Blitar, Jawa Timur--Perkembangan teknologi informasi komunikasi (TIK) sangat mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang melekat akibat perkembangan TIK adalah kebutuhan informasi. Maka, pelayanan memberikan informasi juga menjadi unsur penting. Ketika masyarakat terpenuhi kebutuhan informasinya, di saat itu kepuasan tercapai.
"Jadi, jangan sampai pustakawan atau petugas perpustakaan ketika dihadapkan dengan pemustaka tidak melayani sepenuh hati dalam pelayanan informasinya," ujar Master Trainer Makhmud Kuncahyo pada Webinar Melayani Dengan Sepenuh Hati yang diselenggarakan oleh UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Blitar, pada Sabtu, (8/8).
Saat ini hampir semua aktivitas kehidupan terasa sulit. Manusia dipaksa harus beradaptasi dengan peraturan ketat (baca; protokol kesehatan). Tentu saja ini berimbas pada pelayanan perpustakaan. Perpustakaan tidak bisa maksimal memberikan pelayanan konvensional. Harus beralih kepada pelayanan yang berbasis teknologi informasi.
Sikap sepenuh hati merupakan energi yang tidak terbatas. Dari sikap tersebut muncul kebahagiaan dan rasa puas. Jangan menganggap pemustaka yang datang sebagai beban. Apalagi di tengah kondisi pandemi ketika masyarakat rindu dalam mencari informasi.
"Pemustaka adalah raja. Tetap harus dilayani dengan cinta agar tidak kecewa. Sikap melayani dengan sepenuh hati akan memberikan kesan yang ramah dan mengesankan," tambah Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Ofy Sofiana.
Jangan merasa menjadi aparatur kelas dua ketika bekerja di perpustakaan. Justru, dengan bantuan perpustakaan anak-anak Indonesia tercerdaskan. Mereka mampu meraih mimpinya yang pada akhirnya sanggup memberikan kebahagiaan bagi orang tuanya. Hal ini sesuai dengan salah satu visi perpustakaan, yakni mencerdaskan bangsa.
Di masa pandemi, era disrupsi, sikap bisa mengatasi persoalan dengan sendiri (single fighter) sudah tidak relevan. Justru yang terbaik adalah memberdayakan sebanyak-banyaknya orang di dalam tim sehingga muncul ide-ide kreatif, inovasi baru, dan gagasan segar.
Jangan ragu untuk memberdayakan orang yang lebih hebat. Jangan lupa berdayakan pula orang yang setara agar dapat tumbuh bersama. Dan berdayakan juga orang yang di bawah supaya naik kelas.
Ibarat kereta api yang hanya memiliki satu lokomotif di depan untuk menarik semua gerbong. Tidak akan efektif organisasi jika mengandalkan seorang pemimpin ketika dihadapkan pada suatu krisis. Boleh jadi akan kebingungan. Ini yang seringkali terjadi di Indonesia.
Tapi, jika berpola pikir laksana kereta peluru semisal Shinkansen, di mana setiap gerbong memiliki lokomotif, maka akan muncul percepatan. Praktik kepemimpinan adalah seni memberdayakan potensi sumber daya manusia untuk kemajuan organisasi.
"Peimpin yang hebat adalah yang mampu melahirkan kesuksesan-kesuksesan orang lain. Dan pustakawan bukanlah Robocop. Tidak mampu bekerja sendiri. Tetap memerlukan orang lain untuk mencapai visi organisasi," pungkas Makhmud.
Â
Reportase: Hartoyo Darmawan