Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI dan Arsip Nasional RI (ANRI) dalami Memory of Understanding (MoU) dalam bentuk proyek bersama.
Kepala ANRI, Imam Gunarto, beserta jajaran melakukan audiensi kepada Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, di Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (22/9/2021).
Imam Gunarto menginginkan adanya persiapan secara formal agar ruang lingkup yang sudah disepakati kedua instansi dalam MoU bisa berjalan secara efektif. Adapun MoU yang terjalin adalah untuk periode 2019-2024.
Kerja sama yang tertera dalam MoU salah satunya membahas tentang pembuatan akses terintegrasi antara Perpusnas dan ANRI. Menurut Imam, Perpusnas dan ANRI layaknya dua mesin pesawat atau sayap yang hanya akan berfungsi secara optimal apabila melakukan segala suatu hal secara bersama. Sama halnya dengan ketersediaan akses terintegrasi yang kelak diharapkan mampu mempermudah masyarakat untuk mengakses arsip dan bahan pustaka dalam satu waktu bersamaan.
“Dengan satu klik masyarakat seluruh dunia bisa mengakses arsip dan bahan pustaka kita,†ujar Imam.
Begitu pun dengan akuisisi arsip dan naskah kuno yang ada di dalam maupun luar negeri, Imam kembali menyampaikan harapannya untuk bisa dilakukan bersama. Karena menurutnya naskah kuno adalah peninggalan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan dengan baik agar tidak di kemudian hari justru diakui oleh negara lain.
Selain itu, dalam hal tanggap bencana Kepala ANRI juga mengajak Kepala Perpusnas untuk berkolaborasi. Dalam waktu dekat ANRI akan menyelenggarakan Pekan Memori Dunia tentang Hikayat Aceh.
Diceritakan lebih lanjut bahwa ANRI memiliki tugas utama di Aceh yakni membangun Pusat Studi Kebencanaan. Dalam hal ini, Arsip Tsunami Aceh yang masuk menjadi salah satu Memory of the World (MoW) akan dijadikan sebagai bahan Pusat Studi Kebencanaan. Untuk upaya penguatan MoW tersebut, ANRI juga sudah meminta dukungan dari pemerintah Aceh. Pada kesempatan ini juga, Imam Gunarto meminta dukungan langsung kepada Perpusnas dalam hal perpustakaan.
“Tugas utama ANRI di Aceh adalah membangun Pusat Studi Kebencanaan, untuk itu kami mohon dukungan, penguatan, dan pengkayaan dari sisi perpustakaan dari Perpusnas,†pinta Imam.
Mengetahui bahwa ranah Perpustakaan dan Arsip di daerah digabung menjadi satu yakni Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Dispusipda), Imam mengharapkan adanya pembinaan bersama Perpusnas ke daerah.
Baik Perpusnas dan ANRI sudah memiliki standar kompetensi untuk Kepala Dinas dan pejabat struktural di Dispusipda, akan tetapi tetap diperlukan penyelarasan antara kedua standar kompetensi tersebut. Kelak hasil dari penyelasaran tersebut bisa digunakan sebagai acuan Kepala Daerah saat melakukan promosi dan penempatan dari pejabat-pejabat daerah yang menduduki jabatan di bidang perpustakaan dan kearsipan.
“Standar kompetensi ini sangat penting untuk disusun bersama sebagai upaya dalam menjaga kualitas penyelenggaraan perpustakaan dan kearsipan di daerah,†jelas Imam.
Menanggapi yang telah disampaikan, Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, sangat mengpreasiasi dan antusias atas ajakan proyek bersama yang diajukan ANRI. Baginya setiap Kementerian/Lembaga harus mampu berkolaborasi guna menciptakan terobosan yang lebih baik untuk negara.
“Saya akan meminta kepada jajaran untuk menjadikan MoU dengan ANRI dinaikkan menjadi skala prioritas. Karena semua yang disampaikan pak Imam adalah tugas negara yang harus dicermati dan dibijaksanai,†ungakap Syarif Bando.
Lebih lanjut, untuk memudahkan koordinasi antara dua instansi, Syarif Bando mengusulkan pembuatan Surat Keputusan (SK) Bersama perihal Peningkatan Kinerja antara Perpusnas dan ANRI. Selain untuk ke depannya memudahkan masyarakat dalam membedakan tugas dan fungsi baik Perpusnas maupun ANRI, namun juga sangat baik untuk melegitimasi keberadaan negara tanpa dibatasi oleh status kelembagaan.
Reporter: Basma Sartika
Fotografer: Ahmad Kemal Nasution