Medan Merdeka Selatan, Jakarta-Kepercayaan diri, kemauan untuk belajar, dan berkembang, serta keberanian untuk menantang stereotip, menjadi kunci utama dalam memberdayakan diri untuk menghadapi batasan dan rintangan.
Hal ini ditegaskan oleh Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan (DWP) Pusat Franka Makarim dalam Gelar Wicara bertajuk "Berdaya Hadapi Batasan" yang diselenggarakan Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Kemdikbudristek, Kamis (27/6/2024). Bertempat di Auditorium Lantai 2 Gedung Fasilitas Layanan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), acara ini dihadiri Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka Perpusnas Adin Bondar.
Di hadapan peserta, Franka mendorong untuk berani menjadi versi terbaik diri sendiri dan mengejar impian tanpa rasa takut.
“Be authentic! Percayalah bahwa kamu adalah versi terbaik saat ini. Dengan semua pengalaman hidup yang ada, itu telah membekali pengetahuan yang kamu punya,” ujarnya.
Franka mengatakan perlunya rasa keberanian keluar dari zona nyaman dan belajar dari kesalahan. Ia menyadari, dirinya dengan suami Nadiem Makarim terbilang baru menjajaki ranah pemerintahan yang sebelumnya di ranah swasta.
"Biar pun pertamanya ragu, jangan takut untuk mencoba hal baru dan belajar dari kegagalan. Prioritaskan apa yang penting dan atur waktu dengan baik. Tetaplah baik dan cinta terhadap diri sendiri sebab kita tidak harus sempurna di mata siapapun," sarannya.
Dia pun turut melawan stereotip yang kerap menghambat perempuan sebagai istri, ibu, pengusaha, pemimpin organisasi, pemerintahan, dan lainnya.
"Jangan terpengaruh oleh stereotip tentang diri sendiri atau orang lain. Cukup percaya saja dengan kemampuanmu dan berikan kontribusi terbaik. Perempuan memiliki banyak potensi dan dapat memberikan kontribusi yang luar biasa di berbagai bidang,” ungkap Franka.
Senada, Artis Cinta Laura menyatakan perempuan memiliki kekuatan dan definisi yang beragam. Tidak perlu berusaha keras untuk menjadi orang yang disukai semua orang.
“Fokuslah pada orang-orang yang mendukung dan menghargaimu. Kill em with kindness! Biarkan saja yang memandang kita negatif, jangan takut tidak memiliki teman," katanya.
Cinta pun menambahkan bahwa untuk mencapai hal yang baik, diperlukan target dan strategi.
“Tapi, kita juga tahu, hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Yakinlah dengan keputusanmu dan sadari kalau setiap orang memiliki perjalanannya masing-masing. Kesuksesan tidak diukur dari usia berapa mencapainya, tetapi dari proses yang dilaluinya,” imbuhnya.
Perihal menembus batasan, Cinta juga menekankan pentingnya mengubah pola pikir yang negatif dan keluar dari zona nyaman. Seperti kisah hidupnya yang mengalami perundungan sewaktu usia 12 tahun, kemudian depresi selama 2 tahun, ia dapat terus bergerak maju hingga menunjukkan citranya yang positif.
"Kita dapat mengontrol mindset dan keluar dari zona nyaman untuk mencapai hal yang sebelumnya dianggap tidak mungkin," tegasnya.
Sementara itu, Staf Ahli Presiden Ayu Kartika Dewi berbagi cerita tentang perjuangannya menjalani Pendidikan di luar negeri dan menghadapi diskriminasi. Ia mengingat salah satu momen yang paling berkesan adalah Ketika melanjutkan studi S2 di Amerika dengan memakai jilbab, terutama setelah terjadi penembakan yang menargetkan keluarga muslim.
"Ketika itu, saya satu-satunya perempuan berjilbab di angkatan saya. Tentu saja banyak teman dan keluarga yang mengkhawatirkan kondisi saya saat itu, apalagi lokasi kejadian dekat dengan tempat tinggal saya," ungkapnya.
Ayu pun sempat merasa takut ketika harus berangkat ke kampus, namun berkat dukungan dari keluarga dan teman membuatnya terus bersemangat.
"Saat di kampus teman-teman sempat mendiamkan saya, sampai setelah kuliah selesai ada teman yang memberikan perhatian yang tulus dan membuat saya terharu," lanjutnya.
Pemerintah yang akan segera berganti, lanjut Ayu, membuatnya perlu mencari aktivitas lain. Perempuan lulusan Duke University ini mengatakan keinginannya menulis buku.
"Saya juga ingin menulis buku, padahal sudah ada draftnya tapi nggak jadi-jadi. Masih sering terhalang oleh rasa takut gagal, bagaimana nanti kalau tidak ada yang beli? Overthinking ini menjadi tantangan saya agar komitmen menyelesaikan buku," katanya.
Selain itu, Sukmawati yang merupakan perwakilan mahasiswa yang mengikuti program pertukaran mahasiswa dari Kampus Merdeka, berbagi kisah inspiratif tentang perjalanan akademiknya. Sukmawati mengisahkan dukungan dan motivasi dari sang ibu yang menjadi tulang punggung keluarga, memberinya semangat untuk terus berjuang di tengah keterbatasan.
"Ketika saya mendaftar kuliah, saya ditolak di berbagai kampus. Namun, mama selalu berkata bahwa mungkin di waktu lain saya bisa mendapatkan hal-hal yang lebih baik. Akhirnya saya diterima di Universitas Cokroaminoto Palopo dan mendapat banyak kesempatan untuk meraih mimpi saya, termasuk menjadi duta Kampus Merdeka," ujarnya.
Mengenai tantangan dan peluang di masa depan, Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ini berkeinginan mempelajari Bahasa Jerman. "Saya tertarik belajar Bahasa Jerman karena unik dan menantang," pungkasnya.
Reporter: Alditta Khoirun Nisa / Wara Merdeka
Dokumentasi : Andri TK / Alfian