Medan Merdeka Selatan, Jakarta--Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) meluncurkan program penguatan literasi keluarga berbasis digital mobile. Program ini sebagai upaya mendukung transformasi perpustakaan inklusif untuk kesejahteraan.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar menyampaikan literasi keluarga adalah bagian dari trilogi pembangunan dalam pengembangan budaya literasi yang ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan. Trilogi tersebut mencakup satuan pendidikan, masyarakat dan keluarga.
"Dalam trilogi pembangunan budaya literasi, satuan keluarga adalah salah satu fokus utama kita. Upaya ini masih belum terlalu tersentuh," ungkapnya pada Peluncuran Penguatan Literasi Keluarga Berbasis Digital Mobile yang diselenggarakan secara hibrida pada Jumat (27/10/2023).
Deputi menekankan perlunya kolaborasi melalui platform digital yang dapat menyediakan konten bacaan berkualitas, mulai dari sejak bunda mengandung hingga ke usia lanjut.
"Dalam upaya menghadapi Indonesia Emas 2045, kita harus fokus pada penguatan budaya literasi, terutama karena bonus demografi yang akan datang. Saat ini, terdapat 84 juta anak-anak yang merupakan modal berharga bagi bangsa kita," jelasnya.
Menurutnya, peran literasi keluarga dalam perkembangan otak manusia sejak dalam kandungan sangat penting. Peningkatan kualitas bacaan dan stimulasi otak sejak usia dini dapat membantu membangun fondasi kuat untuk perkembangan anak-anak.
"Usia emas anak adalah 0-6 tahun, dan pada periode ini, anak-anak memerlukan role model, bacaan, dan permainan edukatif. Konsep ini harus didorong agar bangsa kita memiliki daya saing di masa depan," ungkapnya.
Penguatan literasi keluarga berbasis digital, lanjutnya, merupakan inovasi yang dianggap perlu untuk memberikan akses informasi dan pengetahuan kepada seluruh masyarakat Indonesia, dari anak-anak hingga orang dewasa.
Dengan literasi yang kuat, individu dapat mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi, memperbaiki ekonomi, dan pada akhirnya, membangun kebahagiaan dan rasa percaya diri dalam masyarakat.
"Selain itu, literasi juga dapat berperan dalam menangani masalah seperti gizi buruk dan stunting. Banyak kasus gizi buruk tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh ketidaktahuan tentang gizi dan perawatan yang baik. Oleh karena itu, peningkatan akses informasi dan pengetahuan adalah kunci dalam mengatasi masalah ini," lanjut Deputi Adin.
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menyampaikan keluarga memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan literasi. Dia menjelaskan bahwa literasi keluarga berbasis digital mobile adalah langkah yang sejalan dengan amanat Undang-undang Dasar 1945 salah satunya, mencerdaskan anak bangsa.
"Namun, literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis melainkan juga menciptakan karakter, integritas, dan keinginan untuk belajar, yang harus ditanamkan sejak dini dalam keluarga," ungkapnya.
Kepala Perpusnas menekankan bahwa perpustakaan adalah jantung dari pendidikan. Oleh karena itu, penting untuk menjadikan perpustakaan sebagai tempat yang mendorong literasi di dalam keluarga.
Sementara itu dalam talkshow, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso menjalskan pentingnya literasi keluarga dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas dan seimbang dari segi pertumbuhan penduduk.
Deputi Sukaryo memaparkan fakta jumlah keluarga di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 71 juta, di mana jumlah penduduknya mencapai lebih dari 272 juta jiwa. "Literasi keluarga adalah keniscayaan, terutama karena keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan wahana utama dalam penanaman nilai luhur," terangnya.
Dia mengatakan BKKBN pun memiliki berbagai program untuk memperkuat kualitas keluarga, mencakup program 1.000 hari pertama kehidupan yang memberikan perhatian khusus pada balita dan pendidikan orang tua. Selain itu, ada program "Sekolah Orang Tua Hebat" yang menggunakan pendekatan akademis yang interaktif untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang tua.
"Literasi keluarga berbasis digital mobile ini menjadi strategis di era digital saat ini. Melalui platfrom digital, terutama mobile menjadi kebutuhan penting bagi keluarga," katanya.
Deputi menuturkan pihaknya menyambut baik kolaborasi dengan Perpusnas dalam upaya meningkatkan literasi keluarga dan menekankan pentingnya gerakan ini untuk mewujudkan keluarga berkualitas. "Program-program ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memahami peran penting keluarga dalam pembangunan masyarakat yang lebih baik," harapnya.
Senada, Plt Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA) Rini Handayani mengatakan bahwa anak-anak di Indonesia merupakan aset besar negara. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan minat baca dan literasi anak-anak sesuai dengan usia mereka.
"Anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam keluarga. Oleh karena itu, keluarga memainkan peran penting dalam mencerdaskan generasi muda," katanya.
Selain itu, dia menjelaskan upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian dalam membangun resiliensi keluarga melalui penguatan literasi keluarga. Salah satunya adalah pendirian Pusat Pembelajaran Keluarga yang bertujuan membantu keluarga dalam memberikan pengasuhan yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak mereka.
Plt Deputi menegaskan bahwa negara harus hadir dalam mendukung keluarga dalam upaya mencerdaskan generasi muda. Kolaborasi dan sinergi antara negara, masyarakat, media, dan mitra pembangunan lainnya sangat diperlukan dalam memastikan pemenuhan hak anak-anak untuk literasi dan pengasuhan yang layak.
"Saya mengapresiasi upaya penguatan literasi berbasis digital yang berfokus pada keluarga. Saya yakin kolaborasi ini akan memperkuat generasi emas Indonesia pada 2045," tegasnya.
Reporter: Wara Merdeka
Dokumentasi: Ahmad Kemal