten kota untuk dapat mendorong aparatur desa untuk dapat memanfaatkan anggaran dana desa itu untuk meningkatkan kegemaran membaca dan literasi warga desa.” ungkapnya.
Selain itu, ia menjelaskan sekarang ini telah terjadi disrupsi pasar kerja dimana terjadi pergeseran permintaan tenaga kerja yang tidak lagi melakukan pekerjaan yang sifatnya rutinitas atau manual tetapi sekarang berubah kepada kemampuan interpersonal dan kemampuan analitik.
“Satu kecakapan yang dituntut dimiliki ASN saat ini adalah ASN yg memiliki profesionalitas, adaptif dan agile. Maka dalam konteks inilah, harus memiliki berfikir aras tinggi sehingga melahirkan SDM yang memiliki kreativitas dan inovasi yang dibutuhkan masyarakat saat ini” ungkapnya.
Dalam kata sambutannya, Kepala BPSDM Provinsi Jawa Timur Ramliyanto menjelaskan bahwa tema “Melihat Dunia dengan Membaca” yang diangkat dalam webinar ASN Belajar seri ke 25 ini adalah dalam rangka turut serta menyambut dan merayakan Hari Pustakawan yang jatuh pada tanggal 7 Juli 2024 mendatang.
“Perpustakaan adalah suatu tempat dimana pengetahuan tercetak dan terekam yang dikelola secara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan salah satunya melalui membaca,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan ASN sebagai sumber daya utama pemerintahan dan bangunan sudah seharusnya memiliki minat baca yang tinggi dalam rangka pemenuhan kebutuhan kompetensinya sehingga relevan dengan tuntutan pelaksanaan tugasnya.
“Dengan membaca maka pengetahuan dan pemahaman kita tentang banyak hal akan semakin banyak, makin beragam dan makin luas,” pungkasnya.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Provinsi Jawa timur Tiat S. Suwardi menjelaskan bahwa literasi sangat penting bagi ASN dalam pengambilan keputusan.
“Pentingnya membaca dari sumber yang betul,data yang valid. Sehingga akhirnya menjadi informasi dan informasi itu menjadi pengetahuan bagi kita semua dalam pengambilan keputusan dan menjadi suatu kebijakan,”tegasnya.
Lebih lanjut, untuk meningkatkan budaya baca di lingkungan kerja ia menjelaskan berbagai cara seperti rehat dengan membaca, mengunjungi dan memanfaatkan perpustakaan baik perpustakaan umum maupun perpustakaan khusus serta penugasan berbasis pustaka.
Guru Besar Universitas Negeri Malang Djoko Saryono memaparkan kebutuhan-kebutuhan manusia yang dapat terpenuhi dengan membaca, antara lain kebutuhan rekreatif, kebutuhan reflektif serta kebutuhan informatif.
“Orang membaca buku-buku tertentu seperti buku dzikir untuk merenung, itu untuk memenuhi kebutuhan reflektifnya. Untuk kebutuhan rekreatif, ada orang yang misalnya tidak membaca buku maka ia merasa kurang, tidak bahagia.” jelasnya.
Sedangkan untuk kebutuhan informatif, masyarakat membaca agar menguasai ilmu pengetahuan yang belum dikuasai sehingga dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaannya.
Selain itu, ia pun menjelaskan unsur pokok penting membaca yaitu bukan hanya sekadar membaca saja namun dengan membaca dapat berpikir kritis, kreatif dan inovatif sehingga dapat memiliki kesadaran baru akan dunia.
Reporter: Anastasia Lily