Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Keluarga adalah pondasi utama sebab pendidikan literasi pertama kali terbentuk dari keluarga. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Deputi Bidang Sumber Daya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Adin Bondar dalam Seminar Nasional bertema “Kolaborasi Membangun Keluarga Literat melalui Gerakan Literasi Masyarakat.
Seminar yang diselenggarakan oleh Perpusnas bersama dengan Gerakan Pembudayaan Minat Baca (GPMB) ini berlangsung di Gedung Layanan Perpusnas, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta pada Senin (7/10/2024).
Sesuai dengan UU No 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, pada pasal 48 ayat 1, Adin menyebutkan bahwa pembudayaan kegemaran membaca dilakukan melalui keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat. Dia menambahkan, literasi keluarga adalah awal dari upaya pengembangan literasi yang lebih luas.
“Melalui kegiatan Kolaborasi Keluarga Literat ini, kita memberikan pendekatan baru yang mendekatkan anak-anak dan orang tua melalui membaca bersama,” ujarnya.
Menurutnya, penting untuk meningkatkan minat anak-anak pada buku di tengah era digital yang marak penggunaan gawai. Ia menjelaskan tantangan global yang semakin kompleks, mengutip laporan World Economic Forum 2016, yang menyebutkan bahwa 60% pekerjaan di dunia menggunakan otomasi dan 30% pekerjaan di dunia akan digantikan oleh mesin-mesin canggih.
Adin juga menambahkan bahwa Perpusnas berupaya menjawab tantangan ini melalui berbagai program. Dibuktikan dalam RPJMN 2020-2024, ia mengulas berbagai upaya yang dilakukan, termasuk pengembangan perpustakaan digital seperti iPusnas, eResources, dan berbagai aplikasi lain.
"Kami telah menyiapkan 10.000 perpustakaan desa dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di seluruh Indonesia, 20 lokus baca, serta mendesiminasikan lebih dari 12 juta eksemplar buku berkualitas hingga tahun 2024," jelasnya.
Kemudian, Adin menekankan pentingnya Gerakan Literasi Keluarga Sejak Dini, yang akan diintegrasikan dengan program unggulan Presiden terpilih 2024-2029. "Gerakan ini tidak hanya fokus pada literasi, tetapi juga pada aspek kesehatan, seperti program Makan Bergizi Gratis untuk anak usia dini dan ibu hamil," pungkasnya.
Ketua Pelaksana kegiatan Adhil Ramadhan menyampaikan bahwa seminar ini menjadi kunci untuk menyongsong visi Indonesia. “Kesempatan ini juga langkah awal untuk duduk berdiskusi, membangun komitmen bersama menumbuhkan budaya baca,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat GPMB Herlina Mustikasari membicarakan bahwa masih terdapat tantangan besar dalam memperkuat gerakan literasi di tengah masyarakat. “GPMB yang namanya dimulai dengan kata ‘gerakan’, ternyata masih kurang bergerak dalam melaksanakan peningkatan minat dan kegemaran membaca di masyarakat Indonesia,” ungkapnya.
Sehingga Herlina menyambung, sudah saatnya bagi GPMB untuk melakukan lompatan yang progresif demi mencapai tujuan pemberdayaan literasi di berbagai elemen masyarakat, termasuk keluarga, sekolah, komunitas, serta lembaga pemerintah dan swasta.
Di antara narasumber, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Adiyati Fathu Roshonah menerangkan tentang urgensitas membangun keluarga literasi melalui Gerakan Literasi Masyarakat. Dia menguraikan penelitian psikolog sosial David McLaren, yang menunjukkan bagaimana literasi anak-anak dapat mempengaruhi kemajuan bangsa. Dalam penelitian tersebut, dibandingkan dua negara besar di abad ke-16, Inggris dan Spanyol. Meski kedua negara tersebut sama-sama besar dan maju, Inggris terus melesat sedangkan Spanyol menunjukkan penurunan.
"Penelitian itu mengungkapkan bahwa konten buku yang dibaca oleh anak-anak di kedua negara sangat berpengaruh pada perkembangan bangsa tersebut. Buku yang dibaca anak-anak di Inggris mengandung elemen-elemen yang memotivasi mereka untuk berprestasi, tapi di Spanyol, buku-buku yang dominan justru berisi cerita romantis dan lagu-lagu mellow," urainya.
Perempuan yang juga sebagai Founder Padepokan Dakwah Kreatif Bandung ini pun menegaskan, literasi keluarga menjadi sangat penting karena sebagian besar waktu anak dihabiskan di rumah.
Founder Mata Aksara Nuradi Indrajaya menjelaskan keberadaan Rumah Literasi GPMB untuk memantik gerakan literasi di masyarakat. Ia menekankan bahwa pengalaman membaca yang dialami anak-anak, seperti dibacakan cerita oleh orang tua, sangat berpengaruh pada perkembangan minat baca mereka.
“Data menunjukkan bahwa anak-anak yang dibacakan cerita oleh orang tua mereka cenderung memiliki minat baca yang tinggi di masa depan,” ucapnya.
Pria penerima Nugra Jasa Dharma Pustaka Perpusnas 2016 ini mengapresiasi sumbangan 10 juta buku dari Perpusnas, yang diberikan kepada perpustakaan desa dan kelurahan di seluruh Indonesia. Dengan begitu, Nuradi mengajak orang tua untuk menetapkan rutinitas membaca di rumah atau di lingkungan RT/RW.
Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Prodi PG PAUD Universitas Muhammadiyah Jakarta Rachman Ridahatullah menggarisbawahi kreativitas dalam menyusun program literasi. Seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia yang kini menduduki peringkat ke-16 dunia, ia berkata bahwa kreativitas dalam mengelola program sosial menjadi semakin vital.
"Data menunjukkan bahwa pada tahun 2030, Indonesia akan bersaing dengan negara-negara besar seperti Cina dan Jepang. Ini menjadi tantangan bagi kita semua, terutama para generasi muda yang akan memasuki dunia kerja," imbuhnya.
Ia memberikan beberapa contoh teknik fundraising yang dapat digunakan, seperti kolaborasi dengan sektor swasta, sponsor, biaya tiket peserta, serta penggunaan platform digital seperti media sosial untuk meningkatkan partisipasi dan donasi masyarakat dalam program-program literasi.
Reporter: Alditta Khoirun Nisa
Dokumentasi: Prakas / Deni