Jakarta – Keberadaan perpustakaan sangat dibutuhkan di institusi pendidikan sebagai sarana dalam penyediaan informasi yang lengkap, terpercaya, dan terkini.
Literasi merupakan kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek tertentu yang dapat diimplementasikan dengan inovasi dan kreativitas untuk memproduksi barang atau jasa yang berkualitas tinggi serta dapat dipakai untuk memenangkan persaingan global.
Menurut Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Muhammad Syarif Bando, dalam upaya mendukung peningkatan indeks literasi masyarakat di Indonesia, institusi pendidikan harus memperhatikan sebelas aspek pembinaan perpustakaan. Sebelas aspek tersebut terdiri dari gedung atau tata ruang, perabot atau perlengkapan, SDM, anggaran, proses pengumpulan koleksi bahan perpustakaan, sistem layanan, minat baca, promosi perpustakaan, kerja sama perpustakaan, mitra perpustakaan, dan penelitian untuk pengembangan perpustakaan.
“Tujuan prioritas kita tahun ini adalah meningkatkan kualitas SDM sesuai dengan RPJMN tahun 2020-2024. Untuk itu sebelas aspek ini wajib diketahui dan dikerjakan. Sebagai contoh, jangan hanya menghitung jumlah koleksi tapi wajib menyediakan koleksi yang kiranya menjadi kebutuhan pemustaka,†ungkap Syarif Bando saat menjadi Keynote Speaker pada kegiatan Bimbingan Teknis Pengelola Perpustakaan Sekolah/Madrasah se-Nusa Tenggara Barat yang digelar secara daring, Rabu (15/12/2021).
Lebih lanjut, Syarif Bando, mengatakan bahwa sejak tahun 2020 ditemukan pergeseran prioritas dalam capaian output pendidikan. Prioritas tersebut terbagi ke dalam lima permintaan keterampilan yakni sebesar 36% untuk complex problem solving, 19% untuk social skill, 18% untuk process skill, 17% untuk system skill, dan 15% untuk cognitive abilities (Sumber: The Future of Jobs Report, World Economic Forum, definisi skill berdasarkan O*NET Content Model, US Department of Labor & Bureau of Labor Statistics).
“Sekolah harus berpikir bahwa paradigma pendidikan hari ini sudah berubah. Dulu, tujuan pendidikan adalah untuk memperoleh cognitive ability. Saat ini lebih kepada kemampuan untuk memecahkan masalah yang belum diketahui solusinya di dunia nyata,†ujar Syarif Bando.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Zulkieflimansyah, menyampaikan bahwa perpustakaan saat ini dihadapkan pada tantangan yang tidak sederhana yakni digitalisasi. Untuk itu, perpustakaan harus dapat mengikuti perkembangan zaman dalam penyediaan bahan bacaan digital kepada masyarakat.
“Ke depan semua akan terkoneksi dengan internet, jadi pengelolaan perpustakaan di tempat terpencil dengan akses bahan bacaan digital yang bagus bisa mengalahkan perpustakaan besar. Mari upgrade kemampuan kita melalui penyelenggaraan bimtek ini,†ucap Zulkieflimansyah.
Dia juga berharap kelak SDM berkualitas dapat membawa NTB maju di era digital. Â
Reporter: Basma Sartika