Jakarta - Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Muhammad Syarif Bando menyebut, perpustakaan menjadi fasilitas sebagai modal untuk menggerakkan masyarakat gemar membaca. Terlebih perpustakaan memiliki peran untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul.
“Perlu adanya gerakan nasional membaca untuk menumbuhkan budaya membaca. Dan dalam tagline memperkuat sisi hulu, siapapun kita mari ambil bagian, semua komponen kami ajak bergabung," ungkap Syarif dalam Webinar Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat di Kabupaten Gorontalo dengan tema  “Penguatan Peran Sisi Hulu Guna Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat†di Kabupaten Gorontalo pada Kamis (25/11/2021).
Lebih lanjut dijelaskan, tujuan negara berdasarkan UUD 1945 yakni mencerdaskan anak bangsa, serta memajukan kesejahteraan umum untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
“Siapapun kita baik itu legislatif, eksekutif, TNI/POLRI memiliki tugas dan tujuan yang sama. Karena hanya dengan bangsa yang cerdas, sejahtera dan kuat yang diperhitungkan di percaturan global," jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, juga dilakukan peresmian gedung layanan perpustakaan Kabupaten Gorontalo. Dengan pembangunan gedung tersebut, Syarif Bando mengapresiasi komitmen Bupati Gorontalo dan jajarannya untuk menyiapkan satu fasilitas penting bagi masyarakat, sebagai institusi peradaban bangsa.
"Kehadiran perpustakaan ini menjadi simbol yang bisa dibanggakan. Kita tahu perpustakaan adalah jembatan pengetahuan di masa lampau, kini dan yang akan datang," ungkap Syarif.
Dikatakan, dengan pemberian program Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada Kabupaten/Kota dan Provinsi melalui perpusnas merupakan kebijakan prioritas dari Presiden Joko Widodo.
“Dengan dana DAK memastikan pelayanan dasar bagi masyarakat itu ada. Jadi, perpustakaan ini menjadi prioritas untuk memastikan pelayanan dasar bagi masyarakat,†imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo mengatakan, dalam upaya meningkatkan indeks literasi pihaknya menyediakan fasilitas perpustakaan untuk masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan upaya Pemkab setempat dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan produktif.Â
"Perpustakaan merupakan jendela ilmu dan dunia, kalau mau maju ya jendela ini digunakan. Kami tidak mau masyarakat tidak hanya cerdas, sehat tetapi juga harus tangguh sekaligus produktif," kata Nelson.
Selain itu, penyediaan perpustakaan tidak hanya berada di tingkat kabupaten saja tetapi sampai di tingkat kecamatan bahkan desa. Melalui dana desa, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) mendorong tiap desa memiliki perpustakaan desa.
"Sebesar 20 persen dari APBD kami anggarkan untuk desa, maka melalui anggaran tersebut kami mendorong desa untuk memiliki perpustakaan," kata Nelson.
Fasilitas pojok baca di tiap OPD juga disediakan oleh Pemkab Gorontalo. Bahkan pihaknya mendorong partisipasi ASN dengan membeli buku setiap melakukan perjalanan dinas. Setidaknya sekitar 1.000 eksemplar dikumpulkan tiap tahunnya.
"Apalagi dengan adanya gedung fasilitas layanan perpustakaan ini. Saya bangga karena menjadi gedung perpustakaan terbaik yang ada di Provinsi Gorontalo. Semoga dapat didaya gunakan dengan baik," lanjutnya.
Nelson menambahkan, perlu adanya kolaborasi antara pemerintahan pusat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan indeks literasi masyarakat.
"Kolaborasi ini penting, kita gembira dengan Perpusnas yang terus mendorong kita, perpustakaan di daerah, maupun perpustakaan perguruan tinggi, sekolah dan desa. Ini sangat dibutuhkan untuk efisiensi masifnya indeks literasi masyarakat meningkat," lanjutnya.
Dalam sesi diskusi, Duta Baca Kabupaten Gorontalo, Fory Armin Naway mengatakan, pihaknya selalu bersinergi dengan berbagai mitra terkait.
Seperti Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, PKK, PAUD, dan Dharma Wanita serta kecamatan untuk menumbuhkembangkan kegemaran masyarakat melalui kegiatan pembudayaan kegemaran membaca di Kabupaten Gorontalo.
"Duta baca memiliki peran strategis dalam mengkampanyekan Gerakan Gemar Membaca di seluruh kalangan masyarakat, mulai anak-anak hingga dewasa," kata Foru.
Tokoh Masyarakat dan Pegiat Literasi, Yusron Humonggio mengakui, optimalisasi keberadaan bunda baca tidak saja untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan membaca saja, tetapi mengajak masyarakat untuk lebih cerdas membaca, memaknai apa yang tersirat dari tersurat, serta menciptakan ide dan gagasan baru.
"Muara akhir dari pengelolaan perpustakaan berbasis inklusi sosial, dipahami para bunda baca dengan dibuktikan dari dihasilkannya produk barang dan jasa," ungkap Yusron.
Â
Reportase: Wara Merdeka
Fotografer: Ahmad Kemal/ Prakash Agrestian
Â