Memorial Lecture Ketiga Mengenang B.J. Habibie: Strategi Indonesia Mengatasi Jebakan Pendapatan Menengah dan Menuju Indonesia Emas 2045

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan,Jakarta- Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) E. Aminudin Aziz, menekankan pentingnya kebiasaan membaca dalam mengembangkan kemajuan bangsa pada acara Memorial Lecture ketiga Mengenang B.J. Habibie.

 

 Acara yang diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) pada Selasa, (23/07/2024) ini mengangkat tema "Strategi Indonesia Mengatasi Jebakan Pendapatan Menengah (Middle Income Trap/MIT) dan Menuju Indonesia Emas 2045".

 

Aminudin mengungkapkan bahwa bagi B.J. Habibie, membaca adalah kunci untuk mencapai kemajuan dan kemandirian bangsa. "Kemajuan berpikir ala B.J. Habibie dilandasi oleh kebiasaan membaca, baik melalui bahan cetak maupun digital, serta ayat-ayat yang terhampar di alam raya. Ini sudah dibuktikan oleh beliau selama hidupnya," ujarnya.

 

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa saat ini Perpusnas melakukan transformasi pemikiran dengan cara menafsirkan kembali fungsi dan hakikat utama dari perpustakaan yaitu perpustakaan sebagai sebuah wahana yang memungkinkan orang untuk mengembangkan kreativitas serta membuktikan kegalauan berpikirnya dengan mengkonfirmasi dalam sumber-sumber yang tersedia di perpustakaan.

 

Selain itu, Perpusnas menyediakan buku-buku bacaan yang benar-benar sesuai dengan minat baca para pembaca kelompok awal terutama yaitu kelompok dini.

 

“Kami sajikan bahan-bahan bacaan ini bukan hanya di Perpusnas tapi kami hadirkan ke desa-desa dan kini sudah mencapai 10.000 desa yang ada di wilayah nusantara ini,” jelasnya.

 

“Mudah-mudahan upaya kami mendekatkan bahan bacaan ini tentu saja akan bisa meningkatkan kegemaran membaca meningkatkan literasi masyarakat sehingga mereka bisa betul-betul menjadi manusia literat,” harapnya.

 

Selain itu, Plt. Kepala Perpusnas juga menyatakan dukungan dan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan untuk turut ambil bagian dalam kegiatan Memorial Lecture yang ketiga ini.

 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam kesempatan ini menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul Ekonomi Indonesia: Tantangan dan Peluang mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

 

“Kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi indonesia sebetulnya relatif baik. Pertumbuhan ekonomi yang pada saat Covid sempat turun ini kembali naik menjadi diatas 5%, inflasi rendah 2,5%” ujarnya.

 

Namun untuk jangka panjang, lanjutnya, Indonesia mempunyai berbagai tantangan agar keluar dari jebakan pendapatan menengah (Middle Income Trap/MIT) menuju High Income Country yaitu pertumbuhan ekonomi harus 6-7% dengan investasi rata-rata tumbuh mendekati 7% per tahun.

 

Lebih lanjut, Menko Perekonomian menjelaskan tiga strategi besar kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat sertra inklusif dan ramah lingkungan. Yang pertama adalah merevitalisasi mesin ekonomi konvensional, yang kedua mengembangkan mesin ekonomi baru serta memperkuat ekonomi pancasila (ketahanan sosial dan pemberdayaan).

 

Sementara itu, Ketua Komisi Ilmu Sosial Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Syarif Hidayat dan mengatakan tema yang diangkat hari ini sangat relevan karena tidak lama lagi Indonesia akan memasuki masa Pembangunan Jangka Panjang periode 2025-2045 menuju Indonesia Emas 2045 menjadi negara berdaulat maju, adil dan makmur.

 

Ia berpendapat bahwa cita-cita Indonesia Emas antara lain akan tercapai jika kita berhasil melakukan transformasi ekonomi dari ekonomi yang berbasis sumber daya ke ekonomi yang berbasis pengetahuan.

 

“Keberhasilan transformasi ekonomi ini ditentukan oleh kemampuan kita dalam menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Penguasaan iptek dibutuhkan untuk mendorong inovasi kemudian meningkatkan produktivitas, mendiversifikasi ekonomi, mengembangkan sumber daya manusia, menarik investasi dan meningkatkan daya saing global,” jelasnya.

 

Oleh karena itu, lanjutnya, AIPI berpandangan perlu memprioritaskan kebijakan yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan Research and Development (R&D) dan adopsi teknologi untuk meningkatkan dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi jangka panjang serta transisi ke status negara berpenghasilan tinggi.

 

Senada dengan Ketua Komisi Ilmu Sosial Syarif Hidayat, Ketua Dewan Pembina Pusat Kajian Teknologi dan Inovasi (Centre of Technology and Innovation Studies/CTIS) Wardiman Djojonegoro menyampaikan bahwa tantangan yang datang dari MIT membuat Indonesia perlu meningkatkan pendapatan dengan meningkatkan produktivitas memakai inovasi dan teknologi pada semua sektor di Indonesia.

 

Lebih lanjut, ia mengingatkan agar semua pihak perlu berhati-hati mempersiapkan diri agar Indonesia bisa lolos dari MIT dan mengapresiasi Menko Perekonomian yang bersedia hadir di kegiatan ini.

 

“Karena itu bapak menteri, kami sangat senang dan menghargai bapak menteri berkenan memberikan uraian ilmiah dan pencerahan kepada kami para teknolog tentang apa yang perlu kita ketahui dan apa yang perlu kita persiapkan dan apa yang bisa kami bantu untuk turut mencapai cita-cita bersama tersebut,” tuturnya.

 

Pada kesempatan yang sama, perwakilan keluarga besar B. J. Habibie sekaligus ketua The Habibie Center, Ilham Habibie mengapresiasi serta berterima kasih kepada semua pembicara dan peserta di acara ini.

 

“Penyelenggaraan B. J. Habibie Memorial Lecture untuk mengingatkan kembali betapa pentingnya apa yang diperjuangkan oleb Bapak Habibie seumur hidup adalah untuk kita semua,” ujarnya.

 

Lebih lanjut ia menceritakan bahwa di awal tahun 1970-1980an banyak orang mengira bahwasanya B. J. Habibie lahir terlalu cepat di waktu yang salah. 

 

“Mestinya sekarang, mungkin. Namun, saya kira itu salah. Karena memang perlu ada seorang pelopor yang sudah melihat jauh kedepan untuk membuat persiapan yang kita sudah lakukan yang memang sebagian mungkin belum secara optimal kita gunakan tapi paling juga sudah ada dan kita mendiskusikan pemikiran-pemikiran pak Habibie sebagai seorang visioner,” tuturnya.

 

“Visioner, yang memiliki tujuan menjadi negara maju, Indonesia emas yaitu adalah Indonesia berpendapatan tinggi dan sebagainya. Dan yang bisa, yang harus kita menguasai dan gunakan memang tidak lain daripada teknologi,” imbuhnya.

 

Reporter : Anastasia Lily

 

Dokumentasi : Prakas Agrestian

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Copyright 2022 © National Library Of Indonesia

Jumlah pengunjung