Kepala Perpustakaan Nasional RI Muh. Syarif Bando menandatangani kesepahaman bersama (MoU) dengan Universitas Pakuan yg diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Oding Sunardi di Gedung Akuntansi Fak. Ekonomi Universitas Pakuan Bogor, pada hari Selasa (11/4). Kaperpusnas RI juga berkesempatan menjadi keynote speaker pada acara seminar dengan tema “Perpustakaan Sebagai Penyedia Informasi bagi Generasi Digital Native“. Dilanjutkan dengan sosialisasi e-resources Perpusnas RI sebagai bagian dari tuntutan perubahan karakteristik generasi digital (digital native).
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Hendro Sasongko menerangkan bahwa Fakultas Ekonomi telah melakukan kemitraan dengan Perpusnas RI yang ditunjukkan dari 500 mahasiswa Universitas Pakuan telah menjadi anggota Perpusnas RI bahkan secara berkala Universitas Pakuan melakukan kunjungan ke Perpustakaan Nasional di Jl. Salemba Raya No. 28A Jakarta Pusat. Hendro berharap dengan adanya kemitraan akan meningkatkan literasi kemudian semangat untuk melakukan penelitian juga meningkat dan lebih lanjut Universitas Pakuan dapat menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya masalah penelitian.
Sambutan Rektor Universitas Pakuan yang dibacakan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Oding Sunardi menjelaskan bahwa perpustakaan di Perguruan Tinggi merupakan kebutuhan bukan sekedar prasyarat ataupun kewajiban, maka perpustakaan wajib dipelihara bersama mencakup sarana dan prasarana gedung, kualitas maupun kuantitas buku, jurnal dan karya ilmiah lainnya. Perpustakaan adalah gudangnya ilmu karena merupakan tempat berkumpulnya sumber-sumber informasi dari seluruh dunia dalam bentuk buku yang merupakan hasil karya pemikiran, penelitian, ataupun pengabdian masyarakat dari seluruh komponen yang ada di dunia. Rektor Universitas Pakuan Bibin Rubini mengajak kepada semua pihak mendukung program pemerintah yaitu nawacita tentang literasi baca.
Kepala Perpustakaan Nasional RI Muh. Syarif Bando dalam paparannya menegaskan perpustakaan adalah jantungnya pendidikan. Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, namun saat ini tingkat kemerdekaan tiap individu berbeda-beda. Syarif menjelaskan perbedaan tersebut adalah dari kemampuan tingkat berfikir yaitu semakin luas wawasan, cakrawala dan kemampuan berfikir maka semakin mudah dalam mengatasi masalah. Syarif mengutip dari Malala seorang Pakistan yang mendapat hadiah nobel “Bukan satu masalah, bukan sepuluh masalah, bukan seratus masalah tapi ribuan masalah disekitar kita, ternyata hanya ada satu cara menyelesaikannya yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia”. Banyak cara meningkatkan sumber daya manusia, salah satunya adalah pendidikan dimana perpustakaan adalah jantungnya pendidikan.
Reportase: Arwan Subakti