Surabaya, Jawa Timur - Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 2 Tahun 2022 yang menyoroti peningkatan penggunaan produk dalam negeri telah membuka peluang baru bagi civitas akademika untuk mengoptimalkan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah.
Demikian disampaikan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando dalam Seminar Internasional yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) dengan tema "Children's Reading and Writing Literacy in the Digital Era," pada Kamis (14/9/2023).
Kepala Perpunas mengatakan hal tersebut penting untuk perguruan tinggi. Dia menekankan bahwa perguruan tinggi tidak boleh melewatkan peluang untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dengan memanfaatkan SDA yang melimpah.
"Indonesia memiliki SDA yang melimpah, seperti kelapa, dan potensi besar untuk menghasilkan kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan yang mendukung pengelolaan SDA harus menjadi bagian integral dari peran perguruan tinggi," ungkapnya.
Kepala Perpusnas juga mengajukan perlunya perancangan program studi khusus di perguruan tinggi yang fokus pada pengelolaan SDA. "Literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang kemampuan seseorang dalam menciptakan produk dan jasa," lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, lanjutnya, dia menegaskan bahwa tugas negara untuk mencerdaskan anak bangsa, sebagaimana tertuang dalam UUD, harus diwujudkan melalui langkah konkret, termasuk peningkatan literasi anak-anak. Kebutuhan utama anak-anak adalah bermain, dan seringkali mereka menolak aktivitas lain, bahkan dengan menangis.
"Dalam upaya mendorong minat membaca anak-anak, perpustakaan memiliki peran sentral. Kesuksesan seorang ibu dalam membuat anaknya gemar membaca dianggap sebagai langkah awal dalam membangun budaya literasi anak-anak di Indonesia," jelasnya.
Sementara itu, Wakil Rektor UINSA Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Abdul Muhid menekankan pentingnya momen ini bertepatan dengan Hari Kunjung Perpustakaan secara nasional.
"Karena pada dasarnya 'Iqra' yang berarti kita harus membaca," ungkapnya
Dalam era digital saat ini, lanjutnya, literasi digital menjadi kompetensi utama yang harus dimiliki warga abad 21. Namun, meskipun memiliki akses melimpah ke informasi dan teknologi, hasil riset nasional menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam literasi untuk memanfaatkan data.
"Untuk mengatasi hal ini, UINSA mendorong kemampuan literasi digital melalui perpustakaan," tuturnya.
Reporter: Wara Merdeka
Dokumentasi: Prakas Agrestian