Jakarta, Kementerian Agama (Kemenag) RI dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI meluncurkan portal web Kepustakaan Keagamaan. Portal web yang dibangun Perpusnas tersebut berisi informasi tentang keagamaan, diantaranya buku, artikel, berita, gambar, dan video yang diambil dari berbagai sumber.
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan, portal web keagamaan ini sebagai bentuk implementasi moderasi beragama. Portal ini ditujukan untuk seluruh pemeluk agama, yang nantinya konten pembelajaran agama kan diisi oleh pemeluknya masing-masing.
"Boleh saja seseorang tidak ikut berpendidikan, tetapi sesuai dasar negara kita tidak boleh hidup di Indonesia kalau tidak beragama. Portal keagamaan ini menjadi suatu investasi luar biasa untuk mempermudah masyarakat mendapatkan informasi tentang keagamaan," ungkapnya dalam Peluncuran Portal Web Kepustakaan Keagamaan di Jakarta pada Kamis (23/9/2021).
Syarif Bando menegaskan, rendahnya tingkat literasi di Indonesia bukan karena kegemaran membaca yang rendah. Tetapi, permasalahan tersebut dikarenakan keterbatasan bahan bacaan. Kondisi ini satu buku ditunggu 90 orang, padahal menurut standar UNESCO idealnya tiga buku baru tiap orang tiap tahunnya.
"Langkah pragmatis untuk menjawab tantangan ini adalah digital. Satu buku yang kita digitalkan bisa menembus jutaan kepala dan menumbuhkan milyaran bilai kemanusiaan. Sedangkan satu buku dengan harga Rp 500.000 akan terasa mahal ketika hanya dibaca untuk orang, tetapi satu buku itu jika dibaca berulang-ulang oleh jutaan orang maka nilainya menjadi tidak terasa mahal," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Syarif Bando menyampaikan keinginannya untuk bersinergi dengan Kemenag dalam mirroring (penggandaan) data. Ini dilakukan untuk bisa memastikan seluruh buku digital dapat menjangkau seluruh masyarakat, termasuk di wilayah perbatasan. Sebagaimana prioritas pembangunan Presiden Joko Widodo yakni pembangunan dimulai dari pinggiran. Sehingga perbatasan menjadi titik tolak untuk memastikan akses bahan bacaan ada disana.
"Setidaknya butuh lima titik mirroring agar akses bahan bacaan bisa menjangkau masyarakat hingga perbatasan, dengan biaya Rp 40 milyar. Sinergi dengan Kemang ini untuk memastikan seluruh konten pembelajaran agama masuk disini. Saya kira ini menjadi satu jawaban Kemenag untuk menjawab keterbatasan akses terhadap penduduk indonesia ini," jelasnya.Â
Menanggapi hal tersebut, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyetujui program mirroring untuk mendukung akses bahan bacaan, mengingat program penggandaan ini memiliki manfaat yang besar.
"Saya akan kawal langsung terkait program mirroring ini tentu saja nanti akan dikerjakan bersama dengan Bimas yang ada karena ini portal semua agama. Bagaimana kita membuat sodaqoh ini produktif. Semoga portal ini bemanfaat terutama untuk guru, pendidik dan anak-anak di masa yang akan datang," ungkapnya.
Sementara itu, dalam Talkshow dengan tema "Literasi Digital dalam Moderasi Beragama Menuju Indonesia Unggul, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Muhammad Ali Ramdhani mengatakan, ada hal yang menggembirakan ketika survey dilakukan oleh masyarakat Internasional terhadap berbagai negara, bahwa Indonesia menjadi negara terbesar yang menyebut bahwa kebahagiaan seseorang sangat ditentukan oleh pemahaman keagamaannya.
Dari survey tersebut, lanjutnya, menyatakan 93 persen komitmen agama menjadi salah satu faktor penting kebahagiaan bagi generasi z. Tetapi saat data ini diklarifikasikan dengan data yang lain maka hasilnya, agama sebagai pusat kebahagiaan itu terekspresi melalui ruang-ruang radikal.
"Literasi yang tidak sempurna membuat seseorang salah memperoleh asupan pendapatnya dan diekspresikan dengan cara yang salah. Agama memudahkan hidup, menata hidup bukan merusak tatanan hidup harmonisasi sosial. Ini yang dibutuhkan Indonesia ke depan untuk menjadi lebih baik," ungkapnya.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kementerian Agama Muhammad Zein mengatakan, Indonesia dan seluruh negara di dunia karena Covid-19 mengalami learning loss, kalau ini dibiarkan maka anak-anak akan mengalami loss generation.
"Dari hasil riset, inovasi pemulihan pembelajaran di masdrasah hanya bisa dilakukan dengan mengandalkan buku-buku teks. Jika guru mengajar tanpa buku teks yang mumpuni, maka transfer knowledge tidak akan sampai pada target pembelajaran. Ini yang mendorong kami segera mewujudkan kerja sama dengan Perpusnas," ungkapnya.
Zein mengatakan, dengan kerja sama tersebut diharapkan dapat memperkuat literasi, serta menambah bahan bacaan untuk para guru dan pendidik.
Selain meluncurkan situs web kepustakaan, Perpusnas dan Kemenag juga menjalin kerja sama bidang perpustakaan. Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan langsung oleh Kepala Perpusnas dengan Menteri Agama. Pada kesempatan itu, Menteri Agama juga menerima kartu anggota kehormatan Perpusnas.
Reportase: Wara Merdeka
Fotografer: Ahmad Kemal