Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Pemerataan pembangunan di bidang perpustakaan harus dibarengi dengan peningkatan kualitas layanan perpustakaan dan pustakawan agar dapat mendukung peningkatan budaya baca dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. ‘Pustakawan Bergerak’ yang menjadi fokus kerja Perpustakaan Nasional di 2018 dapat terwujud melalui mekanisme kerja yang jelas.
Garis besar tersebut terungkap dalam Rapat Kerja Pusat Perpustakaan Nasional 2018 yang digelar di Jakarta, Selasa, (29/1). Sekretaris Utama Perpusnas Dedi Junaedi mengatakan ‘Pustakawan Bergerak’ dapat terwujud apabila ada mekanisme kerja yang jelas, sarana prasarana yang mendukung, dan anggaran yang memadai. “Kebijakan dalam mendukung program ‘Pustakawan Bergerak’ harus mengacu pada prinsip sinergi, keterbukaan dan profesional,” ujar Dedi Junaedi.
Di kesempatan yang sama Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan sejumlah faktor yang menyebabkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tertinggal, seperti rasio buku yang beredar di masyarakat yang sangat kurang, budaya baca yang rendah, dan akses masyarakat terhadap perpustakaan yang kurang sehingga mengakibatkan tingkat literasi yang buruk. “Di sinilah peran pustakawan dibutuhkan untuk mendorong masyarakat ke arah perbaikan dengan memobilisasi pengetahuan atau knowledge mobilization,” kata Muhammad Syarif.
Pustakawan dengan segala kompetensi yang dimilikinya, lanjut Kepala Perpusnas, harus mampu berperan sebagai tutor dan mentor bagi tumbuh kembang perpustakaan dan budaya literasi masyarakat. Jangan ragu untuk membagikan setiap ilmu pengetahuan kepada masyarakat. Meskipun ada sedikit pemerintah daerah yang belum memperhatikan perpustakaan dengan baik, namun hal itu jangan dijadikan kendala serius. “Perpustakaan Nasional harus hadir, mengambil peran. Jangan sampai ada sebuah desa/kelurahan atau di pelosok manapun yang tidak tersentuh dengan perpustakaan,” pesan Kepala Perpusnas.
Kehadiran pustakawan bergerak merupakan jawaban bagi generasi saat ini agar terhindar dari bahaya kebodohan akibat kurangnya asupan informasi maupun ilmu pengetahuan yang diperoleh. “Kinerja pustakawan tidak selalu diukur dengan hitam diatas putih, tapi harus terlihat seberapa besar dampak (outcome) yang dirasakan masyarakat.” Bahaya literasi sama halnya dengan bahaya narkoba yang mengancam generasi penerus bangsa.
Perpustakaan dipandang dalam aspek manapun selalu memberikan manfaat lebih. Ada tiga tugas penting perpustakaan di era saat ini yang sangat bisa dilakukan perpustakaan, yakni membentengi masyarakat dari bahaya informasi yang sesat (hoax), menginspirasi masyarakat untuk lebih hidup sejahtera, dan menjadi sumber informasi dalam segala bidang pengetahuan.
Rapat kerja pusat (Rakerpus) tahunan merupakan agenda wajib untuk mendukung program pembangunan nasional. Penyusunan kerja 2018 adalah rencana kerja yang kritis dan strategis. Kritis dikarenakan tahun 2018 adalah tahun terakhir untuk rencana strategis (Renstra) 2014-2019. Di katakan strategis karena tahun 2018 merupakan tahun persiapan untuk Renstra 2020-2024.
Reportase : Hartoyo Darmawan