Salemba, Jakarta – Literasi memiliki kontribusi positif membantu menumbuhkan kreativitas, dari kreativitas melahirkan inovasi, sedangkan inovasi dapat meningkatkan produktivitas. Namun sangat disayangkan tingkat literasi bangsa Indonesia masih rendah dan harus terus ditingkatkan. Demikian disampaikan Duta Literasi Provinsi Sumatera Selatan, Percha Leanpuri dalam Webinar Sumber Daya Manusia Unggul melalui Budaya Literasi, Jumat (9/10).
Menurutnya, perlu adanya perubahan paradigma bahwa literasi bukan sekedar kemampuan membaca, menulis dan berhitung, tetapi kemampuan memahami, mencerna dan menganalisis suatu teks dan konsep untuk diterjemahkan.
“Dengan kemampuan literasi yang baik, akan membantu masyarakat untuk meningkatkan produktivitasnya dan mampu menghasilkan inovasi,†ungkapnya.
Dikatakan, jika melihat angka melek aksara di Indonesia memang terus meningkat tiap tahunnya, di 2015 sebesar 95,2% dan di 2019 95,5%. Peningkatakan ini tidak sebanding dengan kemauan masyarakat untuk datang ke perpustakaan ataupun pojok baca, yang hanya 12,6%.
“Disinilah peran Duta Literasi sebagai motor penggerak bangkitnya budaya literasi memang saya jalankan tidak sekedar canang saja. Bersama dengan stakeholder menggerakkan semangat literasi, dengan mengadakan berbagai kegiatan menggandeng berbagai komunitas,†jelasnya.
Sementara itu, Plt Bupati Panukal Abab Lematang Ilir (Pali), Ferdian Andreas Lacony mengatakan, pemahaman literasi jauh lebih penting dibanding bantuan dan pendampingan kepada UMKM. UMKM tanpa literasi diibaratkan seperti seseorang yang mendapat mobil tetapi tidak diajarkan cara mengendari mobil.
“Pelaku UMKM juga harus memahami literasi. Dengan pemahaman literasi yang baik, maka UMKM dapat melakukan inovasi sehingga bertambah produktivitasnya, yang berimbas pada bertumbuhnya komunitas-komunitas literasi,†ungkapnya.
Misalnya, di masa pandemi saat ini, pelaku UMKM harus dapat memahami literasi digital, pemasaran melalui media sosial. Selain itu, produk apa saja yang dibutuhkan selama pandemi. Pengetahuan inilah yang disediakan oleh perpustakaan, mengingat saat ini perpustakaan merupakan sumber informasi.
“UMKM harus jeli melihat situasi agar bisa terus bertahan. Di masa pandemi ini misalnya produk frozenfood banyak dicari konsumen. Mereka bisa mendapatkan informasi itu dari perpustakaan tentang bagaimana membuat makanan beku, serta bagaimana strategi pemasaran melalui media sosial. Maka mutlak UMKM juga perlu literasi, †lanjutnya.
Ferdian  mengatakan, bangsa yang unggul harus memiliki budaya literasi karena di dalam literasi itu terdapat inovasi dan kreativitas bahkan berdampak pada produktivitas. “Salah satu langkah menumbuhkan UMKM adalah dengan gerakan literasi yang terintegrasi dengan pemberdayaan UMKM,†pungkasnya.
Â
Reporter             : Wara Merdeka
Â