Tanjung Pinang, Kepulauan Riau--Bertempat di Aula Wan Sri Beni, Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Muhammad Syarif Bando, didampingi Plt. Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Deni Kurniadi, mengukuhkan Bunda Literasi Provinsi Kepulauan Riau pada acara Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat. Acara kemudian dilanjutkan dengan pelantikan Bunda Literasi kabupaten/kota se-Provinsi Kepulauan Riau dan pemberian bantuan mobil perpustakaan keliling dari Perpusnas pada Selasa (27/9/2022).
Kehadiran bunda literasi diharapkan mampu membantu mengembangkan kemampuan masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengelolanya dengan dukungan referensi literatur. Dengan demikian, manfaat literasi dapat berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Tingkat literasi yang tinggi merupakan bekal hidup masyarakat untuk berdaya saing dengan bangsa lain.
Muhammad Syarif Bando menyatakan salah satu kewajiban pemerintah yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Pendek Menengah (RPJMN) 2020-2024 adalah mewujudkan sumber daya manusia yang unggul. Literasi sudah merambah di banyak aspek kehidupan, namun pemahaman literasi di masyarakat masih sebatas mengenal aksara dan bisa baca tulis.
Lebih lanjut Syarif menjelaskan bahwa peran bunda literasi sudah meluas. Mereka boleh melakukan kolaborasi, bersinergi dengan program lain sehingga tujuan bersama bisa tercapai. "Pemerintah disebut sukses ketika berhasil mengangkat kualitas sumber daya manusianya," urai Syarif Bando.
Perpusnas merumuskan lima tingkatan literasi sebagai arah membentuk manusia unggul, yaitu kemampuan mengenal baca tulis hitung dan pembentukan karakter; kemampuan mengakses bahan bacaan terjangkau; kemampuan memahami yang tersirat dan yang tersurat; kemampuan melahirkan inovasi dan kreativitas; dan kemampuan memproduksi barang dan jasa.
Sebagai bagian dari penggerak literasi, Bunda Literasi tidak bisa berjalan sendirian. Mereka perlu dukungan dan kerja sama banyak pihak untuk mengembangkan kemampuan menggali sumber daya yang ada dan mengelolanya sehingga bernilai ekonomi.
"Lewat bahan bacaan yang tepat, masyarakat jadi tahu cara mengemas produk dengan menarik dan memasarkannya melalui media digital sehingga manfaat literasi terhadap pemulihan ekonomi dan kesejahteraan dirasakan," ujar Bunda Literasi Dewi.
Sementara itu untuk mewujudkan pengembangan perpustakaan di daerah, Perpusnas mendukung ketersediaan sarana prasarana perpustakaan. Deni Kurniadi mendorong perpustakaan daerah mengusulkan bantuan melalui program Dana Alokasi Khusus (DAK) yang terdiri dari menu pembangunan gedung, rehabilitasi gedung, koleksi, perabot, dan TIK.
Pengukuhan Bunda Literasi tersebut menurut Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad, merupakan gambaran dari pepatah Arab, yaitu 'ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya'.
"Ibu memiliki peran yang sentral dalam mengenalkan literasi sejak dini, terutama pada fase pertumbuhan anak di masa golden age," kata Ansar Ahmad.
Program Bunda Literasi yang diinisiasi Perpustakaan Nasional, lanjut Gubernur, merupakan ide brilian dan patut mendapatkan apresiasi. Bunda Literasi diharapkan mampu menjadi figur yang menginspirasi.
Â 
ReporterÂ  : Eka Cahyani
Fotografer: Prakas Agrestian
Â

Dukung Pengembangan Literasi di Kepulauan Riau, Perpusnas Kukuhkan Bunda Literasi Provinsi dan Kabupaten/Kota

LIBRARY TRANSFORMATION PHILOSOPHY
BY
MUHAMMAD SYARIF BANDO
(DIRECTOR OF THE NATIONAL LIBRARY OF INDONESIA)
&nbsp;
&nbsp;
For thousands of years people have known that libraries were piles of old books, guarded by librarians who knew nothing about the outside world other than their own.
The library paradigm has now been transformed into a service of knowledge, especially for disadvantaged communities with very limited economic conditions.
Slowly but sure, tens of millions of marginalized people will continue to come and seek their luck in public libraries to meet people who care and provide encouragement, motivation, training and creativity to manage the abundant natural resources around them.
By loving libraries more and more, they develop skills that can produce home industry products that have economic value to meet their household costs, education costs, health costs and and the other various social needs, and a sense of independence arises because they can stand on their abilities themselves and increasingly motivated to develop their business in other fields, from one micro business to another home industry business outside of what they learn from librarians and their stakeholders.
Catfish farming is an example of a business that can be started at low cost, but with perseverance and determination, the business will be able to develop into other fields such as raising chickens, growing vegetables, making handicrafts, to culinary businesses employing hundreds of employees.
&nbsp;
Supported by current technological advances, people can collaborate to form a community with librarians in their regional libraries to train their soft skills with digital knowledge training, including training in creating emails, developing networks via social media and mastering how to do business via the internet or e-commerce, so that those who do not live in urban areas are motivated to learn together, continue to grow in collaboration to form a dignified community that thinks and does positive and useful things.
&nbsp;
It is hoped that the role of librarians will help the community obtain sources of knowledge from reading applied science books, life skills books, and books that motivate people to build a life of independence, where these sources of knowledge are more easily obtained by building reading testimonials. Which are provided and can be accessed through electronic media such as television or social media.
&nbsp;
So that it has a massive impact on tens of millions of marginalized people, from just a few groups becoming hundreds and continuing to rise to thousands of groups, its membership continues to grow until it has millions of members who compete to visit the library and seek their luck to become part of a community that is motivated, trained and guided to become an innovative, creative, productive and dignified human being.
&nbsp;

Filosofi Transformasi Perpustakaan oleh M. Syarif Bando (Kepala Perpustakaan Nasional RI)

Salemba, Jakarta - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bersama Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam rangka menilai pelaksanaan program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) pada Rabu (1/3/2023).
Sebagaimana tertuang dalam Instruksi Umum Inpres 2 Tahun 2022, presiden menginstruksikan dalam hal merencanakan, mengalokasikan, dan merealisasikan pengadaan barang dan jasa paling sedikit 40% (empat puluh persen) nilai anggaran belanja barang/jasa dialokasikan untuk menggunakan produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi produksi dalam negeri. 
BPKP melakukan Penilaian Risiko Kepatuhan, Kinerja, Korupsi dan Hambatan Kelancaran Pembangunan (K3HKP) atas Program P3DN pada Perpusnas sesuai dengan Instruksi Umum Inpres 2 Tahun 2022 mengenai Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dan Produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi dalam rangka Menyukseskan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia pada Pelaksanaan Pengadaaan Barang/Jasa Pemerintah.
Selain itu kepatuhan dalam melakukan Tagging P3DN di aplikasi SiRUP juga menjadi salah satu penilaian kepatuhan ini.
Acara dibuka oleh Sekretaris Utama Ofy Sofiana dan dihadiri oleh seluruh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Bendahara PPK, para Kepala TU Sub Bagian dan staf Unit Pengadaan Barang dan Jasa di Lingkungan Perpustakaan. Dalam sambutannya, Ofy mengajak para PPK untuk berperan aktif dalam diskusi dengan BPKP mengenai penyusunan Kategori Resiko di Perpusnas dan Penilaian Kepatuhan P3DN.
Pada kesempatan tersebut, Inspektur Perpusnas Wahyu Nurhayati juga berharap dalam diskusi ini tim BPKP dapat memberikan penjelasan lebih detail kepada para PPK mengenai penilaian kepatuhan ini, apakah ke depannya akan dilakukan audit mengenai P3DN ini.
Tim BPKP dalam hal ini diwakili oleh Auditor Madya Agus Hardja Santana menjelaskan penilaian resiko terkait pengelolaan P3DN di setiap unit kerja dalam rangka pengadaan barang dan jasa termasuk hal-hal yang menjadi ketentuan dan kewajiban unit kerja dalam pengadaan barang dan jasa yang mengutamakan produk dalam negeri. 
Kewajiban penggunaan produk dalam negeri dalam pengadaan barang dan jasa adalah aspek yang harus dipenuhi oleh setiap unit kerja. &ldquo;Apabila pengadaan barang/jasa menggunakan produk/jasa dalam negeri namun harganya lebih tinggi dibandingkan dengan produk/jasa luar negeri atau impor maka tetap yang digunakan produk/jasa dalam negeri,&rdquo; pungkas Agus.
Reporter: Ranny Kusumawardhani
Editor: Eka Cahyani
 Fotografer: Aji Anwar

FGD Penilaian P3DN Bersama BPKP

Kuningan, Jakarta -Â Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 melansir bahwa satu dari empat penduduk di Indonesia adalah anak muda. Fakta tersebut bukan sekedar kabar baik tapi juga tantangan besar generasi muda di Indonesia.Â  Bertepatan satu dekade Mata Najwa,Â  di awal 2020, melalui inisiasi Narasi, Najwa Shihab melahirkan Gerakan Indonesia Butuh Anak Muda (IBAM) di Ciputra Entrepreneur, Rabu, (19/2). Gerakan IBAM adalah gerakan anak muda untuk diajak bersama-sama melakukan perubahan demi Indonesia yang lebih baik di masa depan. Dan Perpustakaan Nasional RI sebagai bagian dari lokomotif program pencerdasan anak bangsa tidak ketinggalan berpartisipasi dengan membuka gerai (stand) informasi terkait layanan digital, seperti layanan keanggotaan, e-book, e-resources, iPusnas, dan pameran beberapa koleksi Memory of The Worl (MOW) Negarakretagama, dan Naskah Panji.Â 
Sedikitnya 400 kartu anggota layanan disiapkan Perpusnas untuk mengantisipasi antusiasme pengunjung yang memang semuanya adalah anak muda. Di gerai layanan Perpusnas menyediakan aneka souvenir menarik bagi pengunjung, seperti komik edisi MOW, scraf, dan kaos eksklusif.Â  Dan yang lebih istimewa, Duta Baca Indonesia yang juga pendiri Narasi TV Najwa Shihab berkesempatan mendatangi booth Perpusnas dan memberikan 'Salam Literasi'.
Pada malam harinya digelar juga talkshow satu dekade Mata Najwa dengan menghadirkan berbagai tokoh dan figur public, diantaranyaÂ Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama, Menteri BUMN Eric Thohir, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, dan penulis/musisi Fiersa Besari,. Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Utama Perpusnas Sri Sumekar bersama Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Woro Titi Haryanti, Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pemasyarakatan Minat Baca (P3MB) Deni Kurniadi, dan Kepala Bidang Pemasyarakatan Minat Baca nani Suryani berkesempatan hadir mengikuti talkshowÂ  secara live.Â 
Â 
Reportase/Fotografer : Hartoyo Darmawan
Â

Perpusnas Partisipasi Dukung Gerakan IBAM

Medan Merdeka Selatan, Jakarta -Â Ada sejumlah keinginan dan harapan yang hendak dicapai dari pertemuan bilateral antara Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dengan Perpustakaan Nasional RI pada Rabu, (20/2). Ketua Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia Datok Abang Sallehudin bin Abg Shokeran mengatakan penawaran kerja sama ini muncul setelah pihaknya bertemu dan berdiskusi dengan Perdana Menteri Mahathir Muhammad. Dewan Bahasa dan Pustaka juga tertarik dengan cara yang ditempuhÂ  Perpustakaan Negara Malaysia (PNM) yang setiap tahun mengirimkan pegawainya untuk belajar soal preservasi.Â 
Di hadapan Sekretaris Utama Perpusnas Sri Sumekar yang didampingi (Plt) Kepala Pusat Jasa dan Informasi Yahyono, dan Kepala Bidang Transformasi Digital Moh. Kodir, Datok Sallehudin mengatakan saat ini Dewan Bahasa dan Pustaka sudah tidak ada lagi yang mengkaji pernaskahan. Pihaknya berjanji akan memberikan insentif jika ada pustakawan atau filolog dari Perpusnas yang mau bersedia membantu.
"Kami ingin kerjasama terutama di bidang pernaskahan melayu bisa direalisasikan," imbuh Datok Sallehudin di hadapan Sekretaris Utama Perpusnas Sri Sumekar. Dewan Bahasa dan Pustaka menginginkan adanya kerja sama dalam aspek kajian, tukar menukar koleksi, penerbitan, alih bahasa, dan pertukaran pegawai (staff exchange).Â 
Menanggapi niatan tersebut, Sestama Perpusnas mengatakan pihaknya akan melaporkan hal ini kepada Kepala Perpustakaan Nasional dan siap melanjutkan melalui kesepahaman (memorandum of understanding) antar kedua belah pihak. "Semangatnya harus saling menguntungkan (mutualisme)," tekan Sestama.
Perpusnas, diterangkan Sestama memiliki tidak kurang 11.800 naskah kuno dengan berbagai aksara, diantaranya Bugis, Sunda, Jawa, Makassar. Sebagian besar telah didigitalisasikan (alih media) agar mudah dibaca, dan dikaji oleh pemustaka maupun masyarakat. Salah satu naskah kuno termashyur, Negarakertagama, hasil peradaban yang dihasilkan pada jaman Kerajaan Majapahit, yang sempat dibawa oleh kolonial pada masa penjajahan Belanda akhirnya berhasil didapatkan kembali dan hingga kini terawat rapih di Perpusnas. Peristiwa tersebut terjadi pada era Presiden Soeharto dan Ratu Juliana (Belanda).Â Â 
"Perpusnas sepakat bahwa semangat digitalisasi jangan dilakukan oleh pihak luar (asing) padahal naskah yang dikaji adalah naskah serumpun," tambah Sestama.
Reportase : Hartoyo Darmawan
Fotografer : Hartoyo DarmawanÂ

Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dan Perpusnas Jajaki Kerjasama 

Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Di era teknologi dewasa ini, budaya baca mengalami pergeseran yang cukup signifikan. Banyaknya informasi akan suatu isu saat ini jelas menciptakan banyak informasi bohong atau hoax. Masyarakat tidak lagi mendapatkan informasi utuh seperti selayaknya yang bisa didapatkan saat membaca buku. Maka dari itu, perpustakaan membutuhkan strategi khusus untuk bisa bertahan dalam era teknologi ini.
"Saat ini, masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan informasi seputar apapun yang mereka ingin di internet, namun informasi itu cenderung hanya sepenggal alias tidak utuh. Informasi tidak lengkap itu pula yang sering kemudian menimbulkan hoax. Untuk itu kami ingin tahu strategi apa yang dimiliki Perpustakaan Nasional untuk bisa tetap bertahan di tengah era teknologi yang terus berkembang ini," ungkap anggota DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di Gedung Layanan Perpustakaan Nasional, pada Rabu (4/3).
Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Woro Titi Haryanti, menjawab rasa ingin tahu dari Niko dengan menjelaskan bahwa pergeseran budaya baca yang diakibatkan oleh teknologi internet memaksa perpustakaan untuk berubah mengikuti gaya generasi milenial. Yakni dengan mendigitalisasi bahan bacaan agar para milenial ini bisa terus membaca meskipun bukan dalam bentuk buku melainkan cukup hanya dengan menggunakan smartphone mereka masing-masing.
"Di era internet ini kita tidak bisa serta merta menggunakan informasi yang kita dapatkan. Contohnya Wikipedia, kita tidak bisa menggunakannya sebagai bahan rujukan ilmiah resmi, karena informasi yang terkandung didalamnya tentu benar. Untuk itu Perpusnas menghadirkan bahan bacaan yg sudah didigitalisasi ke dalam aplikasi yang bisa di akses langsung di smartphone seperti iPusnas, e-resources, Khastara, dan Indonesia One Search (IOS)," jelas Woro.
Tak ketinggalan, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Arsyaf Suryadin, meminta dukungan formasi pustakawan karena jumlah yang sudah ada sekarang belum cukup untuk mendukung semua kegiatan pelayanan perpustakaan yang ada di daerahnya. "Jumlah pustakawan kami saat ini hanya ada 12 orang. Kami butuh dukungan Perpustakaan Nasional agar jumlah pustakawan di daerah kami bisa bertambah," beber Asyraf.
Untuk itu, Opong Sumiati, selaku Kepala Pusat Pengembangan Pustakawan menjelaskan bahwa impassing bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk mendorong SDM yang berpotensial menjadi pustakawan. Selain itu disampaikan pula bahwa Perpustakaan Nasional juga menyelenggarakan bimtek, sertifikasi pustakawan, Uji Kompetensi Pustakawan (UKP), dan lomba pustakawan berprestasi.
Reporter: Basma Sartika Fotografer: Ahmad Kemal Nasution

Perpustakaan Harus Ubah Gaya Ikuti Milenial

<span style="font-size: 11pt; font-family: 'Trebuchet MS'; font-weight: bold; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-alternates: normal; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Jakarta - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia mengikuti Sosialisasi Pengukuran Baseline Indeks Kepatuhan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) dan Identifikasi Area of Improvement pada K/L Mitra Kerja Deputi Bidang PIP Bidang Polhukam PMK secara daring, Kamis (11/5/2023).

Berita

Sosialisasi Pengukuran Baseline Indeks Kepatuhan P3DN dan Identifikasi Area of Improvement

Pencarian