Harmoni, Jakarta-Standardisasi person atau sumber daya manusia menjadi hal yang utama dalam pengembangan perpustakaan karena menjadi ruh aktivitas lembaga perpustakaan. Kompetensi yang menjadi standar harus mampu meyakinkan pemustaka dan pengguna.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando pada pembukaan Konvensi Nasional Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang perpustakaan di Jakarta, Senin, (17/12).
Sebagai pembina perpustakaan, sumber daya manusia perpustakaan harus mengetahui dengan baik siapa dan apa yang dibina. Maka, kompetensi menjadi mutlak dimiliki, lanjut Kepala Perpusnas
Muhammad Syarif Bando menambahkan perbedaan antara negara maju dan negara tidak maju ada pada tingkat kegemaran membaca. Membaca menjadi fundamen atau pondasi bagi kemampuan literasi.
Kemampuan literasi berkaitan dengan proses kreatif dan proses mencipta, produk barang dan jasa inilah yang menjadi perbedaan negara maju dan tertinggal. Dan hal tersebut didasari dari perbedaan tingkat kegemaran membaca.
Pada kesempatan ini juga, Aris Hermanto dari Kementerian Tenaga Kerja RI menyampaikan bahwa secara umum RSKKNI bidang perpustakaan telah memenuhi kaidah, namun masih terdapat beberapa ketidaksesuaian yang perlu diperbaiki di konvensi ini, misalnya acuan ukuran pada beberapa Kriteria Unjuk Kerja (KUK).
Lebih lanjut, Kepala Perpusnas mengatakan bahwa konvensi ini harus menghasilkan kesepakatan bersama bukan malah bersepakat untuk tidak bersepakat.
Konvensi Nasional RSKKNI Bidang perpustakaan dihadiri oleh stakeholders (para pemangku kepentingan) bidang perpustakaan yang terdiri dari unsur pemerintah, asosiasi profesi, asosiasi perpustakaan, pengguna tenaga perpustakaan dan lembaga pendidikan, baik vokasi, maupun lembaga pendidikan dan pelatihan.
Â
Reportase : Hartoyo Darmawan