London, Inggris- Pada masa meningkatnya ketidakpastian dunia, Perpustakaan Inggris berupaya untuk mengelola resiko-resiko yang muncul.
Perpustakaan yang berada di London itu telah tutup sejak 17 maret 2020 ketika awal pandemi Covid19 muncul di berbagai belahan dunia. Hal tersebut disampaikan Direktur Perpustakaan Inggris, Roly Keating.
Pada kesempatananya sebagai salah satu pemateri dalam Konferensi Kepala Perpustakaan Nasional Dunia (CDNL) Tahun 2021 pada Rabu (8/9/2021) lalu, Roly menceritakan bagaiman pandemi menjadi salah satu resiko yang tiba-tiba muncul dan mennguncang sistem yang dimiliki Perpustakaan Inggris.
Namun, Roly mengatakan dengan adanya upaya mitigasi berbagai resiko yang mungkin terjadi dalam pencapaian tujuan Perpustakaan Inggris, sistem mereka masih dapat bertahan meskipun membutuhkan upaya yang serius.
“Tahun kemaren kita benar- benar diuji, karena salah satu resiko yang muncul yaitu pandemi. Sistem manajemen resiko dan krisis kami mampu menghadapi. Namun dibutuhkan inovasi dan improvisasi yang besar,†ungkap Roly.
Saat ini Perpustakaan Inggris memilki 8 resiko strategis yang telah diidentifikasi berdasarkan kemungkinan dan akibat yang mungkin terjadi. Seluruh resiko diberi skor mulai dari 1-25 dan apa yang Perpustakaan Inggris lakukan adalah beruapaya menekan angka-angka resiko tersebut ke nilai yang lebih rendah. Setiap bagian dari Perpustakaan Inggris juga harus memiliki peran dan kesadaran tinggi dalam penanganan resiko.
“Setelah pandemi berakhir kami. Rencana jangka pendek kami antara lain belajar dari pengalaman yang sudah kami dapatkan melalui hadirnya pandemi. Kami juga perlu memperbaharui rencana pemulihan pasca bencana. Serta terkait cara bekerja yang baru yaitu dengan lebih hybrid, flexible, dan adaptif,†lanjutnya.
Menurut Roly pandemi ini disisi lain menciptakan cara baru dalam berinteraksi. Perpustakaan yang tadinya bertempat di tengah masyarakat, tempat berinteraksi secara langsung, kemudian secara tiba- berpindah cara secara online seperti ini membawa perubahan besar dari sisi budaya.
Reporter: Eka Purniawati