Pancoran, Jakarta - Perpustakaan harus mengubah penampilannya, karena perpustakaan bukanlah kantor melainkan ruangan terbuka yang bisa dimanfaatkan oleh publik. Hal tersebut dikatakan Direktur Pendidikan Tinggi, IPTEK dan Kebudayaan Bappenas, Hadiat, dalam paparannya pada Rakornas Bidang Perpustakaan, (27/2) dengan tema “Optimalisasi kegiatan prioritas nasional/transformmasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.”

“Perpustakaan dibuat semenarik mungkin agar dapat mendorong masyarakat untuk datang ke perpustakaan. Jika perpustakaan di daerah mulai dari Provinsi, Kabupaten/Kota, desa atau bahkan di satuan Pendidikan sudah menarik, harapannya budaya literasi bisa terwujud,” ungkapnya.

Lebih lanjut Hadiat mengatakan, pembangunan SDM yang berkualitas dan berdaya saing masuk dalam kebijakan RPJMN 2020-2024. Strategi penguatan perpustakaan ini salah satunya dengan perluasan bantuan DAK fisik perpustakaan untuk pemerataan akses dan kualitas layanan perpustakaan di daerah.

“Di dalam penampilannya, perpustakaan harus berubah fisiknya. Perpustakaan saat ini seolah-olah merupakan kantor biasa, yang saya bayangkan kantor perpustakaan seperti gerai yang menarik biar banyak masyarakat yang datang. Jangan bangun fisik yang biasa saja. Bagaimana DAK diperuntukkan untuk pembangunan fisik, bangun kantor layanan yang menarik,” ujarnya.

Hadiat menjelaskan, hal ini sebagai upaya untuk membentuk SDM yang berkualitas, produktif, menguasai IPTEK, dan inovasi. SDM yang berkualitas tersebut merupakan tuntutan untuk mewujudkan visi Indonesia 2045, yakni ekonomi modern dengan tingkat kesejahteraan yang berkualitas.

“Kita sudah punya visi untuk merayakan 100 tahun Indonesia merdeka, pada saat itu kita punya harapan Indonesia memiliki pendapatan tinggi. Disinilah peran perpustakaan diperlukan untuk mendukung seluruh pilar sekaligus pondasi memperkokoh kualitas SDM,” jelasnya.

 

Reportase : Wara Merdekawati

Fotografer : Raden Raditya