Bogor, Jawa Barat - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan museum dan perpustakaan adalah paradoks yang dibutuhkan oleh Indonesia. Gabungan antara museum dan perpustakaan, bisa menjadi agenda intelektual baru dalam kehidupan.
Hal ini disampaikan Menteri Syahrul Yasin saat grand launching Museum Tanah dan Pertanian sekaligus peresmian “Open Virtual Literacy Room†yang dibawahi Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) dan penandatanganan kesepakatan bersama antara Perpustakaan Nasional dengan Kementan.
“Saya merasa ini kurnia luar biasa karena menyaksikan sebuah museum dan sebuah perpustakaan, ini menjadi paradoks dalam pikiran saya. Museum menandakan sesuatu yang lama, tetapi perpustakaan selalu menembus ke depan,†jelasnya di Museum Tanah dan Pertanian, jl. Ir. H. Juanda No. 98, Bogor, Jawa Barat, pada Selasa (3/3/2020).
Museum disebut menggambarkan kejayaan Indonesia di masa lampau yang memiliki daya tarik tinggi untuk masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri. Perpustakaan, menjadi penanda bahwa agenda perjalanan esok hari tidak meninggalkan masa kemarin.
Melalui museum, menurut Menteri Syahrul Yasin Limpo, dirinya meyakini bahwa pertanian Indonesia akan semakin lebih maju, mandiri, dan modern. Sementara perpustakaan yang modern erat kaitannya dengan proses literasi. Menteri Syahrul berharap, Perpustakaan Nasional bisa menghubungkan Pustaka Kementan dengan perpustakaan dunia, misalnya Perpustakaan Leiden di Belanda. “Bicara modern, bicara literasi. Bicara literasi, bicara kapasitas. Bicara kapasitas, bicara kekuatan,†urainya.
Dia berharap kehadiran Museum Tanah dan Pertanian dengan perpustakaan dapat menjadikan pertanian Indonesia menghasilkan produk unggul dan bisa mandiri. “Perpustakaan sudah menembus bentuk-bentuk industri 4.0 yang ada, saya berharap anak-anak bisa membedakan mengolah pertanian secara tradisional dan bioteknologi,†pungkasnya.
Reporter: Hanna Meinita
Fotografer: Humas Kementan