Bandar Lampung, Lampung--Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung masuk ke dalam tiga besar di wilayah Sumatera. Di tengah laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, justru pengembangan budaya baca di Lampung baru menggeliat. Dikukuhkannya Bunda Literasi Provinsi Lampung bisa jadi role model atau alternatif cara membangkitkan semangat baca sehingga menjadi budaya.
Hal ini disampaikan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando sebelum melantik istri Gubernur Lampung, Riana Sari Arinal sebagai Bunda Literasi Provinsi Lampung pada Safari Gerakan Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca di Bandar Lampung, Selasa (8/10).
Kepala Perpusnas mengatakan perpustakaan tidak sekedar penyimpan buku tapi jembatan peradaban. Bahwa tidak ada guru yang khusus tentang Lampung tapi harusnya ribuan buku tentang Lampung bisa disajikan di perpustakaan.
Ditambahkan lagi bahwa perpustakaan dan pendidikan adalah elemen yang saling melengkapi. Namun, penting juga mengubah paradigma pengajar (guru/dosen) yang menyesuaikan dengan peradaban dunia.
"Guru dan dosen bisa mencontoh Universitas Stanford atau Harvard yang berhasil menciptakan lulusan yang meraih banyak penghargaan dunia, salah satunya penghargaan Nobel. Artinya, tidak sekadar membawa anak didik meraih cum laude. Tapi juga diajarkan fondasi masa depan agar nantinya mereka tangguh dan eksis 20 hingga 30 tahun ke depan," terang Kepala Perpusnas.
Keberhasilan para pemikir dunia dan pencipta peradaban adalah keaktifan dalam membaca. Membaca terbukti membangkitkan aliran darah ke sel-sel dalam otak sehingga otak tidak mati. "Otak jika tidak dilatih akan mati," pesan Syarif Bando.
Contoh nyata dari kesuksesan 20-30 tahun adalah ketika cita-cita  founding fathers terbukti, yakni membangun Gedung Fasilitas Layanan Perpustakaan Nasional setinggi 24 lantai dan 3 lantai basement di pusat kota Jakarta.
"Perpustakaan harus ada sebagai bukti sejarah panjang peradaban," tegas Syarif Bando.
Di akhir arahan, Kepala Perpusnas berpesan bahwa senjata ampuh digunakan di medan pertempuran. Namun, satu peluru hanya mampu menembus satu kepala. Tapi tidak dengan buku, karena faktanya satu buku mampu menembus jutaan kepala manusia dan menghasilkan beragam keilmuan baru.
Â
Reportase: Hartoyo Darmawan