Salemba, Jakarta-Manifesto perpustakaan umum adalah bangku belajar pendidikan bagi setiap orang berada di perpustakaan umum. Sekolah ada batasnya tetapi kebutuhan untuk selalu mengaktualisasikan keterampilan, kecakapan, kapabilitas akan terus ada dan disitulah perpustakaan umum berperan.
Hal tersebut diutarakan oleh Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Joko Santoso pada saat menerima audiensi Wakil Wali Kota Bukittinggi Marfendi guna membahas perkembangan rencana pembangunan gedung layanan perpustakaan di kota Bukittinggi, Selasa (11/6/2024).
Fokus Perpusnas terletak pada penyediaan layanan perpustakaan untuk merubah paradigma lama bahwa perpustakaan tidak hanya untuk tempat membaca tetapi tempat untuk masyarakat melakukan berbagai kegiatan.
“Sehingga konsep ruangan yang sebaiknya dibangun di seluruh Indonesia baik itu pada provinsi, kabupaten dan kota adalah gedung yang memang menjadi ruang publik, bukan kantor yang terbuka bagi masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatan berkaitan dengan peningkatan budaya baca, peningkatan literasi bahkan sampai peningkatan kesejahteraan,”jelasnya.
Tidak hanya itu, ia pun menambahkan bahwa pelatihan-pelatihan keterampilan, kecakapan, apa pun itu yang berdasarkan pada pengetahuan boleh dilaksanakan di perpustakaan termasuk juga untuk kemajuan kebudayaan dimana pada akhirnya esensi perpustakaan adalah wahana pembelajaran sepanjang hayat.
Dalam kesempatan ini Wakil Wali Kota menjelaskan bahwa sarana dan prasarana di Sumatera Barat untuk membaca dan literasi masih kurang ditambah rendahnya budaya baca di masyarakat.
“Waktu saya pertama dilantik, ada perpustakaan daerah yang menyatu dengan dinas perpustakaan dan kearsipan. Dimana akhirnya perpustakaan tersebut dipindah ke rumah dinas yang kosong namun tetap saja tidak nyaman.”jelasnya.
Sehingga akhirnya pada tahun 2023 pembangunan perpustakaan umum di kota Bukittinggi diusulkan.
“Luas kota Bukittinggi secara administrasi hanya sekitar 25 km. Tetapi masyarakat yang tinggal di sekitar Bukittinggi seperti di Agam Timur lebih suka datang ke Bukittinggi untuk melakukan seluruh aktifitas. Jadi kami harus menanggung beban yang besar layaknya kabupaten penyangga,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut Sestama menjelaskan mengenai Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik yang diperuntukkan untuk pembangunan gedung layanan perpustakaan dan DAK non Fisik yang digunakan untuk membiayai berbagai macam kegiatan masyarakat untuk memperkuat budaya baca dan literasi.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa usulan DAK Fisik kota Bukittinggi terkait pembangunan gedung layanan perpustakaan sudah diterima dengan baik, dari segi dokumen dan sertifikat sudah diterima dengan lengkap.
“Harus ada program yang memberdayakan masyarakat dengan memanfaatkan gedung yang dibangun ini. Jadi jangan bangun kantor tapi jadi ruang publik yang terbuka,transparan,familiar,orang merasa nyaman,tidak segan, rumah kedua bagi setiap orang,”harapnya.
Dalam kesempatan ini, Pustakawan Pusat Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus (PPUK) Rita Suartini menjelaskan pada tahun ini kota Bukittinggi akan mendapat bantuan buku bacaan bermutu di 10 lokus perpustakaan kelurahan dan Taman Baca Masyarakat (TBM) dimana masing-masing lokus akan mendapat 1000 judul buku.
Reporter: Anastasia Lily
Dokumentasi: Aji Anwar / Robi