Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Paradigma layanan perpustakaan tidak melulu konvensional. Menunggui pengunjung yang datang. Setiap perpustakaan kini perlu bertransformasi menjadi layanan yang berbasis inklusi sosial. Ini diperlukan untuk mewujudkan masyarakat yang berliterasi.Hal tersebut disampaikan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando saat mengadakan Temu Media Seminar Nasional Literasi dan Pembangunan Sosial-Ekonomi bersama Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami dan inisiator Pustaka Bergerak Nirwan Arsuka di Jakarta, Selasa, (20/2).
“Literasi berperan untuk meningkatkan kesejahteraan. Dengan pelayanan berbasis inklusi sosial, perpustakaan perlu dirancang kembali agar memiliki kebermanfaatan yang tinggi bagi masyarakat,” ujar Muhammad Syarif Bando.
Muhammad Syarif mencontohkan, program PerpuSeru dari CocaCola Foundation Indonesia yang telah terbina di lebih dari 700 perpustakaan di 104 kabupaten/kota seluruh Indonesia berhasil memberikan manfaat pada jutaan masyarakat. Jangkauan luas dan inklusif menjadi keunggulan perpustakaan umum dalam merangkul masyarakat.
"Jadi pelayanan perpustakaan berbasis inklusi sosial harus berkomitmen meningkatkan kualitas hidup pengguna perpustakaan," lanjut Kepala Perpusnas.
Sementara itu, Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami menerangkan bahwa kemampuan literasi dinilai penting bagi pertumbuhan intelektual dan kompetisi setiap individu di Indonesia. Ia mengaku, pihaknya sedang merancang program pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan pelayanan sosial dasar. Literasi menjadi salah satu poin penting yang perlu dikuatkan agar bisa membentuk manusia yang berkarakter.
"Tahun 2019 nanti, kami berencana memasukkan penguatan literasi sebagai salah satu program prioritas pemerintah. Jika setiap individu memiliki kemampuan literasi yang baik, maka peluang untuk sukses di pasar kerja pun semakin besar," kata Amich.
Nantinya, lanjut Amich, upaya peningkatan literasi di seluruh Indonesia bukan hanya melalui pembangunan fisik perpustakaan saja. Namun, pemerintah akan lebih terfokus pada pemenuhan akses dan sumber bacaan kepada seluruh masyarakat. Khususnya, masyarakat yang bertinggal di daerah terpencil, tertinggal dan terdepan (3T) yang angka literasinya masih sangat rendah.
"Kita akan identifikasi perpustakaan yang ada di daerah, apa yang perlu dilakukan dan dibenahi di perpustakaan itu, termasuk untuk daerah 3T akses bacaan agar tembus ke sana bagaimana," imbuh Amich.
Selain itu, Bappenas juga akan bekerjasama dengan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dalam pembangunan perpustakaan desa. Tentunya, akan dibahas juga mengenai regulasi pengadaan dan pemasokan buku-buku, serta perawatan perpustakaan tersebut.
Menanggapi niat baik tersebut, Kepala Perpusnas menyambut baik upaya Bappenas mendorong proses transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial menjadi satu kegiatan prioritas Nasional pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2019. Perpusnas berharap, upaya tersebut mampu mendongkrak literasi masyarakat Indonesia yang masih minim.
Pegiat Literasi dan Pustaka Bergerak Indonesia, Nirwan Arsuka, menambahkan bahwa hal yang diperlukan dalam penguatan literasi adalah penguatan masyarakat madani dengan memperbanyak armada pustaka bergerak untuk menjangkau seluruh warga, sekaligus peningkatan jumlah dan mutu buku yang bisa diedarkan gratis ke seluruh penjuru Indonesia. “Sembako bisa mengenyangkan masyarakat selama seminggu, tapi buku yang bermutu bisa mengenyangkan sekaligus membuat mereka kaya raya dan berdaulat seumur hidup,” ujarnya.
Seminar Nasional Literasi dan Pembangunan Sosial-Ekonomi akan diselenggarakan di Kementerian PPN/Bappenas, Selasa, 27 Februari 2018. Seminar Nasional ini menghadirkan narasumber Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang PS Brodjonegoro, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando, Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek, dan Kebudayaan, Bappenas Amich Alhumami, Duta Baca Indonesia Najwa Shihab, Direktur Program PerpuSeru-CCFI Erlyn Sulistyaningsih, dan Pegiat Pustaka Bergerak Nirwan Arsuka.
Reportase : Hartoyo Darmawan